Selasa, 17 September 2019

Objek Wisata di Manila - Filipina


Hai sahabat backpacker, selamat datang di blog backpack sejarah, blognya si backpacker yang ganteng dan unyu. :D

Kali ini aku mau berbagi informasi tentang objek wisata yang bisa kawan-kawan datangi kalo lagi berwisata di Kota Manila, Filipina. Btw daftar tempat ini kubuat berdasarkan tempat-tempat yang udah pernah kudatangi secara langsung saat aku jalan-jalan di Manila. Jadi daftarnya cuma dikit, tapi udah kubuktiin secara langsung tempatnya.

Langsung aja, inilah daftar objek wisata di Kota Manila, Filipina.

1. Rizal Park

Rizal Park adalah ikon dari kota Manila, bisa dibilang belum ke Manila kalo belum ke Rizal Park. Rizal Park dikenal juga dengan nama Luneta Park adalah taman bersejarah di Filipina karena disinilah Jose Rizal ditembak penjajah Filipina. Taman ini letaknya tepat di pusat kota Manila dan di taman ini terdapat banyak hal-hal yang menarik. Selengkapnya baca di sini
Rizal Park
Rizal Park

2. Monumen Jose Rizal


Monumen Jose Rizal adalah monumen utama di Rizal Park. Monumen ini dibangun untuk menghargai jasa kepahlawanan Dr. Jose Rizal. Jose Rizal merupakan pahlawan nasional dan patriot tertinggi Filipina. Abu jenazah Jose Rizal juga disemayamkan di monumen ini. Selengkapnya baca di sini
Monumen Jose Rizal
Monumen Jose Rizal

3. Monumen Lapu-Lapu

Monumen Lapu-Lapu atau dikenal juga dengan nama the statue of the Sentinel of Freedom, monumen ini letaknya di Rizal Park juga dan dibangun sebagai penghargaan bagi Lapu-Lapu, pahlawan nasional pertama Filipina. Selengkapnya baca di sini
Monumen Lapu-Lapu
Monumen Lapu-Lapu

4. Kilometer Zero

Kilometer Zero adalah titik 0 KM Manila. Monumen ini terletak tepat di depan monumen Jose Rizal dan hanya berseberangan jalan aja. Monumen ini bentuknya tugu kecil, terus di dinding tugunya ada tulisan KM 0 dan peta negara Filipina. Selengkapnya baca di sini
Kilometer Zero

5. Monumen Centennial Memorial Clock 

Monumen ini letaknya pas banget di belakang Kilometer Zero. Bentuknya tugu kecil dengan jam bundar di dinding monumennya. Monumen ini dibangun sebagai peringatan atas 100 tahun kemerdekaan negara Filipina. Selengkapnya baca di sini
Monumen Centennial Memorial Clock

6. Intramuros

Intramuros ini bisa dibilang kota tuanya Manila sih. Kalo secara harfiah, Intramuros artinya di dalam benteng. Jadi nih kota tua emang berada di dalam sebuah benteng yang dikelilingi dinding batu yang tebal. Dinding batu ini dibangun oleh Spanyol saat mereka menjajah Filipina. Di dalam tembok ini ada banyak bangunan tua peninggalan Spanyol. Btw, lokasi Intramuros nggak begitu jauh dari Rizal Park. Jalan kaki aja juga bisa. Selengkapnya baca di sini
Intramuros
Intramuros

7. Gereja Katedral Manila

Gereja ini adalah salah satu bangunan tua yang ada di dalam Intramuros. Gerejanya dibangun tahun 1571 dan udah beberapa kali mengalami kerusakan. Tapi sekarang udah bagus dan masih difungsikan hingga saat ini. Selengkapnya baca di sini
Gereja Katedral Manila

8. Teluk Manila

Secara geografis, letak Kota Manila ini emang berada di tepi laut, jadi kalo mau liat laut mah mudah banget, tinggal jalan ke arah pesisirnya dikit aja udah bisa ngeliat Teluk Manila. Tapi yang paling keren sih liat Teluk Manila itu saat sunset, soalnya bisa liat lautan dengan latar perkotaan dan kapal-kapal yang berlalu lalang. Keren deh.... Selengkapnya baca di sini
Teluk Manila

