Jumat, 17 April 2020

Air Terjun Aek Limut, Segar Banget Cuy!

Hai sahabat backpacker...

Gimana kabar kalian hari ini? Semoga sehat selalu ya sahabat, aamiin...
Berhubung hingga hari ini kita masih harus di rumah karena adanya pandemi corona, jadi aku ingin berbagi cerita petualanganku saat ke kawasan Lembah Asahan ketika wabah ini belum ada. Ketika dunia masih aman dan negara api belum menyerang.

Perjalanan ini kulakukan bersama adikku dan teman-temannya. Dengan mengendarai motor, kami melalui rute Kisaran-Simpang Kawat-Air Batu-Pulau Raja-Bandar Pulo dan Aek Songsongan. Ketika memasuki kawasan Sigura-Gura, tepatnya dari Wisata Alam Bedeng, pemandangan sepanjang jalannya mulai cantik dengan hutan hijau di sekeliling, Sungai Asahan dengan airnya yang deras dan sesekali terlihat bukit dan tebing batu yang menjulang.

Sekitar 20 menit kemudian, kami bertemu dengan satu air terjun yang cukup cantik, dari plang namanya, air terjun ini bernama Air Terjun Aek Limut.  
Air Terjun Aek Limut


Plang nama air terjunnya

Lokasi Air Terjun Aek Limut

Air Terjun Aek Limut ini berada tepat di pinggir jalan lintas yang menghubungkan Kabupaten Asahan dengan Porsea di Kabupaten Toba Samosir. Lokasi tepatnya berada di Parhitean, Kecamatan Meranti Utara, Toba Samosir.

Karena letaknya pas banget di pinggir jalan, jadi kagak perlu trekking-trekking buat ngedatangi air terjun ini. Cukup parkirkan kendaraan di pinggir jalan, lalu jalan kaki 5 meter doang dan kalian dah sampe ke air terjunnya.

Oh ya, tiket masuk ke air terjun ini gratis. Inget ya kawan-kawan, GRATIS. Pengunjung hanya perlu bayar parkir kendaraan Rp. 5000 permotor dan Rp. 10.000 permobil. Murah meriah cuy.

Fasilitas yang ada di air terjun masih sederhana, cuma tempat parkir di pinggir jalan, warung-warung yang menjual makanan ringan dan jajanan serta kamar mandi serta ruang ganti pakaian buat yang ingin bermain air.

Lanskap Air Terjun Aek Limut

Meski letaknya di pinggir jalan lintas, Air Terjun Aek Limut ini cakep banget loh. Aliran air terjunnya mengalir dari tebing setinggi 70 meter lebih. Debit airnya memang tidak besar dan deras namun itu bisa membuat kita basah-basahan di bawah air terjunnya karena rasanya seperti gemericik air hujan. Udah gitu airnya pun jernih, bersih dan segar banget.
Ketinggiannya sampe 70 meter

Debit airnya kecil tapi segar
Di tebing air terjunnya juga terdapat tanaman merambat berwarna hijau yang jika dari jauh terlihat seperti lumut. Sedangkan di bawahnya terbentuk sebuah kolam kecil yang menampung air dari aliran air terjunnya. Dari kolam ini, airnya langsung mengalir ke Sungai Asahan yang ada di seberang jalan.
Tanaman merambat di air terjunnya

Gemericik lembut air terjun

Sungai Asahan di sisi satunya
Kami pun menyempatkan untuk berfoto-foto sejenak di air terjun ini sambil sedikit bermain air, merasakan dingin dan segarnya air yang bersumber dari Pegunungan Bukit Barisan di Kawasan Sigura-Gura ini.

Puas bermain air, kami pun melanjutkan perjalanan lagi.

Brrrmmm... Brrrmmm...

Let's go

Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum Covid-19 mewabah, stay at home ya sahabat. 
Air Terjun Aek Limut


Sang backpacker yang lebih imut


Rabu, 15 April 2020

Danau Toba dari Paropo, Juara

Yok ke tempat selanjutnya kita, sebelum terlalu sore biar pulangnya nggak kemalaman.

Ajakku pada mereka yang masih asyik berfoto-foto di Taman Bunga Sapo Juma. Meski udah berfoto di semua sudut taman bunga tersebut, mereka belum juga berhenti. -_-

Brrmm.... Brmmmm....

