Selasa, 30 Mei 2017

Petualangan di Jakarta: Museum Wayang

Museum Wayang
Yo Sobat Backpacker, selamat berpuasa ya. :)

Sorry ya blog tercintaku, beberapa hari ini aku lagi di daerah, jadi agak jarang mengunjungimu. Nah, sekarang aku mau ngelanjutin ceritaku tentang petualangan di Kota Tua Jakarta.

Setelah sebelumnya aku beristirahat di Taman Fatahillah seusai menjelajah Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia dan Museum Fatahillah dan bertemu Meriam Si Jagur di taman, akhirnya tenagaku kembali penuh dan aku pun melanjutkan penjelajahan di Kota Tua Jakarta ini dan tujuanku selanjutnya adalah Museum Wayang. Lets go.

Alamat Museum Wayang

Museum ini letaknya persis berada di sisi Taman Fatahillah, jadi cukup beberapa langkah aja dari tempatku istirahat udah nyampe. Alamat pastinya berada di Jalan Pintu Besar Utara No.27, Jakarta Barat, Jakarta.

Sejarah Museum Wayang

Dulunya Gedung Museum Wayang ini adalah sebuah bangunan gereja yang dibangun pada tahun 1640 dengan nama “de Oude Hollandshe Kerk” dan pada tahun 1732 diperbaiki dan berganti nama menjadi “de Nieuw Holandsche Kerk”. Pada tahun 1939, bangunan ini diubah pula menjadi Gedung Museum Batavia hingga pada 13 Agustus 1975 diresmikan oleh H. Ali Sadikin, Gubernur Jakarta sebagai Museum Wayang. Wuih... sungguh sejarah yang panjang.

Koleksi Museum Wayang

Dengan Pede aku masuk ke dalam Museum Wayang, tapi seorang bapak-bapak berkumis tebal kemudian bertanya. “Mau kemana dik?”

“Mau masuk ke museum pak.” Jawabku pede.

“Ini pintu keluar dik, pintu masuknya sebelah sana.” Ucapnya sembari menunjuk pintu museum satu lagi.

Sial...!!!

Sial...!!!

Sial...!!!

Malu-maluin aja ah salah pintu.

Siallll...!!!

“Oh... begitu ya pak, terima kasih kalo begitu.” Ucapku sambil tersenyum. Senyum palsu menahan malu. Damn!

Eh... tapi di pintunya ini emang kagak ada tulisan pintu masuk atau pintu keluarnya kok. So... bukan salah ku dong.

Iya kan?

Iya kan?

Setelah masuk dari pintu yang benar, aku kemudian membeli tiket masuknya seharga Rp. 5000 aja untuk umum dan cuma Rp. 3000 untuk mahasiswa. Murah meriah uy.. apalagi ada kartu sakti, kartu tanda mahasiswa. Muhahahahha.....

Begitu masuk ke dalam, aku terperangah melihat koleksi wayang di museum ini. bener-bener buanyak coy. Di kanan ada wayang, di kiri ada wayang, di depan ada wayang, di belakang pun ada wayang. Tapi wajar sih, namanya juga museum wayang, ya isinya wayang la, masak kue lepat.
Terperangah melihat koleksi wayang
Kanan kiri ada wayang

Selama ini yang aku tau tentang wayang cuma wayang kulit, wayang golek dan wayang orang aja. Padahal ternyata wayang itu punya buanyak jenis. Ada wayang kulit, wayang golek, wayang  kardus, wayang rumput, wayang janur, wayang beber dan macem-macem. Bahkan wayang kulit, wayang golek dan wayang-wayang lainnya ini punya jenis-jenisnya lagi. beuh... keluarga besar wayang ternyata ada bermacam-macam banget.
Koleksi wayang
Selain koleksi wayang-wayang dari seluruh Indonesia, ada juga koleksi boneka-boneka khas dari daerah Indonesia seperti boneka Sigale-Gale dari Sumatera Utara dan Onde-Onde dari Jakarta. Selain itu ada pula koleksi boneka-boneka yang berasal dari Eropa, Thailand, Suriname, Tiongkok, Vietnam, India, Kolombia dan lain-lain.

