Tampilkan postingan dengan label Museum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Museum. Tampilkan semua postingan

Senin, 21 Oktober 2019

Museum Prambanan

Hai sahabat backpacker

Taman Wisata Candi Prambanan ini emang sangat menarik sih menurutku. Di taman ini nggak cuma ada Candi Prambanan doang, tapi ada beberapa candi lainnya yaitu Candi Lumbung, Candi Bubrah dan Candi Sewu. Selain candi-candi tersebut, masih ada satu tempat menarik lagi di taman wisata ini, yaitu Museum Prambanan.

Begitulah yang kulihat di peta Taman Wisata Candi Prambanan. Oleh karena itu, setelah aku dan adikku selesai menikmati indahnya Candi Sewu, kami kembali menggowes sepeda di taman wisata ini menuju Museum Prambanan.

Nggak begitu lama, kami pun nyampe di parkiran halaman museum dan segera aja kami masuk ke dalam museumnya.

Sejarah Museum Prambanan

Museum Prambanan dibangun pada tahun 1998 dengan tujuan sebagai tempat mengumpulkan artefak dan arca yang ditemukan di sekitar Candi Prambanan dan candi-candi yang ada di sekitarnya.

Museum ini dibangun dengan bentuk bangunan bercorak arsitektur Jawa. Museumnya memiliki pendopo, ruang pameran, ruang kantor dan ruang audiovisual.
Museum Prambanan
Koleksi Museum Prambanan

Begitu masuk ke dalam kawasan museum, langsung terlihat arca-arca yang disusun sejajar di halaman museum yang berumput hijau. Kebanyakan sih arca-arca ini dalam kondisi yang kurang utuh, cuma sebagian kecil doang yang masih utuh arcanya.
Arca di halaman museum
Kami kemudian beranjak ke bagian dalam museum, di sini juga terdapat beberapa arca dengan ukuran yang lebih besar. Lalu di sini juga ada informasi tentang cara pembangunan candi hingga cara pembuatan relief di dinding candi yang dilakukan secara manual.
Koleksi Museum Prambanan

Informasi pembuatan candi

Arca Lingga 
Di ruangan selanjutnya masih terdapat beberapa arca dari dewa-dewa. Kemudian juga terdapat beberapa batu prasasti yang ditemukan di sekitar candi-candi ini. Prasasti sendiri adalah batu bertulis yang berisikan informasi dan sejarah yang terjadi pada saat itu.
Arca dewa

Batu prasasti
Selain itu, di dalam museum ini juga terdapat beberapa artefak yang digunakan di masa lalu sebagai alat-alat kehidupan hingga alat-alat ritual keagamaan. Btw di sini juga ada menyimpan koleksi emas yang ditemuin di sekitar candi.
Artefak

Koleksi emas
Lokasi Museum Prambanan

Museum Prambanan ini terletak di dalam kawasan Taman Wisata Candi Prambanan, secara administrasi museum ini ada di Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Btw tiket masuknya gratis, karena udah termasuk dalam tiket masuk ke Taman Wisata Candi Prambanan.
Masuk museum gratis
Setelah selesai menjejalahi isi museum, kami berdua pun segera keluar dari museum dan mengembalikan sepeda yang kami sewa ke tempatnya. Btw, seru juga naik sepeda di Taman Wisata Candi Prambanan ini, cuma Rp. 15.000 bisa sepedaan di komplek percandian.

Selesai dengan Taman Wisata Candi Prambanan, kami pun menuju tempat parkir dan melaju menuju tempat menarik lainnya di Yogyakarta, Lets go...

Sabtu, 28 September 2019

Museum Asahan

Hai sahabat backpacker, selamat datang di blog backpack sejarah. Sekarang aku lagi jalan-jalan santai nih di Museum Asahan.
Museum Asahan
Sebenarnya beberapa waktu yang lalu, pas aku lagi jalan-jalan di Kota Kisaran, aku udah liat plang bertuliskan museum di depan gedung Juang 45 Asahan. Tapi sayangnya saat itu pintu gedungnya lagi tutup.

