Tampilkan postingan dengan label Pulau. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pulau. Tampilkan semua postingan

Jumat, 11 Desember 2020

Menyeberangi Danau Toba dari Parapat ke Pulau Samosir

Menyeberangi Danau Toba
Hamparan luas Danau Toba

Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum musim hujan melanda

            Jangan traveling ke wisata air selama musim hujan. Berbahaya!!!

Hai sahabat backpacker, gimana kabar kalian?

Kalo kabarku sih baik-baik aja. Tapi di sini sekarang lagi musim musim hujan cuy. Meskipun kampungku kagak kerendam banjir, tapi akses jalan keluar kampungnya pada tenggelam, baik yang ke arah kotamadya maupun ke arah kota kabupaten. Jadinya ribet deh kalo mau kemana-mana.

Berhubung lagi kagak bisa kemana-mana, jadi kali ini aku mau cerita tentang perjalananku beberapa waktu yang lalu. Perjalanan ini kulakuin saat belum musim hujan. Jadi masih aman lah. Dan tujuan perjalananku kali ini adalah Pulau Samosir yang ada di tengah Danau Toba.

Danau Toba

Danau Toba sendiri adalah sebuah danau tersebar se-Indonesia bahkan se-Asia Tenggara. Danau ini memiliki panjang hingga 100 kilometer dan lebar hingga 30 kilometer dan kedalamannya mencapai 505 meter. Danau ini berada di tengah pulau Sumatera bagian utara, tepatnya di kaldera Gunung Supervulkan Toba.

Ngomongin Danau Toba mungkin udah banyak juga sih kubahas di blog ini. Soalnya aku udah ngunjungi Danau Toba dari berbagai sisi yang berbeda. Mulai dari Parapat, Tigaras, Tongging, Silalahi, Porsea, Sigura-Gura hingga dari kota Balige. Semua tempat-tempat tersebut menampilkan keindahan alam Danau Toba secara sempurna dengan pemandangan yang berbeda-beda.

Tapi dari sekian banyak kunjunganku ke Danau Toba, selalu ada satu tempat yang selalu terlewat. Padahal tempat ini bisa dibilang salah satu tempat yang wajib dikunjungi kalo ke Danau Toba yaitu Pulau Samosir. 

Menyeberangi Danau Toba
Bukit hijau di sekeliling Danau Toba
Menyeberangi Danau Toba
Kapal-kapal yang sedang berlabuh

Pulau Samosir

Pulau Samosir adalah sebuah pulau vulkanik yang berada di tengah-tengah Danau Toba. Pulau ini termasuk dalam 10 pulau besar yang ada di tengah-tengah danau. Pulau Samosir juga punya banyak potensi pariwisata alam yang sangat menarik. Selain itu, di pulau ini juga tinggal suku Batak Toba dengan segala adat dan budayanya. Oleh karena itu, aku cukup tertarik untuk mengunjungi pulau yang satu ini.

Brmmm... brrmmm....

Dengan menggunakan sepeda motor aku melalui rute Kisaran-Perdagangan-Pematang Siantar-Parapat. Menjelang siang aku pun tiba di kota Parapat. Rencananya aku mau naik kapal ferri aja di Pelabuhan Ajibata. Tapi karena ribet buka peta di hp, akhirnya aku make GPS alias Gunakan Penduduk Setempat dan malah diarahkan ke Pelabuhan Tigaraja.

Menyeberangi Danau Toba

Pelabuhan Tigaraja ini melayani kapal motor yang membawa penumpang dari Parapat ke Tomok di Pulau Samosir. Di sini kapal motornya bertingkat dua dan bisa membawa sepeda motor, jadi motornya dijejerin di bagian samping kapal. Biaya penyeberangannya pun cukup terjangkau, perorangnya cuma dikenakan biaya Rp. 8000 aja dan untuk motor dikenakan biaya Rp. 10.000. 