Cuma segitu aja sih tempat wisata yang sempat kukunjungi saat lagi traveling di Kota Manila, Filipina. Sebenarnya masih ada banyak banget lagi objek wisata yang ada di kota ini. Bahkan di Intramuros aja masih banyak bangunan bersejarah lainnya. Sayangnya sih aku belum sempat ngunjunginya. Mungkin kalo ntar aku ke sana lagi, daftar ini bakal ku tambah. Ya... Semoga aja. Amin....
Siganteng yang unyu di Rizal Park

Senin, 16 September 2019

Petualangan di Luar Negeri: Kembali Pulang

Selamat pagi sahabat backpacker...

Pagi ini adalah pagi terakhir ku di atas Kapal Pesiar Superstar Virgo. Barang-barangku pun udah ku simpan rapi di dalam tas ransel yang ku bawa untuk berpetualang saat ini dan tepat jam 8 pagi nanti, kapal ini akan merapat di Pelabuhan Manila.

Sebelum itu, kami menyempatkan diri untuk sarapan sejenak. Lumayanlah sarapan mewah untuk mengawali perjalanan pulang ini. Saat sarapan itu, kami mulai melihat kapal-kapal berukuran besar dan kecil berlalu lalang yang menandakan kami semakin dekat dengan pelabuhan. Sesekali juga terlihat bapak-bapak nelayan yang melambaikan tangan.

Tak begitu lama, kami tiba dengan selamat di Pelabuhan Manila. Berhubung siang ini  penerbangan kami menuju Jakarta, kami segera mencari taksi untuk membawa kami menuju bandara.

Ah... Kemacetan Kota Filipina terasa sepanjang perjalanan. Beruntung kami tiba tepat waktu.
Ninoy Aquino International Airport
Setelah cek in dan segala urusan tetek bengeknya selesai, perjalanan pulang kami dengan Malaysia Air pun dimulai. Berhubung aku duduknya di sebelah jendela, jadi sepanjang penerbangan ini, aku cukup menikmati pemandangan yang ada, karena di bawah sana terlihat pulau-pulau kecil dan lautan biru.
Pemandangan dari pesawat

Pulau Kecil dan Lautan Biru
Setelah sempat transit dan mengalami delay di Bandara Internasional Kuala Lumpur, kami kembali terbang menuju Jakarta. Tak begitu lama, senja pun menyapa kami. Pemandangan senja dengan cahaya matahari yang temaram terlihat cukup cantik juga sebagai penutup hari itu. Tak lama, malam pun tiba, dan hanya gelap yang terlihat di luar jendela pesawat.
Pemandangan Sunset dari pesawat
Setelah beberapa jam di dalam pesawat, akhirnya kami tiba di Bandara Soekarno Hatta dengan selamat. “Ah... Selamat datang kembali di Indonesia.” Ucapku pada diri sendiri.
Dari bandara kami kemudian melanjutkan perjalanan ke hotel yang ada di belakang kawasan bandara. Malam ini kami akan menginap di sana sebelum besoknya kembali ke rumah masing-masing.

Btw sebelum tidur, kami juga sempat makan ayam geprek yang ada di dekat hotel. Setelah hampir seminggu nggak makan sesuatu yang pedas di atas kapal, akhirnya kami bisa kembali makan sambel yang pedas. Mantap..

Pertama kali Naik Lion Air

Besoknya pejalanan pulang ku pun dimulai dan kali ini aku akan menggunakan maskapai Lion Air. Soalnya penasaran juga, gimana sih rasanya naik Lion Air ini, apalagi selama ini pemberitaan tentang Lion Air nggak begitu bagus. Jadi makin penasaran.

Kesan pertamaku saat mau naik Lion Air ini adalah, antrian cek in nya yang panjang banget. Karena mereka cuma buka beberapa konter cek in, padahal yang mau cek in tuh rame dan punya rute tujuan yang berbeda.
Antrian cek in yang panjang
Yang kedua, saat masuk ke dalam pesawat, ternyata penumpang Lion Air ini cukup berisik. Bahkan ada satu kejadian lucu, yaitu saat ada seorang ibuk-ibuk yang nggak mau duduk di kursinya padahal pesawat udah mau take off. Setelah 3 kali dikasi tau ama mbak pramugari dan si ibuk tetap nggak mau duduk dan tetap asyik ngobrol ama ibuk-ibuk yang lain, si pramugari akhirnya ngambek sambil bilang “terserah deh” saat berbalik badan. Wkwkwkwkwk...

