Tampilkan postingan dengan label Museum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Museum. Tampilkan semua postingan

Jumat, 20 September 2019

Objek Wisata di Kaohsiung - Taiwan


Hai sahabat backpacker, selamat datang di blog backpack sejarah, blognya orang ganteng yang unyu. :D

Kali ini aku mau berbagi informasi tentang objek wisata yang ada di Kota Kaohsiung, Taiwan.  Daftar tempat ini kubuat berdasarkan tempat-tempat yang udah pernah kudatangi secara langsung saat aku jalan-jalan di Kaohsiung. Jadi daftarnya cuma dikit, tapi udah kubuktiin secara langsung tempatnya.

Langsung aja, inilah daftar objek wisata di Kota Kaohsiung, Taiwan.

1. Love River

Love River ini bisa dibilang adalah ikonnya Kota Kaohsiung. Jadi belum sah ke Kaohsiung kalo belum ke Love River. Love River adalah sebuah sungai cantik yang mengalir di pusat kota. Sungai ini airnya bersih dan punya pedestrian cantik di pinggirannya. Mantap banget lha tempatnya, romantis lagi buat yang punya pasangan. Untuk selengkapnya bisa dibaca di sini.
Love River
Love River

2. Gereja Holy Rosary Katedral Minor Basilica

Gereja ini adalah gereja tertua di Kota Kaohsiung yang dibangun tahun 1860. Gereja dengan arsitektur bergaya Gothic dan Roman ini juga merupakan tempat lahir dan berkembangnya agama Katholik di tanah Taiwan. Untuk selengkapnya bisa dibaca di sini.
Holy Rosary Katedral

3. Takao Railway Museum

Ini adalah salah satu museum kereta di Kaohsiung. Museum ini dulunya adalah stasiun kereta api pertama di Kaohsiung yang dibangun pada masa penjajahan Jepang. Karena posisi kareta sudah digantikan MRT, jadinya stasiun ini dibuka sebagai museum. Untuk selengkapnya bisa dibaca di sini.
Takao Railway Museum

4. Hamasen Railway Cultural Park

Hamasen Railway Cultural Park ini katanya sih masih bagian dari Pier to Art Center. Di taman yang banyak melintang bekas rel kereta api ini emang terdapat banyak intalasi seni dari besi bekas berupa barang-barang unik seperti roket, koper, dan lain-lain. Untuk selengkapnya bisa baca di sini.
Hamasen Railway Cultural Park

5. Hamasen Museum of Taiwan Railway

Museum ini adalah salah satu museum kereta api di Kaohisung. Letaknya pun tepat di belakang Museum Kereta Takao. Katanya sih di dalam terdapat banyak benda bersejarah dari kereta api Taiwan. Aku liat dari luar aja sih, soalnya di luar ada kereta api kecil yang dinaiki orang-orang dewasa. Untuk selengkapnya bisa dibaca di sini.
Hamasen Museum of Taiwan Railway

6. Selat Cijin

Untuk menutup petualangan di Kota Kaohsiung, tempat ini ku rekomendasiin deh, soalnya di Selat yang memisahkan Kota Kaohsiung dengan Pulau Cijin ini kita bisa ngeliat indahnya sunset dan kapal-kapal yang sedang berlabuh. Btw kalo malam, pemandangannya lebih indah lagi, soalnya bisa liat pemandangan Kota Kaohsiung di saat malam. Untuk selengkapnya bisa dibaca di sini.
Sunset di Selat Cijin
Pemandangan malam di Kaohsiung



Cukup segitu aja tempat-tempat wisata yang ada di Kota Kaohsiung yang sempat ku datangi. Sebenarnya masih banyak tempat wisata lainnya, tapi aku belum kesampaian ke sana. Soalnya waktu yang ku punya juga sedikit. Mungkin kalo nanti aku datang ke kota ini lagi, daftar ini akan kuperpanjang. Semoga aja. Amin....
Si ganteng yang unyu di Selat Cijin
Btw, aku juga punya sedikit video saat di Kaohsiung, Taiwan


Selasa, 20 Agustus 2019

Petualangan di Hong Kong: Victoria Peak dan Sky Terrace 428

Brmm... Brmmm...

