Sabtu, 17 Oktober 2020

Lapangan Pasir alias Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah Tanjungbalai

Lapangan Pasir Tanjung Balai
Lapangan Pasir alias Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah

            Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah atau yang lebih dikenal masyarakat Tanjungbalai dengan nama Lapangan Pasir adalah sebuah alun-alun di Kota Tanjungbalai dan menjadi pusat keramaian masyarakat Tanjungbalai.

Hai sahabat backpacker...

Setelah sebelumnya aku dan adikku mengunjungi Tanjungbalai Waterfront City, kami kembali melanjutkan jalan-jalan sore kami. Tujuan kami selanjutnya adalah Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah atau yang lebih dikenal masyarakat Tanjungbalai dengan nama Lapangan Pasir.

Baca juga: Tanjungbalai Waterfront City, Wisata di Tepi Sungai Asahan

Alamat Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah

Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah berada di Pusat Kota Tanjungbalai, tepatnya ada di Kelurahan Pantai Burung, Kecamatan Tanjung Balai Selatan, Kota Tanjungbalai.

Sejarah Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah

Lapangan ini dulunya adalah sebuah rawa-rawa yang berada di depan komplek Istana Kesultanan Asahan. Pada tahun 1970-an, dilakukan pengerukan di Sungai Asahan dan Sungai Silau yang beada di sisi Kota Tanjungbalai yang mengalami pendangkalan. Hasil kerukan tersebut lalu ditimbunkan ke rawa-rawa ini hingga menjadi sebuah lapangan pasir yang luas.

Lapangan pasir ini kemudian menjadi pusat keramaian mayarakat sekitar Tanjungbalai pada waktu ini. Di sini masyarakat mengadakan bazar, pasar malam, lokasi rekreasi hingga sebagai tempat berolahraga. Melihat ramainya minat masyarakat dan karena Tanjungbalai juga belum memiliki alun-alun, maka di tahun 2002 lapangan ini dihibahkan oleh ahli waris Kesultanan Asahan kepada Pemerintah Kota Tanjungbalai dan ditabalkan nama Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah sebagai nama lapangannya. Btw, Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah adalah sultan pertama dari Kesultanan Asahan, sebuah Kesultanan Asahan yang pernah berdiri di wilayah Asahan dan Tanjungbalai saat ini.

Setelah itu maka dibangunlah sebuah pendopo dengan atap berbentuk cangkang kerang yang merupakan ikon Kota Tanjungbalai. Lapangan ini pun menjadi lokasi upacara hari besar nasional serta acara-acara besar seperti hari jadi Kota Tanjungbalai. 

Lapangan Pasir Tanjung Balai
Lapangan Pasir dan pendopo berbentuk cangkang kerang

Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah Saat ini

Sejak tahun 2018 yang lalu, Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah ini direncanakan untuk direnovasi kembali agar tampilannya semakin baik dan memiliki fungsi yang lebih banyak dan lebih bermanfaat bagi penduduk Kota Tanjungbalai.

Akhirnya di tahun 2020 ini renovasi tersebut bisa dikatakan selesai dilakukan meski belum 100% dari rencana renovasi awal. Sekarang lapangannya diperkeras dengan dilapisi bebatuan mirip keramik. Di sekelilingnya juga disediakan jogging track yang banyak dimanfaatkan anak-anak untuk bermain skuter dayung yang disewakan di sekitar lapangan ini. 

Lapangan Pasir Tanjung Balai
Arena jogging track

Di sisi lapangan ini juga terdapat kolam air mancur. Sayangnya sore itu air mancurnya lagi mati sih. Jadi aku nggak bisa ngelihat gimana kerennya air mancur ini. Di sisi satunya terdapat bangku-bangku dengan atap dan taman untuk bersantai, Jadi cocok untuk dikunjungi bareng keluarga. Rencananya di lapangan ini juga akan ditambahkan taman hewan mini dan taman bunga agar semakin asyik dikunjungi para keluarga. 

Lapangan Pasir Tanjung Balai
Kolam air mancur

Sayangnya aku nggak bisa berlama-lama di lapangan ini karena Awan udah merengek ngajak makan mie rebus yang ada di dekat Jembatan Sungai Silau, padahal aku masih ingin berkeliling lapangan ini. Akhirnya kami pun beranjak dari Lapangan Sultan Abdul Jalil dan segera pergi menuju tempat penjual mie rebus tersebut.

Mie Rebus Tanjungbalai

Lokasi warung mie rebus ini berada di Jalan Gereja, Kota Tanjungbalai. Warungnya tak jauh dari Pajak Kawat, sebuah pasar yang menjual berbagai macam rempah dan bumbu tradisional, serta tak jauh dari Jembatan Sungai Silau, yang menghubungkan Kota Tanjungbalai dengan Teluk Nibung. Warungnya baru buka di atas jam 2 sore hingga malam hari dan cukup ramai oleh pengunjung.

Mie rebus yang ada di sini emang enak sih menurut lidahku meski berada di kaki lima. Bahkan dari sekian banyak mie rebus yang pernah kucicipi, mie rebus di tempat inilah yang paling ku suka. Rasanya pun tak banyak berubah sejak aku pertama membelinya di tahun 2008 yang lalu.