Dan kesan terakhirku saat naik Lion Air ini adalah kurang nyaman. Soalnya sandaran kursiku nggak bisa diturunin. 2 jam perjalanan, aku cuma bisa duduk lurus. Nyebelin banget. -_- Dan saat aku mau motret pemandangan di luar, tenyata hasilnya kayak gini. Jendelanya baret-baret cuy. Kagak bisa moto. Hadewh....
Pemandangan dari Lion Air
Akhirnya jam 3 sore aku tiba juga di Bandara Internasional Kuala Namu. Untuk menuju kota Medan aku memilih menggunakan Kereta Bandara, ya itung-itung balas dendam untuk penerbangan tadi.
Kereta Bandara Kuala Namu
Sayangnya begitu aku tiba di Stasiun Kereta Api Kota Medan, hujan deras pun mengguyur kota ini. Dan tak lama kemudian jalanan di depan stasiun mulai terendam air. Ah... Bakal susah pulang nih.

Dengan berusaha menghindari air, aku pun naik ke angkot untuk menuju kost. Tapi saat di angkot, si supir masih juga masukin penumpang meskipun nih angkot udah kepenuhan. Jadinya sesak dan panas deh, apalagi di luar juga macet karena jalanan yang terendam air.

Banjir, macet dan padat.

Ya... Selamat datang lagi di kehidupan nyata. Liburanmu kemarin di Kapal Pesiar, di Filipina, di Taiwan dan Hong Kong udah usai.
Cuma itu yang bisa kuucapkan.

Minggu, 15 September 2019

Petualangan di Kapal Pesiar: Gala Dinner dan Hari Terakhir di Kapal

Hai sahabat backpacker, selamat pagi semuanya.
Pagi ini aku masih ada di atas kapal pesiar Superstar Virgo. Setelah bangun tidur, akupun Segera mandi dan berganti pakaian. Setelah itu, seperti rutinitas biasaku saat di kapal, aku pun naik ke sun deck untuk sekedar menghirup angin laut di pagi hari dan melihat sunrise. Tapi karena anginnya cukup kencang dan dingin, kali ini aku nggak berlama-lama di atas sini. Dingin uy...
Pagi di atas kapal pesiar
Setelah itu, aku pun turun ke resto favorit di kapal pesiar ini, yaitu Resto Mediterranian Buffet. Resto favoritku, soalnya di resto ini aku bisa ambil makanan sepuasnya dan semuanya gratis karena sudah termasuk dalam biaya tiket kapal. Mantap banget...

Menu sarapan pagi ini adalah nasi, mie goreng dan kentang goreng pake saos. Sedangkan minumannya adalah jus jeruk hangat. Beuh... Mantap uy. Meski sederhana tapi cukup nikmat kok, apalagi makannya di atas kapal pesiar. Awas iri ya. :p
Sarapan pagi ini
Saat sedang asyik menyantap sarapan sambil menikmati indahnya laut lepas di Laut China Selatan ini,  tiba-tiba pasangan yang duduk di sebelah, sarapan sambil suap-suapan. Sarapanku yang tadinya nikmat, tiba-tiba terasa hambar. -_-

Mending balik ke kabin dah...
Balik ke kabin cuy
Hari ini kami tidak memiliki agenda sih, soalnya hari ini kapal pesiar Superstar Virgo yang kami naiki ini memang tidak akan singgah di pelabuhan manapun. Tetapi akan terus berlayar seharian di lautan bebas kembali menuju Manila.
Laut China Selatan
Oleh karena itu, untuk mengisi waktu luang, kami hanya berkeliling kapal saja, melihat-lihat fasilitas dan berbagai ruangan yang belum kami lihat sebelumnya. Di kapal ini terdapat pusat perbelanjaan, ya kayak mall-mall gitu sih. Yang dijual juga banyak, ada koper, pakaian hingga jam tangan. Semuanya bermerek dan harganya muahal banget. Misalnya jam tangan, harganya sampe 1,5 jutaan yang paling murah. -_-