Menyeberangi Danau Toba
Kapal motor penyeberangan Parapat-Tomok
Menyeberangi Danau Toba
Suasana di dalam kapal
Menyeberangi Danau Toba
Kapal melaju di tengah Danau Toba

Setelah beberapa penumpang menaiki kapal, kapal pun mundur secara perlahan dan meninggalkan pelabuhan Tigaraja untuk mengarungi Danau Toba. Dari lantai dua kapal ini pemandangannya indah juga, soalnya aku bisa memandangi luasnya danau Toba dengan airnya yang berwarna kehijauan. 

Di kanan dan kiri juga terlihat barisan perbukitan hijau di sisi danau sedangkan di bagian depan tak terlihat ujung danau ini. Sejauh mata memandang hanya terlihat hamparan danau yang begitu luas, rasanya seperti di tengah lautan saja.

Kondisi angin di tengah danaunya juga cukup kencang, sehingga kapalnya bergoyang-goyang terkena ombak. Rasanya jadi kayak mengarungi lautan aja cuy. Lautan ala Danau Toba. Seru!!!

Sekitar 30 menit kemudian aku pun tiba di Pelabuhan Sumber Sari yang ada di Tomok, Pulau Samosir. Hup... dan sekarang aku udah resmi nginjakin kaki di Pulau Samosir. Selamat datang di Pulau Samosir, Negeri Indah Kepingan Surga. Petualanganku di Pulau Samosir pun dimulai. 

Menyeberangi Danau Toba
Kapal lain yang sedang melaju
Menyeberangi Danau Toba
Pelabuhan Sumber Sari Tomok

To be continued....

Jumat, 23 Oktober 2020

Liburan Murah ke Pulau Salah Namo Batubara

Pulau Salah Namo
Pulau Salah Namo

Pulau Salah Namo alias Pulau Salah Nama adalah sebuah pulau kecil yang berada di Selat Malaka, Kabupaten Batubara. Pulau ini merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup populer di kalangan wisatawan Sumatera Utara bersama dengan Pulau Pandang, sebuah pulau kecil lainnya yang terletak tak jauh dari pulau ini.

Hai sahabat backpacker, gimana kabarnya? Semoga sehat-sehat terus  ya. Kali ini aku mau berbagi cerita liburanku beberapa waktu yang lalu ke Pulau Salah Namo, sebuah pulau kecil yang indah di Selat Malaka, Sumatera Utara.

Btw liburanku ke Pulau Salah Namo ini sangat murah loh, karena cuma bermodalkan Rp. 50.000 aja. Dan ini merupakan yang kedua kalinya aku liburan ke pulau ini.

Baca juga: Liburan Murah ke Pulau Pandang Batubara

Alamat Pulau Salah Namo Batubara

Pulau Salah Namo berada di Selat Malaka dan secara administrasi terletak ke dalam wilayah Desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.

Cara ke Pulau Salah Namo

Ada beberapa cara untuk menuju ke Pulau Salah Namo. Yang termudah adalah dengan ikut opentrip yang biasa diladakan oleh agen tour pariwisata. Biasanya biaya ikut opentrip ini sekitar Rp. 300.000 untuk Pulau Pandang dan Salah Nama dengan titik keberangkatan dari Kota Medan. Sedangkan untuk titik keberangkatan dari Pelabuhan Tanjung Tiram sekitar Rp. 150.000 perorangnya.

Kelebihan ikut opentrip ini adalah semuanya telah disediakan, termasuk makan siang. Jadi kita tinggal menikmati liburannya aja. Kapalnya juga dilengkapi dengan alat-alat keselamatan, sehingga bisa menjamin keselamatan peserta tour.

Cara kedua adalah dengan ikut opentrip dari pelabuhan-pelabuhan kecil di sekitar Pantai Timur Pulau Sumatera. Biaya opentrip ini biasanya hanya sekitar Rp. 50.000 aja perorangnya. Murah banget cuy. Sebenarnya dulu lebih murah lagi, karena cuma Rp. 33.000 aja perorangnya, tapi sekarang udah naik.

Kekurangan ikut opentrip ini adalah jadwalnya yang cukup jarang. Biasanya cuma ada pada hari libur besar aja. Selain itu kuota dan cuaca juga harus mendukung. Jika cuaca tak memungkinkan, trip bisa dibatalkan pada hari keberangkatan.