Taksi yang kami naiki semakin melaju membelah jalanan Hong Kong untuk menuju ke destinasi yang kami inginkan. Sebenarnya taksi bukan transportasi yang bisa diandalkan saat traveling di Hong Kong. Soalnya biayanya mahal, tapi karena kami ada 4 orang, jadi nggak masalah deh. Bisalah sesekali doang. Apalagi waktu yang kami miliki dikit, cuma sehari doang.

Berhubung aku duduk di tengah di kursi bagian belakang, aku jadi nggak bisa liat pemandangan di kanan dan kiri, tapi bisa kurasakan kalo jalannya semakin menanjak. Wajar sih, soalnya tujuan kami adalah The Peak atau dikenal juga dengan nama Victoria Peak yang berada di ketinggian Pulau Hong Kong.

Victoria Peak

Victoria Peak atau dikenal juga dengan nama The Peak merupakan sebuah gunung yang terletak di sisi barat daya Pulau Hong Kong. Gunung ini memiliki ketinggian hingga 552 meter dan merupakan titik tertinggi di Pulau Hong Kong.

Peak Tower

Akhirnya setelah beberapa waktu, taksi yang kami naiki sampe juga di Victoria Peak. Kami pun segera menuju Peak Tower. Peak Tower ini adalah sebuah bangunan atau menara yang dirancang dengan bentuk wajan setengah lingkaran dengan bagian atasnya terdapat anjungan. Bangunan ini memiliki 7 lantai.
Peak Tower
Tujuan kami datang ke Peak Tower ini adalah naik ke anjungan atas yang ada di lantai 7 tersebut. Sebelum naik, kami harus membeli tiketnya dulu. Tiketnya ada dua macam, yang satunya tiket terusan untuk ngunjungi Madame Tussaud's, Peak Galleria dan yang lainnya. Karena waktu yang terbatas dan duit yang tipis, kami memilih untuk membeli tiket masuk ke anjungan atas aja yang bernama Sky Terrace 428.

Sky Terrace 428

Wow... Itu yang bisa kubilang saat ngeliat pemandangan dari Sky Terrace 428 ini. Pemandangannya emang super keren karena dari atas ini bisa terlihat pemandangan Pulau Hong Kong dan Semenanjung Kowloon secara 360° dari ketinggain 428 mdpl. Gedung-gedung pencakar langit, Selat Victoria dengan kapal-kapalnya dan perbukitan hijau menjadi pemandangan yang ada. Sedangkan di sisi bagian belakang, bisa terlihat gugusan pulau-pulau kecil dan kapal-kapal besar. Katanya sih kalo malam lebih cakep lagi, tapi siang gini aja pun aku udah terkagum-kagum. Gilak. Cantik banget viewnya.
Sky Terrace 428

View Hong Kong dari Peak Tower

Gugusan pulau sekitar Hong Kong
Madame Tussaud's

Puas foto-foto dan menikmati indahnya Hong Kong dari ketinggian, kami kemudian turun ke lantai bawah. Di bagian bawah, kami nemu Museum Patung Lilin Madame Tussaud's. Di dalam museum ini banyak patung lilin dari tokoh-tokoh terkenal di dunia. Bahkan patung lilin Presiden Soekarno dan patung lilin Presiden Jokowi juga ada di sini. Tapi karena kami emang nggak beli tiketnya, jadi kami liat-liat dari luar aja.

Mahal uy tiketnya 
Madame Tussaud's Hong Kong


Peak Market

Kami turun lagi ke lantai di bawahnya dan sekarang kami berada di Peak Market. Peak Market ini bisa dibilang pusatnya perbelanjaan oleh-oleh di Peak Tower. Di sini ada berbagai macam benda seperti gantungan kunci, magnet kulkas, jam antik, gelas, dan banyak benda lainnya. Tapi sayangnya harganya lebih mahal daripada pusat perbelanjaan lainnya.