Sebenarnya toko-toko di dalam kapal pesiar ini adalah toko duty free, alias bebas dari pajak. Tapi karena yang dijual tuh barang bermerek dan mewah, ya tetap aja nggak cocok buat kantong backpacker kayak aku. -_-
Mall di dalam kapal pesiar
Di sini juga ada toko yang menjual cenderamata khas kapal pesiar ini. Hampir semua barangnya punya cap kapal pesiar, mulai dari gantungan kunci, mug, kaos, handuk, dan banyak lagi yang lainnya.
Souvenir khas kapal pesiar
Oh ya, di dalam kapal juga ada salon lho, sekali pangkas cuma sekitar 150-250 ribuan. Kayaknya kalo aku pangkas di situ, jadi ganteng banget deh. Wkwkwkwk...

Setelah kami selesai berkeliling, kami pun kembali bersantai dan bersiap untuk jamuan makan malam ntar. Soalnya ntar malam kami akan mengikuti acara gala dinner di restoran Genting Palace. Acara makan malam ini merupakan acara yang istimewa, untuk mengikutinya pun harus daftar terlebih dahulu.

Tepat jam setengah 7 malam, kami pun bersiap dengan pakaian batik yang rapi dan segera menuju Restoran Genting Palace yang ada di deck 6. Baru saja sampe di pintu masuknya, kami langsung disambut dua orang berpakaian jas hitam yang dengan sigap mengantarkan kami ke meja yang kami pesan.
Bangga pake batik di luar negeri

Satu persatu menu yang kami pesan pun datang. Mulai dari sup, salad, hidangan utama, hingga hidangan penutup. Semua menu yang disajikan rasanya sangat berkelas. Hidangan utamanya aja beef steak dan lobster. Btw lobster ternyata rasanya mirip rasa udang harimau, cuma lebih juice dikit. Oh ya, untuk hidangan penutupnya kami milih es krim dan lumayan bikin heboh, soalnya hiasan es krimnya berupa buah ciplukan, buah yang biasanya ada di hutan dan ladang belakang rumah. Tapi di sini malah jadi hiasan es krim berkelas.
Es cream dengan buah ciplukan
Selesai mengikuti Gala Dinner yang berkesan tapi ribet dengan sendok dan garpunya. -_- Kami kemudian pergi ke untuk menonton Gala Show: Memory Lane di Lido Theater. Show kali ini diisi acara tarian dan dansa yang diselingi dengan aksi akrobatik. Cukup menghibur.
Dengan selesainya pertunjukan, selesai pulalah agenda malam terakhir kami di kapal pesiar ini. Besok kami akan kembali ke Manila dan melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah.
Gala Show terakhir

Minggu, 25 Agustus 2019

Petualangan di Hong Kong: A Symphony of Ligts



Puas menikmati Mong Kok sambil nyari oleh-oleh, kami pun segera kembali menuju Tsim Sha Tsui dengan menggunakan MRT. Ada satu agenda penting yang ingin kami saksikan di sana, yaitu A Symphony of Lights.

A Symphony of Lights sendiri adalah sebuah pertunjukan multimedia dari cahaya lampu dan suara paling spektakuler di dunia dan diakui sebagai salah satu pertunjukan yang ikonik di Hong Kong.

Kami menyaksikan pertunjukan ini dari Hong Kong Cultural Center di Tsim Sha Tsui yang menghadap langsung ke Selat Victoria. Saat kami tiba di sana, pengunjungnya udah lumayan rame, jadi kami harus nyari spot yang nyaman untuk menikmati pertunjukan.

Tepat pukul 8 malam, pertunjukan A Symphony of Lights pun di mulai. Cahaya dari lampu sorot, laser, layar dan lampu LED berpadu dengan alunan symphony memenuhi langit malam kota Hong Kong berserta gedung-gedung pencakar langitnya.

A Symphony of Lights di Hong Kong

Laser dan cahaya lampu A Symphony of Lights
Gedung pencakar langit Hong Kong yang tadinya megah, semakin cantik dengan hiasan lampu-lampu tersebut. Cahaya lampunya yang memantul di atas perairan Selat Victoria juga menambah indah pemandangannya.