Dan terakhir cara yang ketiga. Cara ini cukup sulit, tapi nggak ngeluarin biaya. Caranya yaitu dengan berenang aja dari pelabuhan ke pulaunya. Kalo nggak ada ikan hiu yang ngegigit, dijamin bisa sampe kok. Sampe ke akhirat. Wkwkwkwk...

Aku sendiri memilih cara yang kedua. Karena tempat tinggalku yang ada di wilayah Pantai Timur Pulau Sumatera membuatku cukup mudah mendapatkan info jika ada opentrip di pelabuhan-pelabuhan kecil.

Dengan menaiki kapal boat berukuran sedang, perjalanan kami pun dimulai menuju Pulau Salah Namo. Perjalanannya sendiri memakan waktu sekitar 2 jam dan akhirnya kami pun tiba di dermaga Pulau Salah Namo. 

Pulau Salah Namo
Indah banget cuy

            Sejarah Unik Nama Pulau Salah Namo

            Sebelum menjelajah pulaunya, aku mau sedikit jelasin dulu kenapa pulau ini bernama Pulau Salah Namo. Jadi pada zaman dahulu, pulau ini diberi nama organ intim wanita. Iya, namanya pake nama organ intim wanita. Entah siapa yang kurang ajar bikin nama kayak gitu. Namun karena dirasa bikin malu dan nama tersebut dianggap salah, jadilah pulau ini diubah namanya menjadi Pulau Salah Namo.

Pemandangan Alam Pulau Salah Namo

Meski punya sejarah penamaan yang kelam, tapi pulau ini cukup indah loh. Dari dermaganya aja terlihat pesonanya, air lautnya biru dan jernih, saking jernihnya, karang dan pasir di dasar pesisirnya pun  terlihat. Di beberapa sudut yang membentuk teluk kecil terdapat pantai-pantai dengan pasir putih yang lembut. Sedangkan tepian lainnya berupa batu-batu terjal yang membentuk tebing yang menjulang tinggi. Lalu di pulaunya tumbuh vetagasi hijau yang lebat dan ada juga bukit hijau yang cantik. 

Pulau Salah Namo
Inilah pesona Pulau Salah Namo
Pulau Salah Namo
Airmya jernih banget

Sebagai destinasi wisata yang populer, pulau ini telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Selain dermaga, di pulau kecil ini juga terdapat homestay dan musholla. Selain itu juga disediakan jalan setapak yang mengelilingi pulau sehingga kami bisa menjelajah seisi pulau. Asyiknya jalan setapak ini juga dibuat hingga ke pinggir pulaunya, jadi bisa berjalan-jalan liat ombak yang menerpa bebatuan karang.

Pulau Salah Namo
Jalan setapak di tengah pulau

Di beberapa titik juga terdapat gazebo kecil dari kayu yang bisa dipake untuk beristirahat kalo capek menjelajah pulau. Gazebonya pun tersebar dari sisi atas pulau hingga ke pinggir pantainya.

Goa di Pulau Salah Namo

 Di pulau kecil dengan luas sekitar 3 ha ini ternyata punya sebuah goa. Aku pun baru tau pada kunjungan keduaku ini. Goa ini ada di sisi selatan pulau. Dulunya memang belum ada akses jalan ke sebelah selatan. Namun sekarang udah ada akses jalannya, bisa deh ngunjungi goanya.

Goanya sendiri berukuran kecil dan dipenuhi bebatuan tanpa bentukan stalagmit dan stalaktit. Bentuk goanya juga tidak menjorok ke bagian dalam, tetapi ke bagian atas dengan tinggi mencapai 6 meter. 