Cukup penasaran juga sih, soalnya setauku selama ini nggak ada museum di Asahan. Apalagi pas dicari di google, juga nggak ada informasi yang cocok. Malah kalo pun nyari tentang wisata Asahan di google maupun di medsos tuh minim banget infonya.
Selama ini pariwisata Asahan emang minim sama event dan informasi. -_-

Akhirnya beberapa hari kemudian, kusempatin juga jalan-jalan lagi ke Kota Kisaran khusus buat ngunjungin nih museum. Beruntungnya hari itu pintu museumnya terbuka, walaupun gerbangnya cuma kebuka sedikit sih.

Setelah ngucapin salam dan ngisi buku tamu serta cerita-cerita sedikit ama petugas museum, akhirnya aku tau kalo nih museum ternyata baru dibuka kurang dari satu tahun belakangan ini. Gedungnya juga minjem ama Gedung Juang 45 Asahan, soalnya Museum Asahan nggak punya gedung sendiri. Museum ini juga cuma buka di hari kerja doang, kalo hari libur museumnya tutup.

Setelah selesai cerita-cerita, aku pun langsung aja menyisir satu demi satu koleksi museum ini.

Koleksi Museum Asahan

Di museum Asahan ini ada beberapa ruangan yang menyimpan berbagai koleksi mulai dari pakaian adat dari suku-suku yang tinggal di Asahan dan miniatur rumah adatnya. Lalu juga ada berbagai senjata bersejarah yang dulu digunakan untuk melawan Belanda, serta terdapat juga berbagai peralatan hidup seperti alat pertanian, alat perdagangan hingga beberapa peralatan rumah tangga yang cukup antik.
Isi Museum Asahan

Koleksi Museum Asahan

Tepak Sirih

Salah satu koleksi senjata

Dulunya wilayah Asahan ini adalah wilayah kekuasaan Kesultanan Asahan, jadi di museum ini pun terdapat berbagai koleksi yang merupakan barang peninggalan dari Kesultanan Asahan seperti beberapa senjata dan barang-barang lainnya. Selain itu, di dalam museum ini juga tersimpan berbagai informasi tentang tugu-tugu perjuangan yang tersebar di Kabupaten Asahan sebagai bukti perjuangan rakyat Asahan dalam melawan Belanda.

Di dalam museum ini juga terdapat beberapa foto-foto para pahlawan hingga foto-foto para bupati yang pernah memerintah Kabupaten Asahan. Di sini juga terdapat berbagai foto tua yang menggambarkan kondisi Kabupaten Asahan di masa lalu. Cuma fotoku aja sih yang nggak ada di museum ini. :D
Foto bupati-bupati Asahan

Koleksi Foto Tua

Btw di bagian belakang juga terdapat informasi tentang Tuan Syech Silau Laut yang merupakan leluhur dari Ustadz Abdul Somad lho.

Secara keseluruhan, koleksi museumnya cukup banyak sih, tapi belum bisa dibilang lengkap, soalnya saat aku melakukan penelitian tentang Kesultanan Asahan untuk skripsiku, ternyata Tanah Asahan memiliki sejarah yang panjang. Bahkan Sejarah Asahan sudah dimulai sejak masa Majapahit, kemudian kedatangan Portugis, Kesultanan Asahannya hingga peperangan melawan kolonial Belanda. Jadi, dengan sejarah sepanjang itu, rasanya koleksi museum ini masih sangat kurang.

Gedung Juang 45 Asahan

Museum Asahan ini menempati Gedung Juang 45 Asahan sebagai gedung museumnya. Gedung Juang 45 sendiri adalah satu gedung yang bersejarah di Asahan karena dulunya menjadi gedung perjuangan rakyat Asahan dalam melawan Kolonial Belanda. Sekarang Gedung Juang 45 Asahan ini telah dijadikan sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi.
Gedung Juang 45 Asahan

Alamat Museum Asahan

Museum Asahan beralamat di Jalan HOS Cokroaminoto, Kota Kisaran, Kabupaten Asahan. Kalo dari stasiun KA Kisaran cuma sekitar 1 km doang kok.
Dan jangan lupa, museumnya tutup di hari libur.
Si ganteng yang unyu di depan museum

Jumat, 20 September 2019

Objek Wisata di Kaohsiung - Taiwan


Hai sahabat backpacker, selamat datang di blog backpack sejarah, blognya orang ganteng yang unyu. :D

Kali ini aku mau berbagi informasi tentang objek wisata yang ada di Kota Kaohsiung, Taiwan.  Daftar tempat ini kubuat berdasarkan tempat-tempat yang udah pernah kudatangi secara langsung saat aku jalan-jalan di Kaohsiung. Jadi daftarnya cuma dikit, tapi udah kubuktiin secara langsung tempatnya.