Sumpah, pertunjukannya keren banget.
Cahaya lampu memantul di Selat Victoria

Pantulan lampu di Selat Victoria
Setelah pertunjukan selesai, pengunjung pun membubarkan diri. Namun kami masih tetap di tempat, karena kami masih ingin menikmati pemandangan Hong Kong ini sedikit lebih lama. Menikmati indahnya pemandangan kota yang begitu megah di seberang Selat di saat malam hari.
Hong Kong di saat malam

Indahnya Hong Kong saat malam
Siganteng menikmati Hong Kong

Oh ya, di dekat kami ini juga ada satu bangunan bersejarah yaitu The Clock Tower. The Clock Tower adalah sebuah menara jam bersejarah yang dibangun pada tahun 1915 sebagai bagian dari stasiun kereta Kowloon-Canton. Sekarang cuma menara jam ini saja yang tersisa dan dijaga dengan baik.
The Clock Tower

Berhubung hari yang semakin malam dan kapal pesiar superstar virgo yang kami naiki akan segera berlayar, kami pun kembali ke kapal. Aku pun segera kembali ke kabin untuk mandi dan bersih-bersih. Setelah itu baru deh makan malam.

Seperti biasa, aku makan malam di Resto Mediterrania Buffet yang ada di deck 7 kapal ini. Dan menu malam ini adalah udang, daging sapi dan ada daging ayam dengan saus. Jujur aja, daging ayamnya enak banget. Bikin pengen nambah terus, sayang perut nggak muat.

Beuh.. mantap rasanya setelah mengisi perut.
Menu makan malam di kapal pesiar

Setelah itu aku segera naik ke sun deck dan melihat kapal pesiar ini yang mulai berlayar meninggalkan pelabuhan Hong Kong. Perlahan Hong Kong semakin terlihat menjauh hingga hilang dari penglihatan.

Ah... Selamat tinggal Hong Kong, semoga kita bisa bertemu lagi di kemudian hari.
Selamat tinggal Hong Kong

Siganteng yang unyu di Hong Kong

Jumat, 23 Agustus 2019

Petualangan di Hong Kong: Mong Kok dan Pedestrian di Hong Kong

Brmm... Brmmm...

Kami kembali menyusuri jalanan Hong Kong dan kali ini kami naik bus tingkat. Bus tingkat memang salah satu moda transportasi yang cukup diandalkan di Hong Kong. Busnya nyaman, haltenya banyak dan menjangkau ke tempat-tempat wisata serta ongkosnya juga masih terjangkau untuk ukuran Hong Kong.

Kami naik bus ini dari halte yang ada di dekat Peak Tower. Dan kali ini aku memilih duduk di tingkat 2 di dekat jendela, biar puas nikmati pemandangan saat turun dari Victoria Peak. Victoria Peak ini pun memang keren, di sini kawasannya elit, rumahnya pun megah-megah. Sesekali juga terlihat gedung-gedung pencakar langit yang memenuhi kota Hong Kong.
Hong Kong dari Victoria Peak
Tujuan kami sekarang adalah halte di dekat stasiun MRT Admiralty, soalnya dari sana kami mau ngelanjutin naik MRT ke Mong Kok, pusatnya oleh-oleh di Hong Kong. Meski tadi udah beli beberapa benda di Peak Market, tapi masih kurang sih buat orang-orang di rumah. Ya sekalian nyari yang murah di Mong Kok.

Bus pun terus melaju dengan nyaman, pemandangan keren terus kami lihat di sepanjang perjalanan, hingga akhirnya bus pun berhenti di halte dekat Admiralty. Tapi dasar kaminya yang geblek, kami malah nggak sadar dan masih asyik nikmati pemandangan. Setelah bus berjalan beberapa meter, baru deh kami sadar kalo kami terlewat dari halte yang dituju. -_-

Mas Zudi huru-buru turun untuk memberitahu supir. Tapi kata supirnya, kalo mau berhenti harus nunggu halte selanjutnya, walaupun cuma terlewat 5 meter doang. Ya mau gimana lagi, jadi kami pun akhirnya nunggu bus berhenti di halte di selanjutnya yang syukurnya sih nggak begitu jauh. Baru deh kami turun.