Pulau Salah Namo
Goa di Pulau Salah Namo
Pulau Salah Namo
Bagian dalam pulaunya

Menikmati Pulau Salah Namo dari ketinggian

Selain melihat goa, kegiatan asyik lainnya di pulau ini adalah melihat Pulau Salah Namo dari ketinggian. Di bagian atas bukit Salah Namo terdapat sebuah menara telekomunikasi yang dibuka untuk umum. Hanya saja untuk naik ke atas menaranya butuh perjuangan sih. Pertama kami harus menerabas memalui jalan setapak yang mulai tertutup ilalang tebal. Selanjutnya baru deh memanjat satu demi satu anak tangga secara hati-hati.

Pulau Salah Namo
Menara komunikasi

Menara ini terdiri dari 5 tingkat, tapi aku cuma naik sampe ketingkat 3 aja, karena dari tingkat 3 pun sudah bisa melihat indahnya alam Pulau Salah Namo dari ketinggian. Pulau Salah Namo yang terlihat hijau dengan vegetasinya yang lebat berpadu dengan birunya air laut menghasilkan gradasi warna yang indah. Di sekitar pulau juga terlihat kapal-kapal yang sedang berlabuh. Di sisi yang lain juga terlihat beberapa pulau kecil lainnya.

Indah sekali cuy. 

Pulau Salah Namo
Pemandangan Pulau Salah Namo dari ketinggian
Pulau Salah Namo
Backpacker ganteng dan unyu di Pulau Salah Namo

Rabu, 15 April 2020

Danau Toba dari Paropo, Juara

Yok ke tempat selanjutnya kita, sebelum terlalu sore biar pulangnya nggak kemalaman.

Ajakku pada mereka yang masih asyik berfoto-foto di Taman Bunga Sapo Juma. Meski udah berfoto di semua sudut taman bunga tersebut, mereka belum juga berhenti. -_-

Brrmm.... Brmmmm....

Bang Fajar kembali mengendalikan mobil yang kami naiki. Tujuan kami selanjutnya adalah Paropo, sebuah desa kecil yang berada di tepian Danau Toba dan katanya punya pemandangan yang cukup indah. Untuk menuju desa ini, kami harus melewati jalur yang menurun curam dan berkelok-kelok hingga tiba di Desa Tongging. Setelah itu barulah menyusuri jalanan aspal yang berada di tepian Danau Toba.
Paropo
Memang sedikit ekstrim jalanannya, tapi pemandangannya juara, karena di sepanjang jalan kami bisa melihat indahnya Danau Toba di sisi kiri. Sedangkan di sisi kanan ada pemandangan perbukitan hijau yang menjulang tinggi. Cakep...

Lokasi Paropo

Paropo ini berada di Kecamatan Silalahisabungan dan udah masuk wilayah Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Untuk menuju ke tempat ini bisa masuk dari kawasan wisata Air Terjun Sipiso-Piso dan melalui Desa Tongging. Dari sana hanya sekitar 30 menit aja dan udah sampe di Paropo ini.

Lanskap Paropo

Begitu tiba di Paropo, aku langsung suka ama pemandangan tempat ini. Soalnya pemandangannya indah banget. Bahkan katanya Paropo ini Ranu Kumbolonya Sumatera Utara. Tapi untuk melihat momen itu sebaiknya di pagi hari, di saat matahari terbit. Karena kami tiba di tempat ini saat sore, jadi kurang terasa Ranu Kumbolo ala-alanya.

Meski begitu pemandangan di tempat ini masih tetap juara. Di depan terhampar pemandangan Danau Toba yang begitu luas, airnya yang jernih membuat aku bisa melihat ikan-ikan yang berenang di sela-sela bebatuan. Gemes sih liat tuh ikan, tapi tetap aja nggak bisa kutangkap dengan tangan.
Danau Toba dari Paropo, luas cuy
Di kejauhan juga terlihat Pulau Samosir, pulau vulkanik yang ada di tengah-tengah Danau Toba. Sedangkan di sekeliling terlihat perbukitan hijau yang memanjang mengelilingi Danau Toba. Perbukitan ini menjulang tinggi seolah-olah menjadi guardian bagi keindahan alam Danau Toba. Keren.... 
Bukit hijau yang menjulang tinggi



Satu hal yang menambah keindahan Paropo ini adalah adanya satu pulau kecil yang letaknya nggak jauh dari tepian danau. Untuk mencapai pulau kecil ini ada 3 opsi, yang pertama berenang sampe gempor lalu tenggelam. 🤣 Lalu yang kedua melalui jembatan kecil serta yang ketiga menggunakan getek alias rakit yang udah diikat tali.