Langsung aja, inilah daftar objek wisata di Kota Kaohsiung, Taiwan.

1. Love River

Love River ini bisa dibilang adalah ikonnya Kota Kaohsiung. Jadi belum sah ke Kaohsiung kalo belum ke Love River. Love River adalah sebuah sungai cantik yang mengalir di pusat kota. Sungai ini airnya bersih dan punya pedestrian cantik di pinggirannya. Mantap banget lha tempatnya, romantis lagi buat yang punya pasangan. Untuk selengkapnya bisa dibaca di sini.
Love River
Love River

2. Gereja Holy Rosary Katedral Minor Basilica

Gereja ini adalah gereja tertua di Kota Kaohsiung yang dibangun tahun 1860. Gereja dengan arsitektur bergaya Gothic dan Roman ini juga merupakan tempat lahir dan berkembangnya agama Katholik di tanah Taiwan. Untuk selengkapnya bisa dibaca di sini.
Holy Rosary Katedral

3. Takao Railway Museum

Ini adalah salah satu museum kereta di Kaohsiung. Museum ini dulunya adalah stasiun kereta api pertama di Kaohsiung yang dibangun pada masa penjajahan Jepang. Karena posisi kareta sudah digantikan MRT, jadinya stasiun ini dibuka sebagai museum. Untuk selengkapnya bisa dibaca di sini.
Takao Railway Museum

4. Hamasen Railway Cultural Park

Hamasen Railway Cultural Park ini katanya sih masih bagian dari Pier to Art Center. Di taman yang banyak melintang bekas rel kereta api ini emang terdapat banyak intalasi seni dari besi bekas berupa barang-barang unik seperti roket, koper, dan lain-lain. Untuk selengkapnya bisa baca di sini.
Hamasen Railway Cultural Park

5. Hamasen Museum of Taiwan Railway

Museum ini adalah salah satu museum kereta api di Kaohisung. Letaknya pun tepat di belakang Museum Kereta Takao. Katanya sih di dalam terdapat banyak benda bersejarah dari kereta api Taiwan. Aku liat dari luar aja sih, soalnya di luar ada kereta api kecil yang dinaiki orang-orang dewasa. Untuk selengkapnya bisa dibaca di sini.
Hamasen Museum of Taiwan Railway

6. Selat Cijin

Untuk menutup petualangan di Kota Kaohsiung, tempat ini ku rekomendasiin deh, soalnya di Selat yang memisahkan Kota Kaohsiung dengan Pulau Cijin ini kita bisa ngeliat indahnya sunset dan kapal-kapal yang sedang berlabuh. Btw kalo malam, pemandangannya lebih indah lagi, soalnya bisa liat pemandangan Kota Kaohsiung di saat malam. Untuk selengkapnya bisa dibaca di sini.
Sunset di Selat Cijin
Pemandangan malam di Kaohsiung



Cukup segitu aja tempat-tempat wisata yang ada di Kota Kaohsiung yang sempat ku datangi. Sebenarnya masih banyak tempat wisata lainnya, tapi aku belum kesampaian ke sana. Soalnya waktu yang ku punya juga sedikit. Mungkin kalo nanti aku datang ke kota ini lagi, daftar ini akan kuperpanjang. Semoga aja. Amin....
Si ganteng yang unyu di Selat Cijin
Btw, aku juga punya sedikit video saat di Kaohsiung, Taiwan


Selasa, 20 Agustus 2019

Petualangan di Hong Kong: Victoria Peak dan Sky Terrace 428

Brmm... Brmmm...