Bang Fajar kembali mengendalikan mobil yang kami naiki. Tujuan kami selanjutnya adalah Paropo, sebuah desa kecil yang berada di tepian Danau Toba dan katanya punya pemandangan yang cukup indah. Untuk menuju desa ini, kami harus melewati jalur yang menurun curam dan berkelok-kelok hingga tiba di Desa Tongging. Setelah itu barulah menyusuri jalanan aspal yang berada di tepian Danau Toba.
Paropo
Memang sedikit ekstrim jalanannya, tapi pemandangannya juara, karena di sepanjang jalan kami bisa melihat indahnya Danau Toba di sisi kiri. Sedangkan di sisi kanan ada pemandangan perbukitan hijau yang menjulang tinggi. Cakep...

Lokasi Paropo

Paropo ini berada di Kecamatan Silalahisabungan dan udah masuk wilayah Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Untuk menuju ke tempat ini bisa masuk dari kawasan wisata Air Terjun Sipiso-Piso dan melalui Desa Tongging. Dari sana hanya sekitar 30 menit aja dan udah sampe di Paropo ini.

Lanskap Paropo

Begitu tiba di Paropo, aku langsung suka ama pemandangan tempat ini. Soalnya pemandangannya indah banget. Bahkan katanya Paropo ini Ranu Kumbolonya Sumatera Utara. Tapi untuk melihat momen itu sebaiknya di pagi hari, di saat matahari terbit. Karena kami tiba di tempat ini saat sore, jadi kurang terasa Ranu Kumbolo ala-alanya.

Meski begitu pemandangan di tempat ini masih tetap juara. Di depan terhampar pemandangan Danau Toba yang begitu luas, airnya yang jernih membuat aku bisa melihat ikan-ikan yang berenang di sela-sela bebatuan. Gemes sih liat tuh ikan, tapi tetap aja nggak bisa kutangkap dengan tangan.
Danau Toba dari Paropo, luas cuy
Di kejauhan juga terlihat Pulau Samosir, pulau vulkanik yang ada di tengah-tengah Danau Toba. Sedangkan di sekeliling terlihat perbukitan hijau yang memanjang mengelilingi Danau Toba. Perbukitan ini menjulang tinggi seolah-olah menjadi guardian bagi keindahan alam Danau Toba. Keren.... 
Bukit hijau yang menjulang tinggi



Satu hal yang menambah keindahan Paropo ini adalah adanya satu pulau kecil yang letaknya nggak jauh dari tepian danau. Untuk mencapai pulau kecil ini ada 3 opsi, yang pertama berenang sampe gempor lalu tenggelam. 🤣 Lalu yang kedua melalui jembatan kecil serta yang ketiga menggunakan getek alias rakit yang udah diikat tali.

Berhubung lokasi kami menyewa pondok kecil ini menyediakan getek, jadi cara terbaik buat ke pulau itu ya naik getek dan kata si Ibu yang punya pondok, naiknya gratis bolak balik sebagai bonus menyewa pondoknya. Mantap!

Pemandangan di pulau kecil ini juga cukup cantik. Di sekitaran pulau ada banyak batu-batu besar yang bertebaran. Dari sini juga bisa melihat Danau Toba dengan lebih luas lagi. Yang asyiknya lagi, di sini anginnya bertiup sepoi-sepoi. Jadi nyaman banget buat duduk santai menikmati pemandangan.
Pulau kecil di Paropo

Pemandangan dari pulaunya

Jembatan penghubung menuju pulau
Puas menikmati pemandangan dari pulau kecil ini, aku kembali ke pondok melalui jembatan.

Bang, fotoin kami dong!” Pinta Dewi dan pacarnya yang lagi duduk di ayunan.

Boleh.”

Cekrek... Cekrek...

Aku mengambil beberapa foto mereka. Setelah itu mereka pergi entah kemana. Aku kemudian duduk di kursi besi yang ada di depan ayunan tersebut, Sedangkan di atas rakit kulihat Bayu dan Putri berdua doang sedang menuju pulau.
Dewi dan pacarnya
Woy!! Jangan melamun aja Bang.” Ujar Selly mengagetkanku.

Ahahaha... Nggak melamun kok.” Balasku.

Selly kemudian duduk di sebelahku dan ikutan menatap senja yang perlahan turun di Danau Toba mengubah langit yang tadinya biru menjadi jinga pucat.

Ah.. sebentar lagi malam tiba di sini. 

Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum Covid-19 mewabah, stay at home ya sahabat.
Selly, adiknya Bayu


Senja yang menyapa Paropo

Sang backpacker






Selasa, 14 April 2020

Ada Kenangan Mantan di Taman Bunga Sapo Juma

Brrmmm..... Brmmm.....

