Rabu, 26 Januari 2022

Museum Sriwijaya, Bukti kebesaran Kerajaan Sriwijaya di masa lampau

Museum Sriwijaya
Museum Sriwijaya

Tap.. tap.. tap.. tap...

Setelah cukup puas menikmati berbagai peninggalan sejarah dan budaya yang ada di Museum Balaputera Dewa dan Rumah Limas, aku kembali melangkahkan kaki untuk menjelajah sudut-sudut wisata yang ada di Kota Palembang, Sumatera Selatan, sang Kota Pempek.

Langkah kakiku kemudian membawaku ke daerah pinggiran Sungai Musi. Cuaca panas Kota Palembang yang cukup menyengat lumayan terobati dari hembusan angin Sungai Musi yang terasa menyejukkan.

Seger juga.

Di sini aku berencana mengunjungi Museum Sriwijaya. Museum yang menyimpan bukti kebesaran Kerajaan Sriwijaya di masa lampau.

Alamat Museum Sriwijaya

Museum Sriwijaya terletak di dalam Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya di Jalan Syakyakirti, Karang Anyar, Kota Palembang. Museum ini diyakini berdiri di bekas kawasan istana Kerajaan Sriwijaya di masa lalu. Museum ini juga letaknya tak jauh dari Sungai Musi yang dulunya menjadi jalur perdagangan internasional. 

Museum Sriwijaya
Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya

Tiket masuk dan jadwal buka Museum Sriwijaya

Sebelum menjelajahi isi museum, aku harus membeli tiket masuknya. Pertama ada tiket masuk ke dalam Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya seharga Rp. 3000 dan udah bebas buat jelajahi bagian tamannya. Selanjutnya aku membayar lagi Rp. 2000 untuk tiket masuk ke dalam museumnya.

Oh ya, museum ini buka setiap hari kecuali hari senin dan hari libur nasional. 

Museum Sriwijaya
Tiket masuk Museum Sriwijaya

Isi Museum Sriwijaya

Museum Sriwijaya menyimpan berbagai benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya berupa artefak, seperti prasasti, arca, manik-manik, keramik, hingga kayu pecahan kapal dan kemudinya. Beberapa artefak utama adalah prasasti yang menggambarkan kebesaran Kerajaan Sriwijaya seperti Prasasti Kedukan Bukit yang berisi tentang perjalanan Raja Sriwijaya bersama ribuan pasukannya dan memperoleh kemenangan. 

Museum Sriwijaya
Prasasti kedukan bukit
Museum Sriwijaya
Translate Prasasti Kedukan Bukit

Selanjutnya ada Prasasti Telaga Batu yang menceritakan struktur birokrasi pemerintahan Sriwijaya dan berbagai macam pekerjaan lainnya. Dan terakhir ada Prasasti Talang Tuo yang menceritakan pendirian Taman Srikesetra untuk masyarakat Sriwijaya.

Selain Prasasti, juga ada banyak artefak lainnya seperti kayu pecahan kapal dan kemudinya yang menjadi bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim. Lalu ada banyak juga pecahan keramik yang menjadi bukti bahwa Sriwijaya pada masanya adalah pusat perdagangan. 

Museum Sriwijaya
Info tentang Kerajaan Sriwijaya
Museum Sriwijaya
Berbagai situs temuan peninggalan Sriwijaya
Museum Sriwijaya
Pecahan kayu kapal
Museum Sriwijaya
Artefak keramik

Terakhir, di museum ini juga banyak ditemukan arca Budha dan Hindu. Meskipun Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang bercorak Budha. Namun jika dilihat dari banyaknya artefak Hindu yang ditemukan menjadi bukti bahwa sejak dahulu sudah terbentuk toleransi dan keberagaman yang kuat di Bumi Sriwijaya.

Mantap. 

Museum Sriwijaya
Arca di depan museum

Setelah puas menjelajahi tiap sudut Museum Sriwijaya, aku pun keluar dari museum ini dan berencana melanjutkan petualangan. Sebenarnya masih ada Taman Sriwijaya yang menarik untuk dikunjungi, tapi entah kenapa rasanya mau ke tempat yang lain aja deh.

Aku kembali menyusuri jalanan di tepian Sungai Musi ini hingga sesaat mataku terpaku pada seorang gadis berkaos hitam berambut panjang yang baru keluar dari sebuah gang.

Perlahan langkah kami semakin mendekat,

Sepertinya manis juga.” Ucapku dalam hati.

Tiba-tiba angin dari Sungai Musi bertiup dan membuat rambutnya tergerai. Spontan dia merapikan rambutnya dan....

Busyet, manis banget sih. Serius!”.

“Kak, Jalan ke Museum Al-Quran Al Akbar yang mana ya?” Ucapku tanpa sadar ketika terpana melihatnya merapikan rambutnya yang tergerai. 

Museum Sriwijaya
Siganteng yang unyu di Museum Sriwijaya

To be continued.....

Kamis, 20 Januari 2022

Bagian Dalam Rumah Limas Di Museum Balaputera Dewa Palembang

Rumah Limas Palembang
Rumah Limas Palembang

            Hai sahabat backpacker, gimana kabarnya? Semoga sehat-sehat aja ya. Aamiin...