Sebenarnya aku udah ngajak temen-temen buat beli oleh-oleh di Mong Kok aja, biar lebib murah, tapi karena mereka nggak mau ribet, jadinya beli di sini aja deh. Aku sendiri beli gantungan kunci yang satu gantungan dapat 3. Jadi ntar pas nyampe rumah, tinggal pasang gantungannya aja, biar lebih hemat.
Peak Market

The Peak Galleria
Naik bus tingkat

Akhirnya kami kembali ke lantai dasar. Rencananya sih kami mau balik ke pusat kota naik Peak Tram. Tapi lagi-lagi antriannya panjang banget udah kayak ular anaconda yang di film-film. Meliuk-liuk gitu. -_-
Antrian Peak Tram -_-
Jadi kami memilih untuk nyobain naik bus tingkat aja, kayaknya naik bus tingkat juga seru.

Brmm.. brmmm... 
Naik bus tingkat brmm... Brmmm..

Si ganteng yang unyu di Sky Terrace 428


Senin, 12 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Hamasen Railway Cultural Park

Hai sahabat backpacker...

Petualanganku di Kota Kaohsiung, Taiwan belumlah berakhir, setelah sebelumnya puas menikmati mulusnya paha cewek-cewek Taiwan. Eh... Maksudku puas menjelajahi Takao Railway Museum, kami bermaksud untuk melanjutkan petualangan ke British Consulate of Takow alias gedung bekas konsulat Inggris. Katanya sih tata kota dan bangunan di sekitarnya terlihat mirip suasana di Eropa dan letaknya tidak begitu jauh dari museum ini. Lokasinya yang berada di atas bukit juga membuat kita bisa melihat Kota Kaohsiung dari ketinggian. Wih... Keren banget nih.

Dari informasi yang diberikan mbak-mbak petugas museum, untuk menuju gedung konsulat ini cukup naik bus dari halte yang ada di dekat museum ini. Tapi saat kami masuk ke dalam bus, sopirnya bilang salah bus, padahal nomornya udah sesuai. Kami berusaha menjelaskan pada sopir bus tujuan kami, namun tetap lumayan sulit menjelaskannya, si sopir juga sulit dimengerti perkataannya. Akhirnya bahasa tetap menjadi kendala utama kami saat berpetualang di Tanah Taiwan ini. -_-“
Halte dan busnya, tapi salah -_-
Jadinya bingung deh mau kemana, ditambah cuaca yang panas dan perut yang mulai lapar, teman-teman memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar museum, menelusuri jalan Linhai  sambil mencari kedai yang menyediakan makanan yang bisa dimakan, alias tanpa bahan yang haram.
Jalan-jalan aja dulu
Hingga akhirnya kami nemuin satu kedai makanan, tapi lagi-lagi kendala bahasa, sehingga kawan-kawan pun harus susah payah menjelaskan menu yang dimau dengan bantuan google. Soalnya tulisan menunya pake bahasa Tionghoa.

Akhirnya mereka memesan sejenis sup seafood gitu sih. Meski begitu, aku belum mesan apapun, soalnya ragu juga mau ikutan makan, jadi rencanaku nunggu dulu pesanan mereka. Kalo enak, baru ikutan mesan. 2 teman yang lain juga gitu, nggak ikutan mesan.

Saat makanannya datang, emang terlihat aman, isinya pun hewan-hewan laut, seperti udang, kerang dan ikan. Tapi ada bau amis sedikit yang tercium, wajar sih namanya juga makanan laut. Tapi aku yang emang nggak terbiasa ama bau amis seperti itu memilih tidak jadi memesan. Takutnya daripada mesan tapi nggak kemakan.
Seafood Taiwan

Di saat seperti inilah aku pun membuka tas kecil yang ku bawa. Dan taraaa... Ada beberapa roti yang kuambil dari kapal sebelum turun di Taiwan. Meski udah sedikit dingin, tapi masih enak kok. Apalagi saat perut lapar gini. Nyam.. nyam...

Dasar backpacker kere.

Yeee... Ini namanya hemat cuy.

Setelah selesai makan, baru deh kami ngelanjutin petualangan, dan karena gagal ke gedung konsulat Inggris, kami memilih mengunjungi Hamasen Railway Cultural Park, sebuah taman yang ada tepat di belakang Museum Kereta Takao tadi.