Bahan-bahannya tetap sama seperti mie rebus pada umumnya. Yaitu mie kuning, kentang rebus, tahu, udang kecil, touge dan lainnya. Yang membedakannya adalah kuahnya yang cukup kental dan kaya akan rasa rempah. Sehingga terasa pas banget di lidahku. Harganya pun cukup terjangkau. Seporsi mie rebus di tempat ini hanya Rp. 10.000 saja. Sedangkan es teh nya hanya Rp. 3000 doang. 

Awan sedang makan mie rebus
Lapangan Pasir Tanjung Balai
Aku dan Awan di Lapangan Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah

22 komentar:

  1. Waah tempatnya keren sekali ya mas. Btw, Tanjung balai kalo dari medan seberapa jauh yaa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo dari medan sekitar 4-5 jam perjalanan Mas. Bisa naik bus ataupun kereta api.

      Hapus
  2. Kunjungan perdana ke blog ini. Wah ini di sumatra utara ya. Unik lapangan pasirnya. Saya follow blog ini ya. Salam silaturahim

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih udah berkunjung ya Pak dan terima kasih juga udah difollow, salam silaturahmi kembali Pak. 🙂

      Hapus
  3. Gila keren juga yaa mas, Lapangan Pasir atau yang lebih dikenal dengan lapangan
    Sultan Abdul Jalil Rahmadsyah.😊

    Model bentuk lapanganya sepintas mirip pemantang sawah, Karena ada skat2nya gitu. Atau mungkin memang sengaja dibuat model begitu agar menjadi ada kesan penghijau,annya yaa mas..😊😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang dibuat sekat-sekat gitu sih Mas, biar kalo hujan, airnya ngalir ke situ.

      Hapus
  4. Mirip alun-alun gitu ngga sih. Saya suka ke tempat-tempat pusat aktifitas warga pas sepi kek gini. Kalau pas ada acara apa gitu suka juga nongkrong tapi pas malemnya. Eh, saya ternyata belum follow. Saya follow blog-nya ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang akan dijadikan alun-alun sih Mbak, bahkan sekarang udah difungsikan sebagai alun-alun juga.
      Hanya saja namanya masih lapangan .

      Terima kasih udah ngefollow, ntar saya follow balik ya Mbak. 😊

      Hapus
  5. di sumatra bagus bagus ya taman kolamnya
    eh kerajaan asahan itu masih eksis engga si mas
    aku taunya deli ya yang rajanya naik tahta pas anak anak

    enak banget habis jalan jalan makan
    jadi pengen hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kerajaan Asahan sekarang udah nggak eksis lagi sih Mas.
      Emang sih, masih ada penurusnya dan ahli waris kerajaan. Tapi sebagai status dan adat aja sih Mas.

      Enak dong makan-makan, makanya ke sini Mas.

      Hapus
  6. Kalau air mancurnya nyala pasti indah ya :) Btw, aku ngiler nih mie rebusnya, hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, sayang banget lagi nggak nyala air mancurnya.

      Mie rebusnya enak banget loh Mbak. 🤤

      Hapus
  7. Wah, aku takjub lihat pemandangan alun-alunnya, pasti kalau sore dan malam ramai sekali sama orang-orang yang nongkrong, seru sekali membayangkannya :D

    Tapi, aku lebih takjub lagi dengan mie rebusnya, harganya murah tapi rasanya nggak main-main ya, Kak 🙈 jadi membuat perut lapar wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, emang makin rame kalo sore dan malam. Karena bisa sekalian kulineran juga di sekitar lapangannya

      Ahahaha... Mie rebusnya emang murah dan enak Mbak, karena itu aku udah langganan sejak lama.

      Hapus
  8. Kota tanpa alun-alun itu terasa seperti kota mati. Warga seperti tidak punya tempat untum berkumpul dan menghidupkan kota. Kalau kota hidup, perekonomian akan berjalan...hehhehe

    Itu mie rebusnya sungguh menggoda mas..kuahnya terlihat sangat lezat..hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget tuh Mas, sebuah kota itu harus punya alun-alun, sebagai tempat kumpul warganya.

      Iya dong Mas, enak banget deh mie rebusnya, bikin nagih.

      Hapus
  9. Hahahhaah, nostalgia dengan mie rebus bang. Enak tuh ya hahahahahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enak kali pun Bang.
      Jadi pengen lagi pun sekarang. 🤣

      Hapus
  10. Mie kuah kental gitu biasanya aku sebut mie kocok Medan mas :D. Di sana mie rebus yaa? Bisa bayangin sih rasanya, Krn mie begitu slalu aku cari tiap mudik ke Medan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo di sini namanya Mie Rebus Mbak, kalo mie kocok, nggak ada yang tau.

      Hapus
  11. Sepertinya tempat wisata ini cocok banget buat pasangan yang berbulan madu ya hehehe :) Pemandangannya indah, alami. Melepas stres orang kantoran juga asik. Apalagi ajak keluarga. Ada tempat kulinernya juga jadi mayan lengkap ya dan harganya juga terjangkau. Apa sepi aja gitu kayak di gambar?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya juga sih Mbak, tempatnya buat nyantai asyik juga. Bisa sambil kulineran.

      Kalo sore dan malam, rame kok Mbak.
      Ini karena belum terlalu sore dan langitnya sedikit mendung, jadi lumayan sepi.

      Hapus

Terima kasih telah berkunjung, silahkan berkomentar dengan sopan :)