Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 26 September 2020

Fort Marlborough, Benteng Inggris di Kota Bengkulu

Benteng Marlborough

Hai sahabat backpacker...

Setelah kemarin diselingi cerita petualanganku kampung sendiri, yaitu Wisata Hutan Mangrove Silau Laut dan Pesona Alam Sureng yang keduanya berada di Kabupaten Asahan. Maka sekarang aku mau melanjutkan kisah petualanganku di Bumi Rafflesia alias Tanah Bengkulu.

Baca juga: Wisata Baru di Asahan, Pesona Alam Sureng

Wisata Alam Mangrove Silau Laut, Pesona Baru di Asahan

 Setelah sebelumnya aku mengunjungi Pantai Tapak Paderi, Pondok Sendal Jodoh hingga Benteng Jepang, aku pun kembali melanjutkan perjalanan ke Fort Marlborough, sebuah benteng besar peninggalan Inggris ketika menduduki wilayah Bengkulu.

Alamat Fort Marborough

Benteng Marlborough ini beralamat di Jalan Benteng, Kebun Keling, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. Kalo dari Benteng Jepang itu nggak begitu jauh sih, bahkan dinding dan puncak Benteng Marlborough dapat terlihat. Hanya saja pintu masuknya ada di sisi lain, jadi aku harus berjalan  memutar sekitar 600 meter di bawah teriknya sengatan matahari pesisir.

Fuuhhh... gerah juga cuy, syukurnya angin dari pantai cukup mendinginkan tubuh ini.

Tiba juga di Fort Marlborough

           Sejarah Fort Marlborough

Fort Marlborough alias Benteng Marlborough merupakan sebuah benteng peninggalan Inggris. Benteng ini didirikan oleh East India Company (EIC) sebuah kompeni dagang Inggris pada tahun 1713 dan selesai pada tahun 1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan Inggris. Katanya benteng ini merupakan benteng terkuat Inggris di wilayah Timur setelah Benteng St. Geogre di Madras, India.

Meskipun disebut terkuat kedua, benteng ini juga pernah dibakar oleh rakyat Bengkulu hingga pihak Inggris harus mengungsi ke Madras. Pada tahun 1724 mereka kembali setelah dilakukan perjanjian. Namun pada tahun 1793 kembali terjadi serangan dan mengakibatkan seorang opsir Inggris, Robert Hamilton, tewas. Dan kemudian tahun 1807, residen Thomas Parr juga tewas. Keduanya diperingati Inggris dengan mendirikan monumen-monumen di Kota Bengkulu.

Makam Inggris di Fort Marlborough

Berani macam-macam sih ama orang Indonesia

Setelah Inggris menukar wilayah Bengkulu dengan Singapura kepada Belanda, benteng ini pun berganti kepemilikan kepada Belanda. Setelah itu benteng ini juga sempat menjadi milik Jepang pada masa Pendudukan Jepang. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, benteng ini menjadi markas TNI-AD hingga tahun 1977, benteng ini diserahkan kepada Depdikbud untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya. Saat ini pun Fort Marlborough menjadi salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi saat berwisata di Bengkulu.

Bung Karno dan Fort Marlborough

Benteng ini juga punya kaitan sejarah dengan Bapak Proklamator Indonesia, Bung Karno saat beliau diasingkan Belanda ke Bengkulu. Ketika itu Hitler menyerang Negeri Belanda, oleh karena itu mereka memanggil Bung Karno untuk membangunkan sebuah monumen peringatan. Namun Bung Karno malah menumpuk tiga buah batu kecil dan berkata, meminta seorang tahanan yang meminta kemerdekaan atas rakyatnya untuk membangunkan sebuah tugu karena bangsa lain merebut kemerdekaan negeri mereka, maka cuma itu yang mau dikerjakannya.

Sungguh heroik sekali Bung Karno.

Fort Marlborough Saat Ini

Setelah mengusap keringat yang menetes di jidat, aku pun segera membeli tiket masuknya yang seharga Rp. 5000 perorang dan segera memasuki Benteng Marlborough ini. Benteng ini dibangun di atas bukit buatan dan menghadap ke Kota Bengkulu dan memunggungi Samudera Hindia. Bentengnya dibangun berbentuk kura-kura dengan lima sudut penjagaan. Di sekeliling bentengnya dibuat parit sehingga untuk memasuki bentengnya melalui jembatan kayu. Konon dulunya jembatan ini bisa diangkat dengan rantai. 