Taksi yang kami naiki semakin melaju membelah jalanan Hong Kong untuk menuju ke destinasi yang kami inginkan. Sebenarnya taksi bukan transportasi yang bisa diandalkan saat traveling di Hong Kong. Soalnya biayanya mahal, tapi karena kami ada 4 orang, jadi nggak masalah deh. Bisalah sesekali doang. Apalagi waktu yang kami miliki dikit, cuma sehari doang.

Berhubung aku duduk di tengah di kursi bagian belakang, aku jadi nggak bisa liat pemandangan di kanan dan kiri, tapi bisa kurasakan kalo jalannya semakin menanjak. Wajar sih, soalnya tujuan kami adalah The Peak atau dikenal juga dengan nama Victoria Peak yang berada di ketinggian Pulau Hong Kong.

Victoria Peak

Victoria Peak atau dikenal juga dengan nama The Peak merupakan sebuah gunung yang terletak di sisi barat daya Pulau Hong Kong. Gunung ini memiliki ketinggian hingga 552 meter dan merupakan titik tertinggi di Pulau Hong Kong.

Peak Tower

Akhirnya setelah beberapa waktu, taksi yang kami naiki sampe juga di Victoria Peak. Kami pun segera menuju Peak Tower. Peak Tower ini adalah sebuah bangunan atau menara yang dirancang dengan bentuk wajan setengah lingkaran dengan bagian atasnya terdapat anjungan. Bangunan ini memiliki 7 lantai.
Peak Tower
Tujuan kami datang ke Peak Tower ini adalah naik ke anjungan atas yang ada di lantai 7 tersebut. Sebelum naik, kami harus membeli tiketnya dulu. Tiketnya ada dua macam, yang satunya tiket terusan untuk ngunjungi Madame Tussaud's, Peak Galleria dan yang lainnya. Karena waktu yang terbatas dan duit yang tipis, kami memilih untuk membeli tiket masuk ke anjungan atas aja yang bernama Sky Terrace 428.

Sky Terrace 428

Wow... Itu yang bisa kubilang saat ngeliat pemandangan dari Sky Terrace 428 ini. Pemandangannya emang super keren karena dari atas ini bisa terlihat pemandangan Pulau Hong Kong dan Semenanjung Kowloon secara 360° dari ketinggain 428 mdpl. Gedung-gedung pencakar langit, Selat Victoria dengan kapal-kapalnya dan perbukitan hijau menjadi pemandangan yang ada. Sedangkan di sisi bagian belakang, bisa terlihat gugusan pulau-pulau kecil dan kapal-kapal besar. Katanya sih kalo malam lebih cakep lagi, tapi siang gini aja pun aku udah terkagum-kagum. Gilak. Cantik banget viewnya.
Sky Terrace 428

View Hong Kong dari Peak Tower

Gugusan pulau sekitar Hong Kong
Madame Tussaud's

Puas foto-foto dan menikmati indahnya Hong Kong dari ketinggian, kami kemudian turun ke lantai bawah. Di bagian bawah, kami nemu Museum Patung Lilin Madame Tussaud's. Di dalam museum ini banyak patung lilin dari tokoh-tokoh terkenal di dunia. Bahkan patung lilin Presiden Soekarno dan patung lilin Presiden Jokowi juga ada di sini. Tapi karena kami emang nggak beli tiketnya, jadi kami liat-liat dari luar aja.

Mahal uy tiketnya 
Madame Tussaud's Hong Kong


Peak Market

Kami turun lagi ke lantai di bawahnya dan sekarang kami berada di Peak Market. Peak Market ini bisa dibilang pusatnya perbelanjaan oleh-oleh di Peak Tower. Di sini ada berbagai macam benda seperti gantungan kunci, magnet kulkas, jam antik, gelas, dan banyak benda lainnya. Tapi sayangnya harganya lebih mahal daripada pusat perbelanjaan lainnya.