Hamasen Railway Cultural Park

Tempat ini bisa dibilang adalah sebuah taman dari bekas stasiun kereta api. Di sini terdapat banyak besi-besi bekas jalur rel kereta api. Tempat ini dulunya merupakan sebuah Stasiun Central Kereta Api pelabuhan dan tempat penyimpanan gerbong dan gudang sebelum diubah menjadi taman.

Di tengah-tengah lapangan yang luas ini cukup banyak yang bermain layangan dan gelembung sabun. Yang uniknya sih, di sini juga ada banyak instalasi seni yang terbuat dari besi-besi bekas. Instalasi seni tersebut dibentuk menjadi berbagai benda seperti koper, roket, bola, hingga terompet yang berukuran besar.
Cewek main layangan
Hamasen Museum of Taiwan Railway
Hamasen Museum of Taiwan Raliway

Tepat di seberang Taman Hamasen ini ada pula sebuah museum yang menempati salah satu bangunan bekas gudang kereta api pelabuhan. Museum ini menyimpan koleksi dari sejarah perkeretaapian Taiwan dari masa ke masa. Tapi aku nggak masuk sih, soalnya museum yang ini harus bayar.

Petualang gratisan.

Jadi aku memilih di luar aja. Dan saat itu mataku tertuju ama lintasan rel kecil yang dilengkapi palang pintu kereta api yang juga berukuran kecil. Tak lama, melintaslah sebuah kereta api berukuran mini yang bisa diduduki anak-anak. Yang anehnya, orang tuanya juga ikutan naik. -_-

Kereta api ini ada dua, yang pertama berbentuk kereta api uap dan yang satunya berbentuk kereta api modern. Kedua kereta api ini akan membawa pengunjung mengelilingi kawasan Hamasen Museum.
Kereta kecil yang modern

Kereta kecil model uap
Jujur, cukup lucu juga sih ngelihat uwak-uwak ikutan naik kereta-kereta apian gitu. Nggak ingat umur uwak-uwak ini. Padahal pengen nyoba juga, tapi mahal. Wkwkwkwkw...
Ada penjual makanan juga

Penglai Area of Pier 2 Art


Oh ya, kawasan ini juga terhubung langsung dengan Penglai Area of Pier 2 Art. Katanya sih kawasan ini merupakan perluasan dari Pier 2 Art Center yang tak jauh dari sini. Di Penglai ini juga terdapat beberapa instalasi seni dari berbagai benda-benda.

Berhubung hari yang semakin sore, kami memutuskan untuk segera kembali ke kapal. Wah... Petualangan 1 hari di Taiwan yang menyenangkan. Tapi kisah ini belum berakhir kok, setelah ini aku akan menyaksikan matahari terbenam. See you...

....to be continued
Si ganteng yang unyu

Selasa, 06 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Takao Railway Museum

            Hai sahabat backpacker, petualanganku di Tanah Taiwan belum usai, setelah mengunjungi Gereja Holy Rosary Katedral, kami kembali berjalan ke Love River, cuaca yang panasnya lumayan menyengat dan ditambah kami yang buta akan tempat-tempat wisata di Kaohsiung ini membuat kami bingung juga mau ngelanjutin petualangan kemana lagi. Padahal kami Cuma punya waktu satu hari doang buat nikmati Kota Kaohsiung ini sebelum nanti sore kami harus kembali ke kapal.

           Dan akhirnya dengan mengandalkan google map, kami nemuin satu tempat yaitu sebuah museum kereta api yang tidak begitu jauh dari Love River. Mas Zudi langsung saja semangat ngajakin kami buat ke museum itu aja. Btw Mas Zudi ini emang fans kereta api banget, IG nya aja isinya tentang kereta api doang.

            Teman-teman pun segera memesan taksi, beruntungnya si sopir taksi bisa bahasa inggris, jadi aman deh, nggak kayak sebelumnya yang nyasar kemana-mana. Brmmm... Brmm... Taksi pun segera berangkat.
Suasana Kota Kaohsiung

            Kami kembali lagi menyusuri jalanan Kota Kaohsiung, kota ini bener-bener bagus sih, jalanannya lenggang namun tetap tertib. Kotanya pun bersih. Selain itu uniknya kebanyakan kereta (baca: sepeda motor) di sini berjenis matic. Lalu di beberapa objek wisata maupun di dekat stasiun selalu tersedia penyewaan sepeda. Penyewaan Sepeda ini ada yang manual dari toko penyewaan maupun otomatis dengan mesin mirip atm.