Berbagai perlengkapan pewayangan juga lengkap di museum ini, seperti alat musik set gamelan, alat penerangan, panggung dan alat-alat lainnya. Serta ada juga lukisan-lukisan wayang dan silsilah tokoh-tokoh pewayangan.
Set Gamelan
Yang paling menarik untukku di sini adalah aku bertemu boneka si Unyil. Horeeee.... soalnya aku emang suka banget tuh nonton acara laptop si Unyil di tv, jadi rasanya seneng banget bisa ketemu langsung dengan boneka Si Unyil dan kawan-kawannya macem si Pak Raden, Usro, Pak Ogah, dan lain-lain. Hihihi....


Kosakata

Lepat = Makanan dari pisang, ubi atau labu yang ditumbuk halus kemudian di bungkus daun pisang dan dikukus.

Jumat, 19 Mei 2017

Petualangan di Jakarta: Santai Sejenak di Taman Fatahillah



Uwih... capek juga ternyata menjelajahi Kota Tua Jakarta ini. Tapi wajar sih, soalnya Kota Tua ini cukup besar dan ada buanyak banget bangunan-bangunan tua nan bersejarah dengan arsitektur dan bentuk bangunan yang ikonik. Museum-museumnya pun luas dan koleksinya banyak yang menarik, jadi sayang banget kalo dilewatkan.

Apalagi hari ini aku juga dari jam 3 pagi udah bersiap dan harus berangkat ke Kuala Namu demi penerbangan ke Jakarta dan begitu nyampe Jakarta langsung menuju ke Kota Tua naik damri. So.... terasa juga capek dan lapernya, soalnya udah jam 12 siang juga.

Akhirnya setelah puas menjelajahi Museum Fatahillah, aku memutuskan untuk istirahat sejenak dan mengumpulkan kembali tenagaku di Taman Fatahillah yang berada tepat di depan Museum Fatahillah alias Museum Sejarah Jakarta. Taman ini dikatakan sebagai pusatnya Kota Tua Jakarta. 
Taman Fatahillah
Taman Fatahillah
Sambil duduk dan menikmati cemilan di bangku taman yang tersebar di setiap sisi taman, aku juga memperhatikan suasana taman ini. Ternyata meski bukan hari libur, pengunjung Taman Fatahillah cukup rame. Kebanyakan sih dateng bareng teman atau pasangannya yang terlihat cukup mesra. Dan kayaknya cuma aku sendiri yang datang sendirian. Sial.

Beberapa pengunjung kulihat asyik mengambil foto dari berbagai sudut, ada juga yang membuat video. Sedangkan pengunjung yang lain ada yang bersantai menikmati waktu, ada yang berkeliling ke sana ke mari dan ada juga yang bermain sepeda. Cukup rame.

Taman Fatahillah ini pun cukup asyik, meski cuacanya agak panas sih. Tapi pengelolaannya cukup bagus, bangku-bangku taman tersebar di setiap sisi taman, kondisinya bersih dan di tengah tamannya ada satu kolam air mancur.

Saat aku melihat ke arah kanan, eh.. malah ketemu meriam cabul.

Iya meriam cabul.

Gimana nggak cabul coba? Bentuk meriamnya sih macem meriam-meriam pada umumnya meski ukurannya lebih besar, tapi di pangkalnya itu ada ukiran tangan dengan jari jempol yang dijepit di antara jari telunjuk dan jari tengah. Sungguh cabul banget pose meriam ini.
Meriam dengan pose aduhay
Eh tapi ternyata meriam ini adalah meriam Si Jagur.

busyet... meski cabul tapi namanya keren amat ya.

Meriam Si Jagur

Meriam Si Jagur ini dulunya dipercaya bisa mengabulkan doa keluarga yang pengen punya anak. Hm... pantes posenya cabul banget. Ternyata walau posenya cabul, kau bagus juga ya meriam. Hahahaha...