Bang Fajar kembali mengendalikan mobil dari balik setir kemudi setelah sebelumnya kami menikmati hangatnya Pemandian Air Panas Sidebuk-Debuk dan sekalian sarapan di sana. Sekarang kami pun melanjutkan acara jalan-jalan satu hari di Tanah Karo dan berencana untuk mengunjungi Taman Bunga Sapo Juma.

Sebenarnya Aku, Selly dan Putri pengen ke Kebun Madu Efi yang juga merupakan taman bunga. Tapi karena lokasinya beda jalur dengan destinasi kami yang selanjutnya, jadi kami ke Taman Bunga Sapo Juma aja.
Taman Bunga Sapo Juma
Lokasi Taman Bunga Sapo Juma dan Tiket Masuknya

Taman Bunga ini berada di Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Lokasinya berada dalam satu kawasan dengan Air Terjun Sipiso-Piso. Tepatnya berada di dekat lokasi puncak dari Air Terjun Sipiso-Piso.

Untuk menuju tempat ini bisa masuk dari kawasan wisata Air Terjun Sipiso-Piso dan belok ke kiri sebelum lokasi parkir air terjunnya. Dari sana palingan 5 menit doang dan sampe deh di Taman Bunga Sapo Juma.

Harga tiket masuknya sendiri cuma Rp. 10.000 aja perorang tanpa dipungut biaya parkir. Namun saat mau masuk kawasan Sipiso-Piso, perorangnya juga harus membayar biaya retribusi sebesar Rp. 5000 yang bisa digunakan untuk masuk ke Air Terjun Sipiso-Piso, Desa Tongging dan Taman Bunga ini.

Lanskap Taman Bunga Sapo Juma

Taman Bunga Sapo Juma ini sebenarnya milik pribadi. Awalnya bunga-bunga yang ada di taman ini ditanami oleh pemilik villa di kawasan ini. Tapi karena tamu villa sangat menyukai pemandangan bunga yang cakep ini, akhirnya taman bunganya pun dibuka untuk umum.

Bunga-bunganya berwarna-warni dan ditata dengan sangat baik. Di tengah-tengah kebun bunganya juga ada jalur setapak yang bisa dipake pengunjung untuk berfoto di tengah-tengah hamparan bunga tanpa harus menginjak dan merusak kebun bunga.
Jalur setapak buat foto-foto
Tanah di kebun bunga ini juga membentuk lembah dan bukit kecil. Di tengah bukitnya pun ada satu gazebo kecil berwarna putih. Gazebonya cakep juga dan menyatu dengan alam taman bunga.
Gazebo putih
Selain itu, pemandangan dari taman bunga ini juga cukup indah. Karena selain bunga berwarna-warni dan hamparan rumput yang hijau, juga terlihat Gunung Sipiso-Piso dan Danau Toba sebagai latarnya. Cakep lah pokoknya.
Bunga-bunga yang cantik

Rumput hijau nan luas

Berlatarkan Gunung Sipiso-Piso

Danau Toba pun terlihat
Sayangnya aku nggak begitu menikmati wisata di sini. Bukan karena pemandangannya, tapi lebih ke perasaan pribadi sih. Soalnya ini adalah kunjungan kedua ku ke tempat ini. Sebelumnya aku memang pernah ngunjungi Taman Bunga Sapo Juma bersama pacar yang udah jadi mantan. Sebenarnya perjalanannya seru, tapi beberapa hari doang setelah perjalanan itu dia malah ketangkap basah sedang selingkuh.

Asem kali.

Syukurnya sih aku bisa move on dengan cepat, karena ogah banget mikirin tuh cewek. Tapi tetap aja nggak enak rasanya ngunjungi tempat yang sama seperti ini. Selain itu, kawanku, si Bayu dan Putri yang cuma temen kata Bayu malah asyik foto-foto berdua di tengah taman bunga dengan berbagai gaya.
Ada kenangan mantan
Ah... Atau aku sebenarnya hanya kesal ama kata “Cuma temen" itu ya?

Atau gabungan keduanya?

Ntah lah.

Hmm... Cuma temen, kata Bayu.

Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah, tetap di rumah ya sahabat
Sang backpacker di kebun bunga

Senin, 13 April 2020

Terlalu hangat di Pemandian Air Panas Sidebuk-Debuk

Cuy, buatin itenary satu hari wisata di Berastagi dan sekitarnya dong!” Begitulah kira-kira chat dari Bayu, sahabat dekatku beberapa waktu yang lalu sebelum wabah ini menguasai dunia. Setelah mendengarkan detail rencana perjalanannya, aku pun membuatkan sebuah itenary lengkap dengan beberapa objek wisata yang ada di Berastagi dan sekitarnya.