Berhubung kemarin banyak yang protes karena aku nggak masuk ke dalam Rumah Adat Limas yang ada di Museum Balaputera Dewa, Palembang. Jadi aku ke sini lagi untuk masuk ke dalam rumah adat tersebut.

Ya nggak lah! Acem betul aja gara-gara itu aku balik lagi ke Palembang.

Jadi beberapa hari yang lalu kami dikabari oleh Balai Diklat Keagamaan Palembang bahwa sertifikat latsar yang kami ikuti di bulan Oktober udah keluar, jadi harus diambil langsung ke sana. Busyet! Kukira bakal dikirimin ke Bengkulu.

Atas dasar penghematan biaya, jadi dari Provinsi Bengkulu yang ada 68 orang CPNS , diwakili 4 orang yang berangkat ke sana dan aku salah satunya. Sebenarnya aku nggak mau berangkat sih, soalnya lagi nggak enak perut. Tapi karena teman-teman yang lain nggak ada yang mau, ya udah deh. Toh gratis. Muhehehehehe.....

Setelah urusan sertifikat tersebut selesai, maka esoknya sebelum bus travel yang membawa kami kembali ke Bengkulu menjemput, aku menyempatkan untuk jalan-jalan sejenak di Kota Pempek ini. Dan tujuanku adalah, Rumah Adat Limas Palembang

Rumah Limas Palembang
Pernah menghiasi uang Rp. 10.000

Alamat Rumah Adat Limas

Rumah adat Limas berada di dalam komplek Museum Balaputera Dewa yang beralamat di Jalan Srijaya, No. 1, Rw 5, Srijaya, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Kota Palembang. Museum ini letaknya masih ada di sekitar pusat kota Palembang, bahkan museum ini juga nggak jauh dari Stasiun LRT RSUD Prov Sumsel. Jadi mudah banget deh kalo mau ke museum ini.

Sejarah Rumah Adat Limas

Konon Rumah Adat Limas ini sudah berdiri sejak tahun 1830, pada zaman Kesultanan Palembang dan merupakan peninggalan Pangeran Arab yang bernama Syarif Abdurrachman Alhabsi dan Syarif Ali. Rumahnya pun masih berdiri kokoh karena dibangun dari bahan kayu tembesu dan ulin yang terkenal kuat dan tahan air.

Dulunya rumah ini berada di tepian sungai Musi yang merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Palembang dan sekarang dipindahkan ke belakang Museum Balaputera Dewa.

Isi Rumah Adat Limas

Setelah membayar tiket masuknya yang seharga Rp. 2000 aja, aku segera ke bagian belakang museum, langsung ke Rumah Adat Limasnya.

 Bagian pertama adalah Pagar Tenggalangong yang merupakan tempat bersantai. Pagarnya bernama Lawang Kipas dan bisa dibuka sehingga bisa menjadi teras dan biasanya digunakan sebagai tempat hajatan. 

Rumah Limas Palembang
Pagar Tenggalangong
Rumah Limas Palembang
Dari pagar Rumah Limas

Kemudian di depannya ada sebuah ruangan yang dilengkapi berbagai perabotan seperti lemari kayu, meja dan kursi hingga ada yang mirip dengan singgasana. Kemudian juga ada beberapa koleksi unik seperti tengkorak kepala rusa, piano tua, lampu minyak dan lemari kaca yang berisi berbagai keramik dan guci. 

Rumah Limas Palembang
Bagian dalam Rumah Limas
Rumah Limas Palembang
Lemari kayu
Rumah Limas Palembang
Kursi dan meja
Rumah Limas Palembang
Kayaknya lampu minyak sih
Rumah Limas Palembang
Tengkorak rusa
Rumah Limas Palembang
Piano tua
Rumah Limas Palembang
Guci dan keramik

Beranjak kebagian dalam ada dua kamar yang dulu dijaga pengawal khusus karena merupakan kamar pengantin dan kamar tamu kehormatan. Di dalamnya ada tempat tidur dan perabotan kamar. Selanjutnya ada ruangan untuk menerima tamu kehormatan. Di bagian belakang ada ruang kerja yang biasanya digunakan sebagai dapur dan tempat menenun bagi anak perempuan pemilik rumah. Terakhir ada ruangan sesimbur pengantin yaitu tempat mandi pengantin. 

Rumah Limas Palembang
Tempat menerima tamu
Rumah Limas Palembang
Kamar pengantin atau kamar tamu kehormatan 
Rumah Limas Palembang
Peralatan tenun

Setelah itu ada jembatan penghubung dengan rumah satunya, namun rumah satunya ini lebih berfungsi seperti gudang, tempat menyimpan berbagai peralatan dan koleksi lainnya. 

Rumah Limas Palembang
Jembatan penghubung
Rumah Limas Palembang
Ukiran khas

Puas menjelajahi isi dalam Rumah Limas, aku kembali beranjak ke depan rumah dan saatnya berfoto dengan latar Rumah Adat Limas bareng uang Rp. 10.000 emisi tahun 2004 yang bergambar rumah ini.

Oh ya, berhubung aku nggak bawa uangnya, jadi aku minjem uang Rp. 10.000 milik museum ini yang sudah dilaminating. Dan syarat peminjamannya cuma meninggalkan KTP.

Cekrek.. cekrek.. cekrek.. hmm... mantap juga ya. :D

Rumah Limas Palembang
Berfoto di depan Rumah Limas