Sebenarnya aku udah ngajak temen-temen buat beli oleh-oleh di Mong Kok aja, biar lebib murah, tapi karena mereka nggak mau ribet, jadinya beli di sini aja deh. Aku sendiri beli gantungan kunci yang satu gantungan dapat 3. Jadi ntar pas nyampe rumah, tinggal pasang gantungannya aja, biar lebih hemat.
Peak Market

The Peak Galleria
Naik bus tingkat

Akhirnya kami kembali ke lantai dasar. Rencananya sih kami mau balik ke pusat kota naik Peak Tram. Tapi lagi-lagi antriannya panjang banget udah kayak ular anaconda yang di film-film. Meliuk-liuk gitu. -_-
Antrian Peak Tram -_-
Jadi kami memilih untuk nyobain naik bus tingkat aja, kayaknya naik bus tingkat juga seru.

Brmm.. brmmm... 
Naik bus tingkat brmm... Brmmm..

Si ganteng yang unyu di Sky Terrace 428


Senin, 12 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Hamasen Railway Cultural Park

Hai sahabat backpacker...

Petualanganku di Kota Kaohsiung, Taiwan belumlah berakhir, setelah sebelumnya puas menikmati mulusnya paha cewek-cewek Taiwan. Eh... Maksudku puas menjelajahi Takao Railway Museum, kami bermaksud untuk melanjutkan petualangan ke British Consulate of Takow alias gedung bekas konsulat Inggris. Katanya sih tata kota dan bangunan di sekitarnya terlihat mirip suasana di Eropa dan letaknya tidak begitu jauh dari museum ini. Lokasinya yang berada di atas bukit juga membuat kita bisa melihat Kota Kaohsiung dari ketinggian. Wih... Keren banget nih.

Dari informasi yang diberikan mbak-mbak petugas museum, untuk menuju gedung konsulat ini cukup naik bus dari halte yang ada di dekat museum ini. Tapi saat kami masuk ke dalam bus, sopirnya bilang salah bus, padahal nomornya udah sesuai. Kami berusaha menjelaskan pada sopir bus tujuan kami, namun tetap lumayan sulit menjelaskannya, si sopir juga sulit dimengerti perkataannya. Akhirnya bahasa tetap menjadi kendala utama kami saat berpetualang di Tanah Taiwan ini. -_-“
Halte dan busnya, tapi salah -_-
Jadinya bingung deh mau kemana, ditambah cuaca yang panas dan perut yang mulai lapar, teman-teman memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar museum, menelusuri jalan Linhai  sambil mencari kedai yang menyediakan makanan yang bisa dimakan, alias tanpa bahan yang haram.
Jalan-jalan aja dulu
Hingga akhirnya kami nemuin satu kedai makanan, tapi lagi-lagi kendala bahasa, sehingga kawan-kawan pun harus susah payah menjelaskan menu yang dimau dengan bantuan google. Soalnya tulisan menunya pake bahasa Tionghoa.

Akhirnya mereka memesan sejenis sup seafood gitu sih. Meski begitu, aku belum mesan apapun, soalnya ragu juga mau ikutan makan, jadi rencanaku nunggu dulu pesanan mereka. Kalo enak, baru ikutan mesan. 2 teman yang lain juga gitu, nggak ikutan mesan.

Saat makanannya datang, emang terlihat aman, isinya pun hewan-hewan laut, seperti udang, kerang dan ikan. Tapi ada bau amis sedikit yang tercium, wajar sih namanya juga makanan laut. Tapi aku yang emang nggak terbiasa ama bau amis seperti itu memilih tidak jadi memesan. Takutnya daripada mesan tapi nggak kemakan.
Seafood Taiwan

Di saat seperti inilah aku pun membuka tas kecil yang ku bawa. Dan taraaa... Ada beberapa roti yang kuambil dari kapal sebelum turun di Taiwan. Meski udah sedikit dingin, tapi masih enak kok. Apalagi saat perut lapar gini. Nyam.. nyam...

Dasar backpacker kere.

Yeee... Ini namanya hemat cuy.

Setelah selesai makan, baru deh kami ngelanjutin petualangan, dan karena gagal ke gedung konsulat Inggris, kami memilih mengunjungi Hamasen Railway Cultural Park, sebuah taman yang ada tepat di belakang Museum Kereta Takao tadi.