Harga tiket masuknya
Parit benteng dan jembatan penghubung

Setelah melalui jembatan tersebut, terdapat dua ruangan di kanan dan kiri. Dulunya ruangan ini difungsikan sebagai penjara. Namun sekarang ruangan ini dijadikan sebagai museum yang berisi tentang alasan kedatangan Bangsa Eropa ke Nusantara hingga perjuangan Bangsa Indonesia, khususnya Rakyat Bengkulu dalam melawan penjajahan Bangsa Asing. 

Senjata tradisional Bengkulu


Blok penjara di Benteng Marlborough
Harta, salah satu alasan penjajahan

Di depannya terdapat sebuah lapangan luas berumput hijau, di lapangan ini juga berjejer meriam-meriam. Di bagian ujung terdapat ruangan yang dulunya menjadi kantor EIC dan sekarang menjadi kantor pengurus Benteng Marlborough, ruang baca, mushalla hingga toilet. Sedangkan di sisi kanan terdapat dua ruang pameran yang berisi sejarah pembangunan Benteng Marlborough ini termasuk bahan bangunannya, detail arsitekturnya hingga miniatur Benteng Marlborough. Di ruang pameran satunya terdapat sejarah tokoh-tokoh yang pernah ada di Bengkulu, seperti yang tokoh yang membangun benteng ini, tokoh Sir Stamford Raffles hingga Bung Karno yang pernah diundang ke benteng ini. 

Halaman benteng dan denahnya

Jejeran meriam di halaman Benteng Marlborough

Rumput hijaunya cantik

Kantor EIC

Penjelasan peluru meriam

Bahan pembangunan benteng

Miniatur Benteng Marlborough
Sir Stamford Raffles

Bagian terakhir yang kukunjungi di benteng ini adalah bagian atasnya. Posisinya yang berada di atas bukit membuat pemandangan dari atas benteng terlihat jelas. Di depan sana terdapat pemandangan Kota Bengkulu, sedangkan di bagian belakang terhampar lautan luas dari Samudera Hindia.  

Keren cuy.

Benteng Marlborough dari sisi atas

Samudera Hindia di belakang benteng
Kota Bengkulu di sisi depan benteng
Meriam di sisi atas benteng


Kalian kapan ke sini? 

Backpacker ganteng di Benteng Marlborough

Jumat, 03 Juli 2020

Pantai Tapak Paderi, Pondok Sendal Jodoh dan Bunker Jepang


Hai sahabat backpacker...

Selamat datang di blog backpack sejarah, blognya orang imut dan tampan. Gimana kabar kalian? Semoga sehat selalu ya. Aamiin...
Pantai Tapak Paderi

Setelah sebelumnya aku sholat dan beristirahat sejenak di Masjid Jamik Bengkulu yang punya hubungan erat dengan Ir. Soekarno, dan kemudian dilanjutkan dengan menikmati semangkok bakso di pelataran masjidnya, aku lantas melanjutkan penjelajahan di Bumi Rafflesia dan sekarang tujuanku adalah Pantai Tapak Paderi.

Baca juga :

Masjid Jamik Bengkulu, Masjid Bersejarah Yang Punya Hubungan Erat Dengan Soekarno


Lokasi Pantai Tapak Paderi

Pantai Tapak Paderi ini terletak di Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. Kalo dari Masjid Jamik sekitar 2 kilometer jauhnya. Tapi karena cuaca siang itu cukup terik, jadi aku mutusin buat naik ojol aja ke pantai tersebut.

Brrrmmmm.... Brrmmm...

Bang, bang, kayaknya pantainya udah lewat.” Ucapku pada si abang ojol saat melihat posisi yang ditunjukin di GPS.

Oh iya, Pantai Tapak Paderi ya, bukan Pantai Zakat.” Jawab si abang ojol sambil memutar kembali motornya.