            Jadi cara penyewaan secara otomatis ini, kita cukup mencari lokasi parkir sepeda yang dilengkapi ama mesin mirip atm, tempelin kartunya di mesin dan sepeda bisa digunakan. Untuk balikin sepedanya cukup cari lokasi parkir yang tersedia yang biasanya ada di sekitar objek wisata maupun stasiun.
Penyewaan sepeda otomatis
            Coba aja di sini ada kayak gitu, kan keren juga, tapi nggak yakin bisa lama sih sepedanya, soalnya bisa-bisa ada yang ngekiloin. Toh bangku di taman aja ada yang ngekiloin kok. Wkwkwkw...

            Lokasi

            Nggak begitu lama, kami akhirnya nyampe juga di Takao Railway Museum yang berada di Distrik Gushan, Kota Kaohsiung. Lokasi museumnya ini nggak jauh dari Stasiun MRT Sizihwan, di dekatnya juga ada halte bus, jadi mudah lah buat dikunjungi.

            “Jadi berapa tiket masuknya mas?” tanyaku pada Mas Zudi yang bertanya ke dalam museum, sedangkan aku sih nungguin di luar sambil malu-malu dan berharap tiket masuknya murah.

            “Gratis.” Jawab Mas Zudi.

            “Hah... Gratis? Hayuk masuk.. masuk..” ucapku dengan semangat dan malu-maluin. Maklum, backpacker kere -_-.
Takao Railway Museum
            Sejarah

            Jadi Museum Kereta Takao ini dulunya adalah stasiun kereta api pelabuhan Kaohsiung. Bahkan ini adalah stasiun kereta pertama di Kaohsiung yang dibangun pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1900. Pada tahun 2003, stasiun ini ditetapkan sebagai bangunan bersejarah dan pada tahun 2008 menjadi tahun terakhir stasiun ini beoperasi karena kereta api sebagai transportasi publik digantikan oleh MRT. Dan akhirnya pada tahun 2010 stasiun ini dibuka sebagai Museum Kereta Takao.

            Koleksi Museum

            Museum ini masih menggunakan bangunan asli dari Stasiun Takao yang memiliki gaya arsitektur Jepang Klasik dengan atap bergaya China.

            Di bagian aulanya terdapat ruang informasi dengan berbagai foto-foto perkembangan kereta api di Taiwan zaman dahulu dan buku-buku yang membahas sejarah transportasi di Taiwan. Di sini terdapat juga beberapa miniatur lokomatif kereta api yang cantik serta satu cewek cakep yang merupakan petugas museum. Hehehehe...
Bagian aula museum
            Kemudian di bagian dalam ada ruang kepala stasiun, di sini ada arsip-arsip dari sejarah kereta api di Taiwan. Perlengkapan kantor stasiun kereta api seperti meja kepala stasiun, sofa, lemari, seragam masinis dan seragam pekerja kereta api hingga banyak lagi barang-barang lainnya pun ada.
Meja kepala stasiun

Arsip museum
            Lalu di bagian belakang museum terdapat beberapa lokomotif tua beragam tipe yang telah berusia puluhan tahun. Lokomotifnya cukup bersih dan terawat tapi di bagian relnya malah tumbuh subur rerumputan. -_-
Lokomotif tua
            Setelah selesai menjelajahi isi museum, kami pun segera keluar untuk melanjutkan petualangan di Kota Kaohsiung ini. Bersamaan dengan kami keluar, ternyata juga keluar penumpang MRT dari stasiun Sizihwan dan yang keluar kebanyakan cewek-cewek cakep Taiwan. Beuh... Puas mata. Wkwkwkww.

            Dasar jomblo.
Si ganteng yang unyu di depan museum

            ....to be continued

Rabu, 07 Februari 2018

Petualangan di Manila: Rizal Park



Rizal Park
Yo sahabat backpacker

Selamat pagi dari Kota Manila. Yuhuu...