Hamasen Railway Cultural Park

Tempat ini bisa dibilang adalah sebuah taman dari bekas stasiun kereta api. Di sini terdapat banyak besi-besi bekas jalur rel kereta api. Tempat ini dulunya merupakan sebuah Stasiun Central Kereta Api pelabuhan dan tempat penyimpanan gerbong dan gudang sebelum diubah menjadi taman.

Di tengah-tengah lapangan yang luas ini cukup banyak yang bermain layangan dan gelembung sabun. Yang uniknya sih, di sini juga ada banyak instalasi seni yang terbuat dari besi-besi bekas. Instalasi seni tersebut dibentuk menjadi berbagai benda seperti koper, roket, bola, hingga terompet yang berukuran besar.
Cewek main layangan
Hamasen Museum of Taiwan Railway
Hamasen Museum of Taiwan Raliway

Tepat di seberang Taman Hamasen ini ada pula sebuah museum yang menempati salah satu bangunan bekas gudang kereta api pelabuhan. Museum ini menyimpan koleksi dari sejarah perkeretaapian Taiwan dari masa ke masa. Tapi aku nggak masuk sih, soalnya museum yang ini harus bayar.

Petualang gratisan.

Jadi aku memilih di luar aja. Dan saat itu mataku tertuju ama lintasan rel kecil yang dilengkapi palang pintu kereta api yang juga berukuran kecil. Tak lama, melintaslah sebuah kereta api berukuran mini yang bisa diduduki anak-anak. Yang anehnya, orang tuanya juga ikutan naik. -_-

Kereta api ini ada dua, yang pertama berbentuk kereta api uap dan yang satunya berbentuk kereta api modern. Kedua kereta api ini akan membawa pengunjung mengelilingi kawasan Hamasen Museum.
Kereta kecil yang modern

Kereta kecil model uap
Jujur, cukup lucu juga sih ngelihat uwak-uwak ikutan naik kereta-kereta apian gitu. Nggak ingat umur uwak-uwak ini. Padahal pengen nyoba juga, tapi mahal. Wkwkwkwkw...
Ada penjual makanan juga

Penglai Area of Pier 2 Art


Oh ya, kawasan ini juga terhubung langsung dengan Penglai Area of Pier 2 Art. Katanya sih kawasan ini merupakan perluasan dari Pier 2 Art Center yang tak jauh dari sini. Di Penglai ini juga terdapat beberapa instalasi seni dari berbagai benda-benda.

Berhubung hari yang semakin sore, kami memutuskan untuk segera kembali ke kapal. Wah... Petualangan 1 hari di Taiwan yang menyenangkan. Tapi kisah ini belum berakhir kok, setelah ini aku akan menyaksikan matahari terbenam. See you...

....to be continued
Si ganteng yang unyu

Selasa, 06 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Takao Railway Museum

            Hai sahabat backpacker, petualanganku di Tanah Taiwan belum usai, setelah mengunjungi Gereja Holy Rosary Katedral, kami kembali berjalan ke Love River, cuaca yang panasnya lumayan menyengat dan ditambah kami yang buta akan tempat-tempat wisata di Kaohsiung ini membuat kami bingung juga mau ngelanjutin petualangan kemana lagi. Padahal kami Cuma punya waktu satu hari doang buat nikmati Kota Kaohsiung ini sebelum nanti sore kami harus kembali ke kapal.

           Dan akhirnya dengan mengandalkan google map, kami nemuin satu tempat yaitu sebuah museum kereta api yang tidak begitu jauh dari Love River. Mas Zudi langsung saja semangat ngajakin kami buat ke museum itu aja. Btw Mas Zudi ini emang fans kereta api banget, IG nya aja isinya tentang kereta api doang.