Busyet.... Jauh banget melengnya si abang ini. 😑

Setelah menyerahkan helm, aku kemudian menyusuri jalan setapak menuju tepian pantai dan taraaaa...
Tanda masuk ke Pantai Tapak Paderi

View Pantai Tapak Paderi

Selamat datang di Pantai Tapak Paderi

Pantai Tapak Paderi ini cukup cantik juga, pasirnya berwarna putih kecoklatan dengan tekstur halus dan lembut di kaki. Di tepian pantainya juga terdapat beberapa perahu yang sedang bersandar. Pantainya yang membentuk teluk juga membuat pemandangan di pantai ini cukup cantik karena di seberang sana jadi terlihat daratan dengan kontur perbukitan yang hijau. Perpaduan pasir putih kecoklatan, lautan biru dari Samudera Hindia dan perbukitan hijau cukup indah juga buat dipandangi.

Pantai Tapak Paderi juga merupakan pantai yang cukup bersejarah bagi Kota Bengkulu. Karena pantai ini menjadi pelabuhan laut pertama di Bengkulu dan dulunya juga dijadikan jalur perdagangan oleh Bangsa Inggris dan Belanda ketika mereka menjajah Tanah Bengkulu.

Sendal Jodoh

Di salah satu sudut Pantai Tapak Paderi ini terdapat dinding dari bambu yang ditempelin ratusan sendal bekas. Tempat ini dinamakan pondok sendal jodoh. Nama tersebut digunakan karena katanya sendal-sendal bekas ini biasanya tersisa separuh doang, padahal sendal itu harus sepasang. Nah, harapannya adalah agar pengunjung pantai ini juga bisa menemukan pasangannya, biar jodoh.

“Cuy, sendal aja punya pasangan, kau kok kagak?”

-_-

“Njir, dikalahin ama sendal dong.”

Ah, lanjutlah. Ide pembuatan Pondok Sendal Jodoh ini sebenarnya karena keprihatinan nelayan setempat atas banyaknya sampah botol plastik dan sendal bekas yang hanyut terbawa arus laut. Jadilah mereka membuat tempat ini untuk mengingatkan masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan.

Udah gitu, siapa sih yang iseng amat ngebuangin sendal ke lautan. Emangnya ada yang mau make gitu? Putri duyung aja kagak bisa pake sendal kok, wong tubuhnya setengah ikan. Jadi, kawan-kawan, janganlah buang sampah sembarangan. Oke?

Selain ditempelkan pada dinding bambu, sendal-sendal bekas ini juga dikreasikan menjadi bentuk kupu-kupu hingga tulisan I love you. Awalnya aku pengen berfoto dengan latar kreasi itu sih. Tapi setelah ku pikir ulang, fix, hasilnya bakal keliatan kalo aku jomblo. Jadi kuurungkan aja niatku tersebut.
Pondok Sendal Jodoh

Kreasi I Love You dari sendal bekas
Satu hal yang cukup mengganggu saat aku mengunjungi pantai ini, yaitu sepinya pengunjung. Malah cuman aku doang yang ada di sini. Pas kutanyain ama abang-abang yang lagi duduk santai merokok di pinggir pantai, katanya pantai ini ramenya jam 4 sore ke atas. Soalnya mereka mau nikmati sunset di pantai ini. Kalo siang gini, nggak ada pengunjung, panas cuy. Karena sepi itulah aku pun memutuskan untuk tak berlama-lama di pantai ini. Khawatirnya ntar aku diculik putri duyung pulak. Bahaya.

Bunker Jepang

Aku pun melanjutkan kembali perjalananku dan sekarang tujuanku adalah Benteng Marlborough yang letaknya cuma beberapa ratus meter doang dari pantai ini.

Tap.. tap.. tap.. aku melangkah santai, hingga akhirnya mataku terfokus pada satu bangunan dari beton berbentuk persegi dengan atap setengah lingkaram. Kondisinya yang tak terawat sempat membuatku berpikir kalo bangunan ini toilet umum. Sampe akhirnya aku melihat plang yang bertuliskan kalo bangunan ini adalah sebuah bunker Jepang. Sebuah bangunan yang termasuk dalam cagar budaya peninggalan dari masa penjajahan Jepang ketika tahun 1942-1945.