Cuy, ikut yuk, kurang satu nih.” Tambahnya lagi.

Emang siapa aja yang ikut cuy?” Tanyaku.

Cuma adikku dan kawan kita aja cuy.

Boleh-boleh, aku ikut kalo gitu.” Jawabku.

Siip... Biar ada penunjuk jalan dan pemandu gratis.

Asem.. memang kampret kali kawan satu nih.

Setelah magrib, aku segera ke rumah Bayu karena kami berangkat dari sana. Rencanaku sih kami berangkat jam 10 dan paling telat jam 11 malam, tapi akhirnya molor dan jam 1 baru berangkat.

Jam karet.

Kata Bayu yang ikut hanya adiknya dan kawan kita aja. Emang bener sih, yang ikut cuma adiknya, Selly dan Dewi yang bareng cowoknya serta Bang Fajar yang nyetir. Tapi temen yang dimaksud Bayu ini ternyata Putri, adik kelas kami saat SMA. Cuma temen aja yang ikut katanya. Tapi mereka duduknya sebelahan, dan kepala si Putri nyander di bahunya Bayu di hampir sepanjang perjalanan.

Iya, cuma temen kita aja yang ikut, gitu katanya.

Cuma temen....

Udah ah.. kembali ke cerita.

Karena berangkatnya telat, akhirnya momen sunrise di tepian Danau Toba harus dicoret dan kami langsung menuju destinasi selanjutnya yaitu Pemandian Air Panas Sidebuk-Debuk.

Lokasi Pemandian Air Panas Sidebuk-Debuk

Pemandian Air Panas Sidebuk-Debuk ini berada di Desa Semangat Gunung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Pemandian ini letaknya tepat di kaki Gunung Sibayak, salah satu gunung berapi di Tanah Karo. Kalo dari Kota Medan, simpang ke pemandian ini letaknya sebelum Kota Berastagi.
Gunung Sibayak dari Pemandian Air Panas Sidebuk-Debuk
Berendam Sejenak

Salah satu pemandian air panas yang paling terkenal di tempat ini adalah Pemandian Air Panas Pariban, karena menjadi salah satu pemandian yang terbesar dan punya fasilitas lengkap sampe hiburannya pun ada seperti waterpark. Tapi karena saat itu hari libur, jadi pemandian ini penuh sesak dengan pengunjung.

Oleh karena itu, kami mencari pemandian yang lain. Di desa ini pun ada belasan pemandian lain dengan fasilitas utama yang hampir sama aja dan tiket masuknya juga sama yaitu Rp. 10.000 perorang dan kami memilih Pemandian Anugerah sebagai tempat main air panas.
Selamat datang di pemandian
Petunjuk arah toilet. :D

Kondisi Pemandian Anugerah

Seluncuran juga ada
Tapi lagi-lagi karena penuh, kami berendamnya di kolam umum, bukan kolam vip atau kolam keluarga. Nggak apa-apa deh, kolamnya juga luas. Air di pemandian ini bersumber dari mata air panas di Gunung Sibayak yang dialirkan melalui pipa-pipa. Air panasnya juga mengandung belerang sehingga katanya baik untuk kesehatan kulit.

Badan yang dingin karena berada di kaki gunung langsung terasa hangat saat mencelupkan diri ke dalam kolam air panas ini. Pegal-pegal di badan karena di jalan sepanjang malam juga terasa hilang.

Selain itu, karena posisinya yang ada di kaki gunung sehingga aku juga bisa berendam sambil menikmati pemandangan Puncak Gunung Sibayak dari sini. Hangat, tenang dan damai.

Mantap cuy.

Sayangnya karena ini kolam umum, jadi ada beberapa hal yang merusak pemandangan indah itu dan salah satunya adalah pasangan yang lagi berendam di depanku. Sebenarnya nggak bisa disebut pasangan juga sih, karena sama-sama cewek walaupun cewek yang berperan sebagai cowok itu lebih ganteng dari cowok-cowok biasa.

Yang anjirnya, mereka itu peluk-peluknya, bahkan sesekali tangan si pemeran cowok singgah ke dada si cewek. Aih... Mana yang jadi ceweknya cakep banget lagi.

Aku pernah beberapa kali melihat cewek yang punya orientasi seperti ini dan anehnya yang berperan sebagai cewek selalu cantik pake banget. Tapi kok bisa sih cewek secantik itu malah sukanya ama cewek juga. Apa dia trauma disakiti cowok? Tapi cowok tolol mana sih yang tega nyakitin cewek secantik itu. Entahlah, nggak paham lagi aku cuy.