Namun sebenarnya pose Meriam Si Jagur, meriam peninggalan Portugis ini bukanlah memiliki arti yang porno, tapi melambangkan “fico” dalam bahasa Portugis yang artinya “semoga beruntung” dan juga memiliki makna kesuburan.
Meriam Si Jagur dan Taman Fatahillah
Huuuuaaaa.... rasanya tenagaku udah terisi setelah istirahat dan makan cemilan. Makan cemilan ya. bukan karena liat meriam Si Jagur itu. So... saatnya melanjutkan penjelajahan dan tujuan selanjutnya adalah Museum Wayang. Lets Go.

Selasa, 16 Mei 2017

Petualangan di Jakarta: Museum Fatahillah



Puas sudah rasanya melihat berbagai koleksi mata uang di Museum Bank Indonesia yang bikin pengoleksi mata uang sepertiku ngiler.
ya ampun.... koleksi mata uangnya lengkap banget sih.
Aku kemudian meneruskan langkah menjelajahi sisi-sisi Kota Tua Jakarta ini.  Sejauh mata memandang yang terlihat adalah bangunan-bangunan tua dengan arsitekturnya yang khas. Kebanyakan sih aku nggak tau gedungnya dijadiin apa, tapi beberapa dijadikan kafe, so pasti kafenya keren dong secara bangunannya aja udah artistik gitu. Keren banget emang nih Kota Tua.
Jelajah Kota Tua Jakarta
Setelah beberapa jauh menjelajah, akhirnya aku nyampe juga di Gedung Museum Fatahillah yang punya nama resmi Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia.
Busyet... banyak amat nama samarannya. Ini gedung atau agen mata-mata sih :D
Museum Fatahillah
Alamat Museum Fatahillah
Museum yang sok punya banyak nama ini beralamat di Jalan Taman Fatahillah Nomor. 1, Jakarta Barat, DKI Jakarta, Indonesia dan berada tepat di depan Taman Fatahillah, Kota Tua.
Sejarah dan Arsitektur Museum Fatahillah
Gedung cantik yang katanya merupakan ikon Kota Tua Jakarta ini dibangun pada tahun 1707 sampai tahun 1712 atas perintah Gubernur Jendral Joan Van Hoorn yang diarsiteki oleh W.J. Van De Velde dengan arsitektur khas Neoklasik dan bangunanya menyerupai bangunan Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
Bangunan ini dulunya merupakan gedung balai kota Batavia dan dijadikan sebagai pusat pemerintahan kolonial Belanda di Batavia. Namun setelah wilayah Batavia meluas ke selatan, aktivitas balai kota dipindahkan ke wilayah Jakarta Pusat. Bangunan ini kemudian dijadikan kantor pemerintah Jawa Barat dan sempat dijadikan kantor pemerintah yang lain hingga pada tanggal 30 Maret 1974 Gubernur Ali Sadikin merenovasinya dan meresmikannya sebagai Gedung Museum Sejarah Jakarta.
Koleksi
Setelah membeli tiket masuknya yang cuma Rp. 5000 aja, sekarang saatnya menjelajah di dalam museum. Koleksi museum ini cukup beragam menurutku. Koleksinya  mulai dari berbagai peninggalan kerajaan Tarumanegara hingga benda-benda kerajinan khas Betawi. Lalu ada berbagai perabotan peninggalan bangsa Belanda dan lukisan-lukisan yang menggambarkan suasana dan pemandangan Kota Batavia pada jaman dahulu. Lukisannya keren-keren. Selain itu juga terdapat berbagai barang seperti senjata dan berbagai barang koleksi lainnya.
Lukisan Kota Batavia
Perabotan tempo dulu
Kemudian aku beranjak ke lantai 2, di sini ada jendela-jendela besar sehingga kita bisa melihat pemandangan Taman Fatahillah di bawah sana lengkap dengan segala keramaiannya. Asyik juga sih tempatnya untuk sekedar bensantai, apalagi bisa merhatiin cewek-cewek Jakarta berlalu lalang di bawah sana.
Taman Fatahillah
Woy... fokus woy.. fokus..
Ok.. Ok... Turun dari atas aku melangkah ke bagian belakang museum, di sini terdapat penjara bawah tanah bagi para tahanan yang melawan pemerintah Hindia Belanda. Ada penjara khusus wanita dan ada penjara khusus pria.
Ruangan penjaranya cukup kecil dan sempit bahkan terkesan serem. Bahkan aku sempat bertanya ama pengunjung lain tentang aman nggaknya masuk ke dalam penjaranya. Soalnya kan nggak seru juga kalo tiba-tiba pas di dalam pintunya terkunci sendiri. Iiii...
Penjara pria
Konon pada jaman dahulu banyak tahanan yang tidak diberi makan dan minum hingga dibiarkan mati di dalam penjara ini tanpa sempat menjalani proses persidangan. Oh ya, Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro dan Cut Nyak Dhien juga pernah di penjara di sini.
Selanjutnya kemana?