Yup, kemarin malam setelah sampe di bandara, kami langsung bergerak ke hotel untuk istirahat. So.. pagi ini aku pun terbangun di sebuah hotel di pusat Kota Manila. Btw hotelnya ini bernama The Corporate Inn Hotel. Menurutku nih hotel cukup rekomendasi, soalnya lokasinya itu berada di pusat kota dan nggak jauh dari Rizal Park, ikonnya Kota Manila. Tepatnya berada di persimpangan Jalan Maria Orosa dengan Jalan Kalaw.

Agenda kami pagi ini adalah sarapan, jadi setelah beres-beres dan mandi, langsung deh kami keluar mencari sarapan. Wah.. mumpung lagi di luar negeri enaknya nyoba makanan apa ya?

Hmmm....

Dan akhirnya kami putuskan untuk makan di McDonald’s.

Iya cuy, di McD.

Jauh-jauh ke Manila tapi sarapannya di sini, emang keren deh...

Sebenarnya sih di deket hotel ada street food gitu, tapi agak ragu-ragu gimana liatnya. Apalagi aku juga bukan tipe orang yang suka nyoba-nyobain kuliner yang aneh-aneh gitu. Jadi ya cari aman aja deh.

Tapi ada yang unik lho di McD ini, tepatnya di toiletnya. Nah, urinoirnya itu dikasi es batu ama mereka. Nggak tau sih buat apa, tapi jadinya aneh rasanya pipis di antara tumpukan es. Currr.... dan air pipisnya jadi kedinginan. Hahahaha....

Udah ah, lanjut cerita.

Selesai sarapan saatnya jelajah Kota Manila dan tujuan pertama adalah Rizal Park. Rizal Park ini bisa dibilang sih ikonnya Kota Manila, bahkan katanya belum sah ke Manila kalo belum ke Rizal Park. Karena itu taman ini menjadi tujuan pertama kami. Apalagi tamannya juga cukup dekat dari hotel. Jalan kaki aja nyampe cuy.

Taman ini juga cukup luas lho dan ada banyak objek menarik di dalamnya. Objek yang pertama kami kunjungi di taman ini adalah Monumen Lapu-Lapu.

Monumen Lapu-Lapu

Monumen Lapu-Lapu atau the statue of the Sentinel of Freedom adalah sebuah monumen berupa patung besar yang berbentuk seorang pejuang yang berdiri gagah dengan sebuah pedang. Monumen ini merupakan hadiah dari pemerintah Korea sebagai apresiasi dan pengingat atas bantuan Filipina di Perang Korea dan juga sebagai penghargaan atas dua pahlawan Filipina, Dr. Jose Rizal dan Lapu-Lapu yang dengan gagah berani menentang penjajahan.

Btw, Lapu-Lapu di sini adalah seorang pahlawan nasional Filipina ya, bukan hero yang di game MOBA itu. Lapu-Lapu ini adalah seorang kepala suku dari Pulau Mactan dan merupakan pahlawan nasional pertama Filipina yang dikenal sebagai orang Filipina pertama yang menentang pengaruh kolonial Spanyol.
Monumen Lapu-Lapu
 Oh ya, di sebelah kanan dan kiri monumen ini juga ada museum, National Museum of Natural History dan Nasional Museum of Anthropology. Kedua arsitektur museumnya keren dan bergaya Eropa. Sayangnya sih saat itu museumnya lagi tutup, jadi aku nggak masuk ke dalam.
National Museum of Natural History
 Abis dari Monumen Lapu-Lapu, kami lanjut menjelajahi Rizal Park ini, luas banget cuy dan ada banyak objek menariknya seperti taman anggrek dan rumah kupu-kupu, taman bernuansa Jepang, taman bernuansa Tiongkok, open air auditorium dan satu kolam air yang dihiasi air mancur. Konon jika malam hari, air mancur ini juga dihiasi berbagai lampu yang mempercantik pemandangannya. Di sisi kolam tersebut berjejer patung setengah badan yang merupakan patung para pahlawan-pahlawan nasional di Filipina.
Ada kolam airnya
Patung para pahlawan nasional Filipina
Namun objek utama di Rizal Park ini adalah Monumen Jose Rizal yang ada di bagian depan Taman.