Yang pasti mereka masih saling bermesraan, saling memegang dada satu sama lain.

Aaahhh... Sesekali terdengar si cewek mendesah lirih.

Asem lah, nih blog perjalanan wisata kok jadi bahas ginian pulak.

Dah ah.. kita lanjutkan tentang destinasi berikutnya aja, di sini sudah terlalu hangat.

Daaaa..... 

To be continued...

Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah, tetap di rumah ya sahabat backpacker.
Bayu, Selly, Dewi, Pacar Dewi dan Putri.



Kamis, 09 April 2020

Pelangi Di Air Terjun Sipiso-Piso

Jangan ada satupun sampah yang tertinggal ya.” Ucapku ketika kami sedang membereskan alat-alat perkemahan kami pagi itu di Puncak Gunung Sipiso-Piso.
Yupz... Setelah paginya menyaksikan indahnya sunrise dari puncak gunung ini dengan latar Danau Toba, kami akan segera turun karena mini bus yang kami pesan akan segera datang menjemput kami. Anak-anak ini juga ngajak untuk sarapan dulu di area wisata Air Terjun Sipiso-Piso.
Air Terjun Sipiso-Piso
 Tak butuh waktu lama untuk turun dari gunung ini karena jalur pendakiannya yang mudah. Hanya sekitar 30 menit saja dan kami semua sudah sampe di kaki Gunung Sipiso-Piso. Dari sana kami lanjutkan jalan kaki ke arah Air Terjun Sipiso-Piso yang berjarak sekitar 1,5 km.

Setelah sedikit bernegosiasi dan minta diskon tiket masuk ke Air Terjun Sipiso-Sipo yang akhirnya dikasi potongan Rp. 1000 perorang, kami pun segera mencari warung makanan yang udah buka di pagi hari itu.

Menu yang kami pesan cukup sederhana, kebanyakan hanya mie ataupun nasi goreng. Tapi karena perut yang lapar, cuaca yang dingin, dan badan yang sedikit lelah membuat rasanya enak juga. Nyam..nyam...

Selesai dengan urusan perut, kami kemudian sedikit berwisata di Air Terjun Sipiso-Piso ini.

Lokasi Air Terjun Sipiso-Piso

Air Terjun Sipiso-Piso beralamat di Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Air terjun ini letaknya tak jauh dari Gunung Sipiso-Piso, Danau Toba dan Taman Bunga Sopo Juma.

Lanskap Air Terjun Sipiso-Piso

Air Terjun Sipiso-Piso dikenal sebagai salah satu ikon wisata populer di Sumatera Utara bersama Danau Toba. Air terjun ini punya ketinggian hingga 120 meter dan di sekelilingnya ada tebing batu yang begitu terjal menjulang tinggi. Debit airnya yang deras membuat air terjun ini terlihat makin keren.

Nama air terjun ini juga diambil dari kata Pisau alias Piso dalam bahasa setempat yang diartikan bahwa aliran air terjunnya terasa tajam seperti pisau.
Debit airnya besar dan tajam seperti pisau
Untuk turun ke dasar air terjunnya sudah tersedia tangga ke bawah. Namun untuk turun harus melewati sekitar seribu anak tangga. Bikin gempor juga lah. Berhubung badan yang lelah dan waktu yang sedikit, kami hanya menikmati keindahan alam Air Terjun Sipiso-Piso ini dari atas saja.

Pemandangan air terjun dari atas juga cukup indah kok karena juga bisa melihat Danau Toba di satu sisi dan air terjun di sisi satunya. Apalagi saat itu ada momen yang tak terduga, yaitu munculnya pelangi dari aliran air terjun. Pelangi ini muncul ketika cahaya matahari datang dari arah depan air terjun dan terbiaskan oleh percikan aliran air terjun.
Danau Toba di satu sisi

Air Terjun Sipiso-Piso di sisi yang lain

Ada pelangi.. di air terjun

Momen yang langka nih
Sesekali pelanginya juga hilang ketika angin bertiup kencang dan muncul kembali saat aliran air terjunnya normal kembali. Padahal tanpa pelangi aja, air terjun ini udah cantik banget, ditambah dengan munculnya pelangi ini kecantikan Air Terjun Sipiso-Piso terasa makin mempesona. Mantap cuy.
Anggota pendakian

Sang backpacker unyu di Air Terjun Sipiso-Piso