Aku kemudian singgah sejenak untuk melihat-lihat bangunan bersejarah ini. Sepertinya bunker ini dibangun Jepang untuk menjaga pelabuhan yang ada di sekitar Pantai Tapak Paderi dari serangan Pasukan Sekutu. Kondisi bunker ini kurang terawat sih, bagian dalamnya kosong dan kotor namun bangunannya terlihat masih cukup kokoh.
Bunker Jepang

Bagian dalam bunker
Setelah selesai melihat-lihat, aku pun kembali melanjutkan perjalananku menuju Benteng Marlborough. Tap.. tap.. tap... To be continued 
Sang backpacker di depan Bunker Jepang


Rabu, 17 Juni 2020

Masjid Jamik Bengkulu, Masjid Bersejarah Yang Punya Hubungan Erat Dengan Soekarno


Hai sahabat backpacker...
Masjid Jamik Bengkulu

Nggak kerasa, udah lama juga nih nggak nulis, keenakan makan kue lebaran soalnya. Wkwkwkwk... Becanda kok, beberapa waktu belakangan ini jaringan Telkomsel di tempatku bermasalah, jadi cukup mengganggu kegiatan. Akhirnya jadi males buat nulis, padahal pengen nulis. 🤣


Nah, sekarang aku mau ngelanjutin kisah petualanganku saat berada di Bumi Rafflesia alias Kota Bengkulu.

Setelah sebelumnya aku mengunjungi Rumah Ibu Fatmawati dan mengagumi patung beliau di Simpang Lima Ratu Samban, aku pun berjalan kaki menelusuri trotoar pusat kota Bengkulu menuju Masjid Jamik Bengkulu, masjid yang memiliki kisah erat dengan Presiden Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.

Baca juga:

Mengunjungi Rumah Ibu Fatmawati di Bengkulu

Berhenti Sejenak di Simpang Lima Ratu Samban

Lokasi Masjid Jamik Bengkulu

Masjid Jamik Bengkulu beralamat di Jalan Letjen Soeprapto, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu. Lokasinya berada tepat di sebuah persimpangan di pusat kota dan nggak jauh dari Simpang Lima Ratu Samban, sekitar 10 menit berjalan kaki.

Sejarah Masjid Jamik Bengkulu

Masjid Jamik Bengkulu awalnya sebuah surau kecil yang berada di Kelurahan Bajak. Barulah pada abad ke-18 masjid ini dipindahkan ke lokasi saat ini oleh Daeng Makulle, seorang Datuk Dagang dari Tengah Padang. Saat itu bangunan Masjid Jamik Bengkulu masih sederhana dan masih berbahan kayu dengan atap yang terbuat dari rumbia. Oleh karena itu, ketika musim hujan daerah sekitar masjid menjadi becek dan kotor.

Maka ketika Presiden Soekarno diasingkan oleh Belanda ke Bengkulu, beliau pun merenovasi Masjid Jamik ini. Dananya dari swadaya masyarakat dan bahan bangunannya didatangkan dari Desa Air Dingin di Kabupaten Rejang Lebong dan Ketahun, Bengkulu Utara. Hingga sekarang, masjid ini sudah tiga kali direnovasi.
Termasuk Bangunan Cagar Budaya

Arsitektur Masjid Jamik Bengkulu

Masjid ini memiliki perpaduan antara arsitektur khas Sumatera dan Jawa, bangunannya pun memiliki tiga bagian inti, yaitu ruang ibadah, serambi dan tempat wudhu'.
Ruang Ibadah

Serambi masjid
Sebagai seorang arsitek, Bung Karno tidak mengubah keseluruhan bagian masjid, dindingnya hanya ditinggikan 2 meter dan lantainya 30 cm. Sedangkan yang dirancang Bung Karno adalah bagian atap dan tiang-tiang masjid.

