Setelah sebelumnya aku dan adikku menikmati indahnya Candi Bubrah yang ada di dalam komplek Taman Wisata Candi Prambanan ini, kami kemudian kembali menggowes sepeda untuk menuju destinasi selanjutnya, yaitu Candi Sewu. Lets go!
Candi Sewu
Sepedaan ke Candi Sewu
Sebentar aja ngegowes sepeda, kami udah bisa ngelihat kemegahan Candi Sewu, segera saja kami memarkirkan sepeda dan menikmati indahnya Candi Sewu.
Sejarah Candi Sewu
Candi Sewu merupakan candi yang bercorak Budha, candi ini merupakan candi Budha terbesar kedua di Indonesia setelah Candi Borobudur dan lebih tua dari Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Mantap banget kan?
Candi Sewu diperkirakan dibangun pada abad ke 8 Masehi oleh Rakai Panangkaran, salah satu raja dari Kerajaan Mataram Kuno. Pembangunan candi ini semasa dengan pembangunan Candi Bubrah dan Candi Lumbung.
Btw candi ini dinamain Candi Sewu alias Candi Seribu karena didasarkan pada cerita rakyat Loro Jonggrang, si cewek cakep yang minta buatin seribu candi dalam satu malam ama Bandung Bondowoso.
Permintaan cewek emang aneh-aneh -_-
Tapi candi di sini sih aslinya asli cuma ada 249 candi doang, kagak nyampe seribu. Seribu mah cuma cerita rakyat doang.
Dari Prasasti Kelurak dan Prasasti Manjusrigrha diketahui nama asli candi ini adalah “Prasada Vajrasana Manjusrigrha”.
Susah oy nama aslinya. -_-
Papan informasi Candi Sewu
Arsitektur Candi Sewu
Komplek Candi Sewu terdiri dari 249 candi dengan satu bangunan candi utama. Bangunan candi di komplek ini disusun membentuk Mandala Wajradhatu, alias perwujudan alam semesta dalam kosmologi Budha Mahayana. Candi utama sebagai yang candi terbesar berdiri di tengah komplek sebagai poros utama. Lalu ada 6 candi perwara berukuran besar di penjuru mata angin. Harusnya sih 8, tapi mungkin dua lagi kagak dibangun. Kemudian di sekelilingnya ada 240 candi perwara yang lebih kecil dengan desain yang hampir serupa.
Sayangnya sih sebagian besar candi-candi ini dalam kondisi runtuh, hanya sebagian aja yang masih berdiri.
Komplek Candi Sewu
Candi utama di komplek Candi Sewu ini memiliki bentuk berupa poligon dengan tinggi mencapai 30 meter. Di tiap sisinya ada bangunan yang menjorok keluar dengan tangga dan ruangan tersendiri dan memiliki atap berupa susunan stupa.
Bangunan candi utama
Candi apit alias candi perwara
Candi perwara
Tapi kini di dalam kelima ruangan di dalam candi ini udah nggak ada lagi arcanya, padahal di dalamnya masih terdapat landasan arca. Mungkin dulu arcanya udah diambil atau dijarah.
Landasan arca di dalam candi
Secara keseluruhan, Candi Sewu ini sangatlah menarik dan menawan dengan bentuk arsitektur bangunan yang indah dan relief yang mengagumkan. Sungguh karya masa lalu yang keren.
Relief di dinding Candi Sewu
Lokasi Candi Sewu
Candi Sewu berada di dalam Taman Wisata Candi Prambanan dan secara administrasi masuk dalam wisalah Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Setelah selesai menikmati indahnya Candi Sewu dan selesai juga befoto-foto di komplek candinya, kami pun menlanjutkan lagi petualangan menggowes sepeda di Komplek Taman Wisata Candi Prambanan ini. Lets go...
Setelah sebelumnya aku dan adikku menikmati indahnya bangunan peninggalan sejarah Candi Lumbung, kami kemudian melanjutkan penjelajahan di Taman Wisata Candi Prambanan ini dengan menggowes sepeda menuju candi selanjutnya, yaitu Candi Bubrah.
Candi Bubrah
Tak begitu jauh menggowes sepeda, kami berdua pun sampe juga di halaman Candi Bubrah. So... Yok langsung aja kita liat lebih dalam tentang candi ini.
Plang Candi Bubrah
Sejarah Candi Bubrah
Candi Bubrah adalah sebuah candi Budha yang diyakini dibangun pada abad ke 9 Masehi dan masih satu periode dengan pembangunan Candi Sewu dan Candi Lumbung yang ada di dekat candi ini. Berdasarkan Prasasti Manjusrigrha, candi-candi ini dibangun oleh Rakai Panangkaran dari Dinasti Syailendra, Raja Kerajaan Mataram Kuno.