Berhubung lokasi kami menyewa pondok kecil ini menyediakan getek, jadi cara terbaik buat ke pulau itu ya naik getek dan kata si Ibu yang punya pondok, naiknya gratis bolak balik sebagai bonus menyewa pondoknya. Mantap!

Pemandangan di pulau kecil ini juga cukup cantik. Di sekitaran pulau ada banyak batu-batu besar yang bertebaran. Dari sini juga bisa melihat Danau Toba dengan lebih luas lagi. Yang asyiknya lagi, di sini anginnya bertiup sepoi-sepoi. Jadi nyaman banget buat duduk santai menikmati pemandangan.
Pulau kecil di Paropo

Pemandangan dari pulaunya

Jembatan penghubung menuju pulau
Puas menikmati pemandangan dari pulau kecil ini, aku kembali ke pondok melalui jembatan.

Bang, fotoin kami dong!” Pinta Dewi dan pacarnya yang lagi duduk di ayunan.

Boleh.”

Cekrek... Cekrek...

Aku mengambil beberapa foto mereka. Setelah itu mereka pergi entah kemana. Aku kemudian duduk di kursi besi yang ada di depan ayunan tersebut, Sedangkan di atas rakit kulihat Bayu dan Putri berdua doang sedang menuju pulau.
Dewi dan pacarnya
Woy!! Jangan melamun aja Bang.” Ujar Selly mengagetkanku.

Ahahaha... Nggak melamun kok.” Balasku.

Selly kemudian duduk di sebelahku dan ikutan menatap senja yang perlahan turun di Danau Toba mengubah langit yang tadinya biru menjadi jinga pucat.

Ah.. sebentar lagi malam tiba di sini. 

Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum Covid-19 mewabah, stay at home ya sahabat.
Selly, adiknya Bayu


Senja yang menyapa Paropo

Sang backpacker






Sabtu, 17 Agustus 2019

Petualangan di Hong Kong: Selamat datang di Hong Kong

Hai sahabat backpacker, selamat pagi semuanya.

Ya nggak pagi juga sih, soalnya pagi ini aku bangunnya lumayan kesiangan. Ya maklum aja lah, tidur di kabin kapal dengan rasa hotel bintang lima ini emang mantap banget. Kasurnya tuh empuk. Terus, walaupun lagi di kapal dan kapalnya lagi berlayar di lautan lepas, kapalnya nggak goyang-goyang, bikin tidur jadi nyenyak banget.

Rasa lelah di badan yang kemarin kecapekan karena keliling Kota Kaohsiung pun hilang. Jadinya siap deh buat jelajahi destinasi selanjutnya. Setelah setelah bersiap-siap, aku segera naik ke sun deck, mau liat-liat lautan lepas. Ternyata cuacanya cukup berkabut dan masih jauh dari daratan. Di sekililing cuma keliatan air laut doang.

Setelah beberapa lama kapal pesiar superstar Virgo ini berlayar, akhirnya aku mulai melihat beberapa kapal berukuran raksasa yang muncul dari balik kabut. Sepertinya kami udah deket ama tujuan. Dan benar aja, nggak lama kemudian aku melihat gugusan pulau-pulau kecil.