Monumen Jose Rizal

Monumen Jose Rizal dibangun pada tahun 1908 dan dirancang oleh Richard Kissing. Monumennya berbentuk obelisk yang dibuat dari batu granit dan di depannya terdapat patung Rizal yang dibuat dari perunggu. Abu jenazah Jose Rizal sendiri dipindahkan ke monumen ini pada tahun 1912. Jadi bisa dibilang monumen ini ya makamnya Jose Rizal. Saat ini monumen Jose Rizal dinyatakan sebagai monumen nasional sekaligus sebagai warisan budaya nasional Filipina.

Pembangunan monumen ini sendiri ditujukan untuk mengingat dan menghargai jasa kepahlawan Dr. Jose Rizal yang harus mati di ujung regu tembak karena melawan pemerintahan Kerajaan Spanyol yang saat itu menjajah Filipina. Dr. Jose Rizal sendiri adalah seorang pahlawan dan patriot tertinggi bagi bangsa Filipina. Hari kematiannya pada tanggal 30 Desember kini diperingati sebagai hari libur di Filipina dan dinamakan hari Rizal.
Monumen Jose Rizal
 Oh ya, tepat berhadapan dengan Monumen Jose Rizal dan berseberangan jalan, ada satu tugu kecil bergambar peta wilayah Filipina. Tugu ini merupakan titik nol kilometer Manila dan di belakangnya terdapat satu tugu dengan sebuah jam bundar di atasnya. Tugu tersebut merupakan Monumen Centennial Memorial Clock, sebuah monumen yang dibangun untuk memperingati 100 tahun kemerdekaan Filipina.
titik nol kilometer Manila dan
Centennial Memorial Clock
 Wuih... lengkap kali bah Rizal Park ini. Keliling taman ini aja udah banyak yang bisa diliat. Tapi perjalanan ku di Manila belum selesai sih, soalnya abis ini kami lanjut ke Intramuros. Let’s go....
Si ganteng nan unyu berfoto di depan Monumen Jose Rizal

Senin, 28 Agustus 2017

Petualangan di Jakarta: Monas (Monumen Nasional)



Monumen Nasional

Yah, akhirnya aku selesai juga menjelajahi beberapa bagian Museum Nasional ini. Meskipun pada akhirnya aku tak bisa menjelajahi keseluruhan sudut museumnya karena sedang direnovasi. Bahkan aku juga nggak bisa ketemu ama si gajah berbelalai satu yang merupakan ikon museum ini. Agak kecewa sih, tapi mau gimana lagi kan cuy. Hanya bisa berharap di lain waktu aku bisa jelajahi museumnya secara keseluruhan dan bisa melihat patung gajah berbelalai satu itu.

Selain itu aku juga udah cukup senang karena akhirnya aku bisa melihat langsung fosil manusia purba dan batu prasasti yang selama bertahun-tahun ini hanya kulihat dari gambar di buku dan internet doang. Tapi hari ini aku bisa melihatnya langsung secara dekat. Aih... berkesan banget.

Setelah itu aku pun beranjak untuk melanjutkan petualangan di Jakarta menuju Tugu Monumen Nasional alias Monas, ikonnya Kota Jakarta. Tapi sayangnya pagar Monas di depan Halte Monas malah ditutup dan setelah aku bertanya pada petugas transjakarta, katanya cara masuk ke Monas ada dua gerbang yang pertama belok ke kiri dan yang kedua belok ke kanan dan jaraknya sama-sama jauh.

Damn! Akhirnya di tengah cuaca Kota Jakarta yang panas itu aku jalan kaki deh menelusuri trotoar menuju pintu gerbangnya. Nggak abis pikir juga sih, kenapa namanya Halte Monas tapi gerbang depan Monasnya malah ditutup. Mending ganti jadi halte Museum Nasional woy. Lebih cocok tuh.

#EmosiKarenaPanas

Setelah bermenit-menit berjalan sambil membawa backpack dan setelah beberapa kilogram berat badanku ilang, akhirnya nyampe juga di depan pintu gerbangnya. Dan anjrit, dari gerbangnya menuju Tugu Monas pun jauh banget.