Atapnya bertingkat tiga melambangkan iman, Islam dan ihsan. Sedangkan pada pilar-pilarnya terdapat ukiran-ukiran ayat suci Al-Quran dan pahatan-pahatan berbentuk sulur yang dicat warna kuning mas gading. Cakep cuy!
Tempat imam

Mimbar masjid
Setelah selesai beribadah dan kemudian mengagumi arsitektur masjid yang punya kaitan erat dengan Bung Karno, aku pun melanjutkan perjalanan di Bumi Rafflesia, let's go...
Backpacker unyu di halaman masjid



Rabu, 20 Mei 2020

Berhenti Sejenak di Simpang Lima Ratu Samban

Note:
- Perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah
- Tetap di rumah ya kawan-kawan

Hai sahabat backpacker..

Maaf ya udah lama aku nggak update, soalnya jaringan Telkomsel bermasalah terus untuk beberapa hari ini dan itu bikin sulit buat update. Ngeselin banget cuy.
Simpang Lima Ratu Samban
Baiklah, setelah sebelumnya aku mengunjungi Rumah Ibu Fatmawati yang ada di Jalan Fatmawati, Kota Bengkulu, aku kemudian melanjutkan perjalanan di Kota Bengkulu. Aku lantas berjalan kaki menuju Simpang Lima Ratu Samban yang berjarak palingan 100 meter doang dari Rumah Ibu Fatmawati.

Simpang Lima Ratu Samban ini terletak di Anggut Atas, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu. Simpang Lima ini juga merupakan pusat kota Bengkulu dan jalannya menghubungkan ke berbagai tempat-tempat yang menarik di Kota Bengkulu seperti ke Rumah Ibu Fatmawati, Rumah Pengasingan Bung Karno, Pantai Panjang, Masjid Jamik Bengkulu, Danau Dendam, bahkan menghubungkan dengan jalan lintas menuju keluar Kota Bengkulu.
Berada di pusat kota Bengkulu
Ratu Samban

Simpang lima ini dinamakan Simpang Lima Ratu Samban. Ratu Samban sendiri adalah salah satu tokoh pahlawan lokal di Bengkulu. Nama aslinya adalah Mardjati, salah satu depati Negeri Sembilan alias negeri Bintunan. Beliau diberikan gelar Ratu Samban oleh para tetua masyarakat karena telah membela kepentingan rakyat yang hidup kesulitan karena Kolonial Belanda.

Ketika itu Belanda menarik pajak hingga 30 ribu gulden dan hal tersebut sangat memberatkan masyarakat. Karena itu, pada tahun 1873, Ratu Samban membantai dua orang petinggi Kolonial Belanda di atas rakit yang ingin menyeberang ke Bintunan untuk mengontrol daerah dan menarik pajak. Sejak itu, beliau diburupihak Belanda hingga diberi harga buronan.

Ada banyak legenda dan cerita yang terjadi sejak ia diburu Kolonial Belanda. Hingga akhirnya pada 24 Maret 1889 beliau berhasil ditangkap Belanda dan dieksekusi di atas rakit seperti petinggi Belanda tersebut. Oleh masyarakat, beliau pun dimakamkan di Desa Bintunan, Kecamatan Batik Nau.

Monumen Ibu Fatmawati

Sebelumnya, Simpang Lima Ratu Samban ini bisa ditandai dengan adanya persimpangan lima jalan dan terdapat tugu bundaran di tengahnya. Di tugu tersebut terdapat patung seseorang membawa bendera dan sedang menunggang seekor kuda.
Namun sekarang patung kuda tersebut telah diganti dengan patung Ibu Fatmawati yang sedang menjahit Bendera Merah Putih sebagai bentuk penghargaan bagi jasa Ibu Fatmawati. Patung ini merupakan karya seniman Bali Nyoman Nuar.
Karya seniman Bali, Nyoman Nuar
Berbentuk Ibu Fatmawati yang sedang menjahit merah putih
Peresmiannya dilakukan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 5 Februari 2020, tepat pada peringatan hari ulang tahun Ibu Fatmawati dan tepat dua hari sebelum kedatanganku ke Bengkulu. Ya, nggak rezeki ketemu Bapak Presiden. Wkwkwkwk

Setelah selesai mengagumi patung Ibu Fatmawati yang kata penduduk setempat sebaiknya patungnya dicat, terutama patung kain merah putihnya, aku pun melanjutkan langkah menuju Masjid Jamik Bengkulu. Soalnya azan zhuhur udah berkumandang.
Simpang Lima Ratu Samban

Ada backpacker imut yang selfie dengan latar Simpang Lima Ratu Samban

Jumat, 15 Mei 2020

Mengunjungi Rumah Ibu Fatmawati di Bengkulu

Note:
- Perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah
- tetap di rumah ya kawan-kawan

Hai sahabat backpacker...