Gugusan pulau kecil ini cakep banget lho, pulau-pulaunya berbukit hijau, sedangkan pantainya berupa bebatuan. Dan di sekelilingnya dikelilingi air laut yang kebiruan. Serius, cakep banget.
Gugusan Pulau Hong Kong
Tak berapa lama, kapal pesiar ini mulai memasuki kawasan perairan Selat Victoria. Hong Kong. Di sini aku semakin terkagum-kagum. Karena masih daerah pinggiran pesisir Kowloon dan pesisir Pulau Hong Kong aja tapi kota ini sudah dipenuhi bangunan gedung-gedung pencakar langit. Di depan gedung-gedung itu terdapat jalan raya yang tiang pancangnya berdiri di atas Selat Victoria dan di sisi belakang, terdapat perbukitan hijau sebagai latar perkotaannya. Keren banget uy...
Kapal pesiar memasuki Selat Victoria
Lalu di perairan Selat Victoria yang memisahkan Semenanjung Kowloon dengan Pulau Hong Kong ini, ada berbagai macam kapal, mulai dari boat, perahu, yacht, hingga kapal-kapal berukuran besar seperti kapal ferry, kapal tanker, bahkan kapal pesiar pun ada. Keren....
Hong Kong dari Selat Victoria
Semakin memasuki perairan Selat Victoria ini, semakin membuatku terperangah, gilak! Kota ini super keren. Bahkan rasanya kota-kota yang pernah kukunjungi sebelumnya, kalah telak ama kota ini. Tapi karena cuaca yang semakin panas, aku akhirnya memilih masuk ke dalam kapal, dan memilih untuk makan siang seperti biasa di deck 7, di Resto Mediterranian Buffet. Resto gratis di kapal ini dengan menu yang bisa diambil sepuasnya.

Kali ini aku makan di sisi jendela, jadi bisa makan siang sambil menikmati lanskap kota Hong Kong dari atas kapal pesiar. Menu siang ini pun cukup enak, dengan lauk berupa udang dan daging ikan serta sayur. Menunya enak, pemandangannya cakep, beuh... Mantap banget lha.

Makan dengan pemandangan Hong Kong

Menu makan siang di kapal pesiar
Selesai kami makan siang, kapal pesiar Superstar Virgo ini pun tiba di pelabuhan Ocean. Sebagai penumpang kapal pesiar, kami mendapat keistimewaan dengan tidak lagi melewati imigrasi, langsung cus aja. Go...

Pelabuhan Ocean Terminal ini cukup besar, bahkan menurutku sih lebih mirip mall daripada pelabuhan, soalnya di setiap sudutnya terdapat gerai-gerai penjualan, mulai dari pakaian, barang branded, sampe gerai makanan pun banyak. Ternyata Ocean Terminal ini emang terhubung ama Harbour City, salah satu pusat perbelanjaan di Kota ini.
Superstar Virgo di Ocean Terminal

Pelabuhan Ocean Terminal

Harbour City
Tapi kami nggak berlama-lama di OceanTerminal ini, karena tujuan kami di Hong Kong ini adalah ngunjungi The Peak. Jadi kami segera keluar dari area pelabuhan berjalan menyusuri jalanan kota Hong Kong menuju stasiun mtr. Btw, mrt di Hong Kong emang dinamain MTR, singkatan dari Mass Transit Railway, perusahaan yang menjalankan mrt di Hong Kong.

Rencananya kami ke The Peak dengan menaiki Peak Tram. Jadi kami akan naik mtr dari stasiun Tsim Sha Tsui. Sebelum naik tentunya beli tiket dulu, tiket mtr ini ada yang untuk sekali jalan dan ada juga yang harian, berhubung kami cuma sehari doang di kota ini, jadi kami milih tiket sekali jalan aja.
Tsim Sha Tsui Stasiun
Untuk ngebeli tiketnya ada vending machina yang tersedia, caranya pun cukup mudah, cukup pilih stasiun tujuan, tentukan jenis tiket, pastikan destinasi dan biaya, masukin uangnya, dan taraa... Tiket dan uang kembaliannya akan keluar dari mesin.
Vending Machina tiket mtr
Suasana di dalam MTR
Berhubung ini pengalaman pertamaku naik mrt, jadi rasanya keren aja gitu, meskipun aku nggak dapat tempat duduk sih. Tak beberapa lama, kami tiba di stasiun tujuan, Stasiun Admiralty yang ada di Pulau Hong Kong. Jadi ternyata jalur mrt nya lewah terowongan bawah laut. Keren uy....