 Huah.. semangat.
Monas masih jauh
Sejarah Monumen Nasional

Monumen Nasional atau yang lebih akrab disebut Monas ini mulai dibangun pada 17 Agustus 1961 diarsiteki Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono dengan rancang bangunnya berkonsep Lingga dan Yoni. Tugu Obelisk yang menjulang tinggi melambangkan Lingga yang berarti laki-laki sementara pelataran cawan adalah Yoni yang melambangkan perempuan.

Tinggi Monas sendiri adalah 132 meter dan dipuncaknya terdapat cawan yang menopang nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 kilogram dan pada perayaan 50 tahun kemerdekaan, lembaran emasnya dilapis ulang hingga mencapai 50 kilogram. 

Gilaaa... dibeliin lepat dapat berapa bijik tuh.

Penjelajahan di Monas

Untuk masuk ke Monas dan naik ke puncaknya sebenarnya nggak seberapa sih harga tiketnya. Tapi yang bikin keselnya, aku harus beli kartu Jakarta One sebagai tiket masuk. Kartunya juga bisa dipake untuk masuk ke museum di Kota Tua dan Museum Nasional yang sialnya pagi tadi malah udah ku kunjungi duluan. Akhinya nih kartu cuma ku pake di Monas doang, soalnya besok juga udah nggak di Jakarta.

Setelah membeli tiket, aku pun beranjak ke museum di bawah tugu Monas yang dihubungkan terowongan. Museum ini bernama Museum Sejarah Nasional yang berada di kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah. Di dalamnya terdapat berbagai diorama yang menampilkan sejarah Indonesia sejak masa prasejarah hingga masa orde baru.
Museum Sejarah Nasional
Kemudian aku beranjak menuju pelataran puncak. Namun antriannya itu lho, panjang banget, padahal aku ke sini bukan hari libur. Hingga akhirnya aku ngantri selama 2 jam baru bisa naik lift ke puncak pelataran Monas. Aih... rasanya badan pegal-pegal ngantri selama itu.

Tapi nggak apa-apa deh, soalnya begitu nyampe di atas, aku bisa memandangi Kota Jakarta dari ketinggian 115 meter. Sejauh mata memandang yang terlihat adalah gedung-gedung pencakar langit yang memenuhi sudut-sudut Jakarta. Di salah satu sisinya aku juga melihat Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara. Kayaknya abis ini nanti bakal ke sana deh. 
Pelataran Puncak Monas
Pemandangan Jakarta dari puncak Monas
Masjid Istiqlal dari Puncak Monas
Sekitar 10 menit kemudian seluruh sisi pelataran puncak Monas ini udah ku jelajahi, dan aku pun memilih turun, karena pemandangan Jakartanya juga agak tertutup polusi sih. Rasanya agak nggak sebanding dengan ngantrinya yang selama 2 jam tapi di atas Cuma 10 menit. Tapi bisa lha, soalnya emang udah wajib ke Monas kalo ke Jakarta.

Selesai dari puncak Monas, aku kemudian turun ke pelataran cawan dan duduk nyantai di sana. Tapi  nggak lama sih, soalnya di satu sudut ada pasangan yang lagi duduk mesra-mesraan. Sialan nih pasangan, bikin iri aja uy, mana mereka nyante banget lagi. padahal nih pelataran lumayan asyik untuk nyantai, karena bisa memandangan luas kota Jakarta dan tempatnya juga luas.
Pelataran cawan Monas
Tugu Monas
 Akhirnya aku milih turun ke Ruang Kemerdekaan yang berada di bagian dalam cawan monumen. Di ruangan ini terdapat lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila, kemudian naskah proklamasi dan peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlapis emas.
Garuda Pancasila di Ruang Kemerdekaan

Selesai menjelajah setiap sisi Monumen Nasional ini, aku pun kemudian melanjutkan perjalanan dan tujuan selanjutnya adalah Masjid Istiqlal, masjid yang tadi ku lihat dari Puncak Monas dan masjid yang katanya terbesar di Asia Tenggara. Lets go..
Si ganteng yang unyu berfoto dengan latar Monas
Kosakata:
Lepat: Makanan dari pisang, ubi, atau tepung yang dibungkus daun pisang dan dikukus.