Setelah sebelumnya aku mengunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno selama beliau diasingkan di Bengkulu yang menjadi saksi perjuangan Bung Karno melawan penjajahan Belanda dan saksi kisah cintanya dengan Ibu Fatmawati, aku kemudian melanjutkan petualangan di Kota Bengkulu dengan mengunjungi Rumah Ibu Fatmawati.
Rumah Ibu Fatmawati
Alamat Rumah Ibu Fatmawati

Rumah Ibu Fatmawati ini berada di Jalan Fatmawati, Kelurahan Penurunan, Kecamatan, Ratu Samban, Kota Bengkulu. Letak rumahnya nggak jauh dari dari Rumah Pengasingan Bung Karno dan dekat banget ama Simpang Lima Ratu Samban, bahkan dari teras rumahnya bisa terlihat simpang limanya.

Tapi menurut bapak penjaga rumah ini, rumah asli Ibu Fatmawati bukan di sini, tapi di lokasi yang sekarang menjadi gedung Bank BNI. Rumah ini sebenarnya milik kerabat dari Ibu Fatmawati, entah pamannya entah kakeknya. Katanya sih pemerintah Bengkulu saat ini berusaha mengembalikan rumah Ibu Fatmawati ke lokasi aslinya, namun hal itu masih dalam proses. Untuk saat ini, di rumah inilah tempat untuk mengenal Ibu Fatmawati lebih jauh.

Tiket Masuknya

Seperti biasa, harga tiket masuk ke objek wisata sejarah itu selalu murah dan harga tiket masuk ke Rumah Ibu Fatmawati ini cuma Rp. 5000 doang perorangnya, murah meriah cuy.

Arsitektur dan Koleksi di Rumah Ibu Fatmawati

Rumah Ibu Fatmawati ini berupa rumah panggung dengan bahan bangunannya terbuat dari kayu. Terdapat teras di bagian depannya, dari teras ini pemandangannya cukup asyik juga karena bisa melihat halamannya yang dihiasi patung setengah badan Ibu Fatmawati hingga pemandangan kendaraan lalu lalang menuju simpang lima. Anginnya juga cukup enak di teras ini, adem cuy. 
Berbentuk rumah panggung

Teras rumahnya
Aku kemudian beranjak ke bagian dalam rumah, di sini terdapat sepasang foto Bung Karno dan Ibu Fatmawati yang mengapit lorong menuju ke ruang dalam. Lalu juga ada lukisan dan foto-foto tua Ibu Fatmawati hingga sejarah singkat tentang Ibu Fatmawati.
Bagian dalam Rumah Ibu Fatmawati

Lukisan Ibu Fatmawati

Foto-foto tua Ibu Fatmawati

Sejarah singkat Ibu Fatmawati
Di ruangan sebelah dalam terdapat dua kamar, yang satunya berisi sebuah ranjang besi lengkap dengan kelambu putihnya, mungkin tempat tidur Ibu Fatmawati. Sedangkan di kamar satunya lagi terdapat sebuah mesin jahit tua. Mesin jahit inilah yang dipakai Ibu Fatmawati untuk menjahit bendera Merah Putih yang dikibarkan pada proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Sungguh mesin jahit yang sangat bersejarah bagi kemerdekaan Indonesia.
Ranjang besi dengan kelambu putih

Mesin jahit yang digunakan untuk menjahit bendera kemerdekaan
Tak terasa azan zhuhur berkumandang, aku pun segera pamit untuk melanjutkan perjalanan ke Masjid Jamik Bengkulu, salah satu masjid tua dan bersejarah di Kota Bengkulu. Oh ya, sebelum itu bapak penjaga juga menawari untuk berfoto di antara foto Bung Karno dan Ibu Fatmawati, baiklah. Cekrek!
Sang backpacker difotoin bapak penjaga Rumah Ibu Fatmawati