Keluar dari stasiun, kami pun menyusuri jalanan kota Hong Kong menuju stasiun Peak Tram. Tapi sepanjang jalan, kepalaku ngeliat ke atas mulu sih, gedungnya tingi-tinggi uy dan bangunannya sangat megah.
Gedung pencakar langit di Hong Kong
Selain itu, jalanan di Hong Kong ini juga cukup nyaman, pedestrian pejalan kaki yang disediakan cukup luas dan aman dan rambu-rambu petunjuk arah juga cukup banyak tersedia. Saat menuju peak tram, kami juga melewati satu bangunan unik yang ternyata adalah bangunan St. John's Cathedral, katanya sih ini salah satu gereja tua dan bersejarah di Hong Kong.
Rambunya lengkap

Lanskap Kota Hong Kong

Jalan-jalan di Hong Kong

St. John's Cathedral Hong Kong
Akhirnya setelah beberapa lama berjalan, kami sampe juga di stasiun Peak Tram. Nggak capek sih, cuma leher ku doang yang capek liat gedung tinggi. Tapi pas kami nyampe, kami sangat kecewa, karena ternyata yang antri banyak banget, udah mirip orang-orang nungguin pembagian sembako, cuma yang ini lebih tertib. -_-
Antriannya cuy. -_-
Karena waktu kami yang singkat, akhirnya kami batal naik Peak Tram dan memilih transportasi lain untuk menuju The Peak yaitu taksi. Btw ada cerita menarik juga sih saat mau naik taksi, jadi saat itu kami ngelihat ada taksi kosong yang berhenti di pinggir jalan, jadi langsung aja kami mau masuk dan bilang ke supir tujuan kami. Tapi kami ditolak olehnya, dia bilang kalo mau naik taksi, harus nunggu di titik penjemputan taksi, yang jaraknya cuma 10 meter dari kami. Dia nggak mau kami naik taksinya kecuali nunggu dulu di situ, ya ampun... Tertib banget dah nih kota. Salut uy. Akhirnya kami pun nunggu di situ, baru deh dikasi naik.