            Teman-teman pun segera memesan taksi, beruntungnya si sopir taksi bisa bahasa inggris, jadi aman deh, nggak kayak sebelumnya yang nyasar kemana-mana. Brmmm... Brmm... Taksi pun segera berangkat.
Suasana Kota Kaohsiung

            Kami kembali lagi menyusuri jalanan Kota Kaohsiung, kota ini bener-bener bagus sih, jalanannya lenggang namun tetap tertib. Kotanya pun bersih. Selain itu uniknya kebanyakan kereta (baca: sepeda motor) di sini berjenis matic. Lalu di beberapa objek wisata maupun di dekat stasiun selalu tersedia penyewaan sepeda. Penyewaan Sepeda ini ada yang manual dari toko penyewaan maupun otomatis dengan mesin mirip atm.

            Jadi cara penyewaan secara otomatis ini, kita cukup mencari lokasi parkir sepeda yang dilengkapi ama mesin mirip atm, tempelin kartunya di mesin dan sepeda bisa digunakan. Untuk balikin sepedanya cukup cari lokasi parkir yang tersedia yang biasanya ada di sekitar objek wisata maupun stasiun.
Penyewaan sepeda otomatis
            Coba aja di sini ada kayak gitu, kan keren juga, tapi nggak yakin bisa lama sih sepedanya, soalnya bisa-bisa ada yang ngekiloin. Toh bangku di taman aja ada yang ngekiloin kok. Wkwkwkw...

            Lokasi

            Nggak begitu lama, kami akhirnya nyampe juga di Takao Railway Museum yang berada di Distrik Gushan, Kota Kaohsiung. Lokasi museumnya ini nggak jauh dari Stasiun MRT Sizihwan, di dekatnya juga ada halte bus, jadi mudah lah buat dikunjungi.

            “Jadi berapa tiket masuknya mas?” tanyaku pada Mas Zudi yang bertanya ke dalam museum, sedangkan aku sih nungguin di luar sambil malu-malu dan berharap tiket masuknya murah.

            “Gratis.” Jawab Mas Zudi.

            “Hah... Gratis? Hayuk masuk.. masuk..” ucapku dengan semangat dan malu-maluin. Maklum, backpacker kere -_-.
Takao Railway Museum
            Sejarah

            Jadi Museum Kereta Takao ini dulunya adalah stasiun kereta api pelabuhan Kaohsiung. Bahkan ini adalah stasiun kereta pertama di Kaohsiung yang dibangun pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1900. Pada tahun 2003, stasiun ini ditetapkan sebagai bangunan bersejarah dan pada tahun 2008 menjadi tahun terakhir stasiun ini beoperasi karena kereta api sebagai transportasi publik digantikan oleh MRT. Dan akhirnya pada tahun 2010 stasiun ini dibuka sebagai Museum Kereta Takao.

            Koleksi Museum

            Museum ini masih menggunakan bangunan asli dari Stasiun Takao yang memiliki gaya arsitektur Jepang Klasik dengan atap bergaya China.

            Di bagian aulanya terdapat ruang informasi dengan berbagai foto-foto perkembangan kereta api di Taiwan zaman dahulu dan buku-buku yang membahas sejarah transportasi di Taiwan. Di sini terdapat juga beberapa miniatur lokomatif kereta api yang cantik serta satu cewek cakep yang merupakan petugas museum. Hehehehe...
Bagian aula museum
            Kemudian di bagian dalam ada ruang kepala stasiun, di sini ada arsip-arsip dari sejarah kereta api di Taiwan. Perlengkapan kantor stasiun kereta api seperti meja kepala stasiun, sofa, lemari, seragam masinis dan seragam pekerja kereta api hingga banyak lagi barang-barang lainnya pun ada.
Meja kepala stasiun

Arsip museum
            Lalu di bagian belakang museum terdapat beberapa lokomotif tua beragam tipe yang telah berusia puluhan tahun. Lokomotifnya cukup bersih dan terawat tapi di bagian relnya malah tumbuh subur rerumputan. -_-
Lokomotif tua
            Setelah selesai menjelajahi isi museum, kami pun segera keluar untuk melanjutkan petualangan di Kota Kaohsiung ini. Bersamaan dengan kami keluar, ternyata juga keluar penumpang MRT dari stasiun Sizihwan dan yang keluar kebanyakan cewek-cewek cakep Taiwan. Beuh... Puas mata. Wkwkwkww.

            Dasar jomblo.
Si ganteng yang unyu di depan museum

            ....to be continued