Jumat, 12 Mei 2017

Petualangan di Jakarta: Museum Bank Indonesia



Museum Bank Indonesia
Setelah puas belajar sejarah sambil menikmati koleksi Museum Bank Mandiri, aku kemudian melangkahkan kaki ke gedung sebelahnya yaitu Museum Bank Indonesia. Kedua museum ini letaknya emang bersebelahan, tepatnya beralamat di Jalan Pintu Besar Utara No. 3, Jakarta Barat.

Saat di halaman Museum Bank Mandiri aku sempat bertemu turis dari Jepang, ternyata mereka juga ingin mengunjungi Museum Bank Indonesia namun tidak tahu tempatnya. So... sebagai rakyat Indonesia yang ramah, ehem.. ehem... ramah gem. Aku pun menunjukkan gedung Museum Bank Indonesia walau dengan bahasa Inggris yang amburadul. Hahahaha....

Tiket Masuk

Harga tiket masuk ke Museum Bank Indonesia ini juga hanya Rp. 5000 saja, cukup murah dan ternyata turis Jepang tadi sekalian membayarkan tiket masukku. Ya ampun... rasanya sungkan banget, padahal aku kan cuma nunjukin arah doang. Tapi terima kasih banyak ya mister. Terima kasih banyak.

Lumayan... dapat tiket gratis. Hahaha..

Sejarah dan Arsitektur Gedung Museum Bank Indonesia

Gedung Museum Bank Indonesia dibangun pada tahun 1828 dengan arsitektur khas neo-klasikal yang dipadu dengan pengaruh lokal. Dulunya gedung ini adalah gedung De Javasche Bank. Melihat arsitektur gedung ini seperti lagi di Eropa lho soalnya bentuk bangunannya keren banget cuy.

Koleksi Museum Bank Indonesia

Setelah menitipkan backpack, saya langsung melihat-lihat berbagai koleksi yang ada di dalam museum ini. Koleksinya cukup lengkap, mulai dari sejarah perekonomian Indonesia sejak jaman kerajaan hingga perekonomian Indonesia saat ini pun ada. Kemudian juga ada sejarah Bank Indonesia secara lengkap termasuk perubahan logo-logo Bank Indonesia serta peran Bank Indonesia terhadap kemajuan Indonesia.
Ruang sejarah perekonomian Indonesia
Ruang sang pemimpin

Sejarah logo Bank Indonesia

 Lebih lanjut ke dalam terdapat koleksi emas batangan yang bertumpuk-tumpuk. Sempat bingung juga sih, itu asli atau nggak. Soalnya banyak banget. Dan yang paling menarik tentu koleksi mata uangnya, lengkap banget. Mulai dari mata uang jaman kerajaan, jaman penjajahan, hingga mata uang Rupiah dari awal hingga yang terbaru. Selain itu juga ada koleksi mata uang dari berbagai negara. Sebagai orang yang juga suka mengoleksi mata uang kuno, aku jadi merasa ngiler liat koleksi museum ini.
Emas cuy, tapi imitasi kok :D
Salah satu koleksi mata uang di dalam museum
 Ngiler cuy


Koleksi Museum Bank Indonesia ini juga selain disajikan dengan bentuk barang, diorama, dan gambar, mereka juga memanfaatkan teknologi modern dan multi media, seperti di salah satu ruangannya ada tembok seperti layar yang menampilkan uang koin kuno yang berjatuhan. Jika uang koinnya ini kita tangkap, maka ntar muncul deh nama dan penjelasan tentang uang koin itu. Keren deh....
Anak SMP sedang mencoba menangkap koin
So... Selanjutnya kita ke mana lagi?