Brmmm... Brmmm... Berangkat....
Si ganteng yang unyu di Selat Victoria Hong Kong

Senin, 05 Desember 2016

Objek Wisata di Kabupaten Batu Bara


Istana Niat Lima Laras

Kabupaten Batu Bara adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis, kabupaten ini berada di Pesisir Timur Pulau Sumatera dan berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Oleh karena itu, tidak heran jika kebanyakan destinasi wisata kabupaten ini adalah wisata bahari seperti pantai dan pulau. Selain itu, di kabupaten ini dulunya juga terdapat kerajaan Melayu dan masih terdapat banyak peninggalan-peninggalan bersejarah yang asyik untuk dijelajahi.
Namun karena kabupaten ini berada dekat dengan tempat tinggalku, membuat aku belum menjelajah keseluruhan destinasi wisatanya. Maklumlah terkadang karena tempatnya berada dekat dengan tempat tinggal kita, kita malah jadi kurang semangat mendatanginya. Maaf ya kawan-kawan dari Batu Bara, ini benar-benar penilaian yang subjektif.
Meski begitu, bukan berarti aku tidak menjelajah wisata Kabupaten Batu Bara sama sekali, ini adalah objek-objek wisata di Kabupaten Batu Bara yang pernah ku kunjungi dan semoga nantinya bisa bertambah.
Ikon Kabupaten Batu Bara: Istana Niat Lima Laras
1.      Istana Niat Lima Laras
Istana Niat Lima Laras adalah sebuah istana peninggalan Kerajaan Melayu Lima Laras yang dibangun pada tahun 1907 dan diselesaikan pada tahun 1912. Istana yang juga menjadi ikon dan identitas Kabupaten Batu Bara ini berada di Desa Laras, Kecamatan Tanjung Tiram. Selengkapnya baca di sini.
Istana Niat Lima Laras
2.      Pantai di Kabupaten Batu Bara
Kabupaten Batu Bara secara geografis berada di Pesisir Timur Pulau Sumatera dan berhadapan langsung dengan Selat Malaka. Karena itu, di kabupaten ini terdapat banyak pantai-pantai. Namun bagi yang sobat backpack sejarah yang pernah merasakan pantai-pantai yang eksotis, mungkin akan sedikit kecewa karena karakteristik dasar laut di Pesisir Timur Pulau Sumatera ini berlumpur jadi airnya cenderung coklat.
1)      Pantai Bunga
Pantai Bunga adalah salah satu pantai paling terkenal di Kabupaten Batu Bara karena lokasi pantai ini pun berada dekat dengan pusat Kota Batu Bara. Pantai berpasir putih ini umumnya selalu ramai dikunjungi wisatawan jika di hari libur.
Pantai Bunga
2)      Pantai Bogak
Pantai ini berada di sebelah kanan Pantai Bunga dengan karakteristik pantainya berpasir putih juga. Namun pantai ini tidak cocok untuk berenang karena ada beberapa bekas kayu, nibung dan bebatuan di bibir pantainya. Kalo nekat berenang mah bisa jadi sate tuh badan. Di pantai ini juga terdapat dua buah meriam bersejarah lho. Selengkapnya baca di sini.
Pantai Bogak
3)      Pantai Datuk
Pantai Datuk terletak di Desa Kuala Indah, Kecamatan Sei Suka dan berada di dekat Pelabuhan Kuala Tanjung. Pantai ini juga mirip dengan pantai lain di Kabupaten Batu Bara, yang berbeda adalah di sekitar pantainya lebih rindang karena banyak pepohonan. Jadinya lebih adem.
Pantai Datuk
3.      Pulau di Kabupaten Batu Bara
Kabupaten Batu Bara memiliki dua buah pulau yang menjadi mutiara dan andalan pariwisata kabupaten ini. Keindahan dua pulau ini sangat amat mempesona lho.
1)      Pulau Pandang
Pulau yang memiliki luas sekitar 2 hektar ini memiliki pesona bawah laut yang sangat mengagumkan. Selain itu, di pulau ini juga terdapat batu belah, batu unik yang terbelah rapi dan satu menara mercusuar yang dari atasnya tersaji keindahan landscape Pulau Pandang.  Cakep banget deh, kalo nggak percaya, baca selengkapnya di sini.
Pulau Pandang
2)      Pulau Salah Namo
Pulau Salah Namo adalah satu lagi pulau indah di perairan Kabupaten Batu Bara. Pulau ini memiliki keunikan berupa pantainya yang didominasi bebatuan tinggi nan terjal. Pulau ini juga sudah dikelola menjadi objek wisata yang menarik. Selengkapnya baca di sini.
Pulau Salah Namo
4.      Batu Belah
Nah, ini dia wisata unik di Batu Bara, batu belah merupakan sebuah batu besar yang terbelah dua secara sempurna dan rapi. Seolah-oleh dibelah dengan sebuah pedang, tapi siapa yang yang usil ngebelah nih batu? Batu ini berada di Pulau Pandang. Selengkapnya baca di sini.
Batu Belah
5.      Meriam Bogak
Di Kabupaten Batu Bara memang masih terdapat banyak sekali meriam, salah satunya adalah Meriam Bogak yang terletak di Pantai Bogak. Meriam tersebut diletakkan di sebuah tepat berpagar di dalam sebuah pondok. Meriam ini menyimpan sejarah Kabupaten Batu Bara. Selengkapnya baca di sini.
Meriam Bogak
6.      Rumah Adat Melayu Batu Bara
Salah satu keunikan Kabupaten Batu Bara adalah hampir seluruh kantor pemerintahan dan kantor dinasnya berbentuk Rumah Adat Melayu Batu Bara. Rumah adat ini memiliki arsitektur yang sangat cantik lho. Selengkapnya baca di sini.
Rumah Adat Melayu Batu Bara
Itulah beberapa objek wisata di Kabupaten Batu Bara yang pernah ku kunjungi. Semoga lain kali bisa lebih ke explore lagi biar daftarnya semakin lengkap. Amin...