Hup... Begitu menginjakkan kaki, kepala ku kembali mendongak, liatin gedung-gedung tinggi di sini. Lama-lama bisa sakit leher juga nih. -_-

Btw kami turunnya juga nggak jauh dari The Hong Kong Observation Wheel alias bianglala Hong Kong yang punya 42 gondola itu. Tapi kami nggak ke situ sih, katanya mahal uy.

Backpacker hemat
Bus tingkat Hong Kong dan The Hong Kong Observation Wheel

Gedung-gedung tinggi di Hong Kong

Dari halte, kami lantas berjalan kaki menuju Stasiun MRT Admiralty. Kerennya, pedestrian untuk pejalan kaki di sini tidak cuma ada di bawah doang, tapi ada juga pedestrian layang. Pedestrian layang ini keren banget, tempatnya bersih, banyak petunjuk arah dan terhubung ama halte, stasiun dan pusat perbelanjaan. Pemandangan dari pedestrian layang ini juga cakep.
Pedestrian layang di Hong Kong

Pemandangan dari pedestrian layang Hong Kong
Di sini aku bisa mengerti bagaimana Hong Kong bisa mengatasi kemacetan untuk kota sebesar ini. Pertama mereka memiliki moda transportasi umum yang lengkap, mulai dari mrt, bus, tram hingga ferry. Transportasi umum ini juga menjangkau hingga ke pinggiran kota dan harganya cukup terjangkau.

Yang kedua mereka memiliki pedestrian yang nyaman dan aman buat pejalan kaki. Malah nyaman banget. Jadi keinget pedestrian pejalan kaki di sini, jangankan mau nyaman, aman aja kagak dapat. Baru jalan kaki bentar, udah dikleksonin ama motor, bahkan mobil pun ada. -_-

Lanjut

Setelah tiba di stasiun Admiralty, kami pun kembali naik MTR menuju stasiun Mong Kok. Setibanya di Mong Kok, bingung juga sih mau nyari oleh-oleh dimana, soalnya nih tempat ternyata luas banget.
Jalan-jalan di Mong Kok

Saat itu lah aku bertemu 3 orang mbak-mbak berjilbab yang wajahnya Indonesia. Bisa nanya ama mereka nih, pikirku. Soalnya kalo nanya ama penduduk asli, ntar mereka jawabnya pake bahasa Mandarin, aku yang pusing. Bahasa Inggrisku aja masih kacau kok. -_-

“permisi mbak, numpang nanya dong, kalo nyari oleh-oleh di sekitar sini yang berupa makanan halal, dimana ya mbak?” tanyaku pada mereka.

“ @_#(#)-$$(#)” jawab si mbak. Jawaban yang bikin aku pusing.

Okelah mereka nggak jawab pake bahasa Mandarin, tapi mereka jawabnya pake bahasa Jawa. Hadewh... Aku bukan orang jawa atuh mbak, dan nggak bisa bahasa jawa juga. -_-

Tapi untungnya mas Dipta bisa bahasa Jawa, wong dia uwong Jawa Timur, akhirnya mereka yang ngobrol, saya mah pura-pura nyimak aja. Padahal kagak ngerti uy.

Setelah mereka pergi, baru deh mas Dipta jelasin ke aku dimana tempatnya dan aku pun segera otw ke toko yang dimaksud. Di sini aku cuma beli sejenis kue gitu dua box, buat orang-orang di rumah aja sih.

Selesai dengan oleh-oleh, kami kembali menyusuri Mong Kok ini dan nemu sesuatu yang unik. Jadi di tengah jalannnya, ada jalanan yang di tutup, di situ ada penyanyi dengan alat musiknya. Terus siapapun boleh berjoget bersama, kayak di Jogja gitu. Dan yang joget ternyata ini. -_-
Semangat amat si kakek
Puas di Mong Kok, kami kembali ke Tsim Sha Tsui, ada agenda yang harus kamu tonton di sana, yaitu A Symphony of Lights.

Lets go... 
Si ganteng yang unyu lagi di Mong Kok