Btw candi ini dinamain Candi Bubrah karena saat dulu ditemuin, candi ini dalam kondisi bubrah, alias runtuh dalam bahasa Jawa. Tapi setelah restorasi yang dilakuin tahun 2016 yang lalu, sekarang Candi Bubrah sudah berdiri kokoh dan cantik.
Papan informasi Candi Bubrah
Arsitektur Candi Bubrah
Candi Bubrah merupakan candi tunggal tanpa ada candi perwara di sekitarnya. Candi ini dibangun dari batu andesit dengan bentuk yang terkesan tinggi dan ramping dan stupanya berupa satu stupa induk yang dikelilingi delapan stupa yang dikelilingi lagi oleh enam belas stupa lainnya.
Di dinding luar candi ini ada relung-relung yang berisi arca Budha, keunikan lainnya adalah adanya hiasan bermotif teratai di beberapa bagian candi. Kalo diliat-liat, bangunan candi ini cakep juga.
Relung dan stupa di Candi Bubrah
Candi Bubrah
Candinya tunggal
Lokasi Candi Bubrah
Candi Bubrah ini berada di dalam komplek Taman Wisata Candi Prambanan dan secara administratif masuk dalam wilayah Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Setelah selesai menikmati indahnya Candi Bubrah, kami pun melanjutkan penjelajahan menuju tempat selanjutnya. Lets go...
Seperti yang ku ceritain kemarin, saat aku dan adikku keluar dari komplek Candi Prambanan, kami melihat peta taman wisata dan plang yang bertuliskan Candi Lumbung, Candi Bubrah dan Candi Sewu dengan jarak hanya ratusan meter doang dari Candi Prambanan.
Peta Taman Wisata Candi Prambanan
Tentu aja aku tergiur untuk ngeliat tuh candi, udah gitu, sayang banget ada tempat menarik yang begitu dekat tapi kagak dikunjungi. Tapi jarak beberapa ratus meter tuh lumayan juga sih kalo jalan kaki.
Syukurnya di dalam komples Taman Wisata Candi Prambanan ini menyediain transportasi buat keliling-keliling komplek. Yang pertama ada kereta-kereta apian alias odong-odong. Enak sih, kita tinggal duduk aja, tapi nggak enaknya, waktu singgahnya terbatas dan harus nungguin jadwal.
Terus satu lagi ada penyewaan sepeda. Enaknya kita bisa bebas mau keliling-keliling, tapi nggak enaknya ya pake tenaga sendiri. Kedua transportasi ini biayanya cuma Rp. 15.000 doang.
Kami pun milih nyewa sepeda aja, soalnya seru juga tuh sepedaan di dalam komplek Taman Wisata Candi Prambanan, apalagi kawasannya juga rindang. Lets go...
Pake sepeda di Taman Wisata Candi Prambanan
Jalanannya rindang
Setelah mengayuh beberapa jauh, kami sampe juga di Candi Lumbung.
Sejarah Candi Lumbung
Candi Lumbung ini adalah salah satu komplek Candi Budha yang ada di Taman wisata Candi Prambanan. Candi ini diperkirakan dibangun pada abad ke 9 Masehi dan satu periode dengan pembangunan Candi Sewu yang letaknya tak begitu jauh dari candi ini dan dibangun pada masa Kerajaan Mataram Kuno.
Papan informasi Candi Lumbung
Arsitektur Candi Lumbung
Candi ini dinamain Candi Lumbung karena bentuk candinya mirip lumbung, alias tempat penyimpanan padi. Katanya sih gitu.
Komplek Candi Lumbung terdiri dari satu candi induk dengan 16 candi perwara. Bangunan candi induk berbentuk poligon dan memiliki tinggi 2,5 meter. Di ruangan dalam candi induk terdapat 9 relung tempat penyimpanan arca, tapi saat ini arcanya udah nggak ada lagi. Di dinding candinya terukir relief gambar laki-laki dan perempuan. Atap candi utamanya udah runtuh tapi diperkirakan bentuk atap candinya berupa stupa runcing, mirip stupa candi perwira.
Candi Lumbung
Candi Perwara di Candi Lumbung
Candi Perwara
Relung di Candi Lumbung
Atap Candi Lumbung yabg runtuh
Arca di Candi Lumbung
Lokasi Candi Lumbung
Candi Lumbung ini berada di dalam Komplek Taman Wisata Candi Prambanan, sekitar 300 meter ke utara Candi Prambanan. Alamatnya ada di Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Selesai menikmati kerennya peninggalan masa lalu ini, kami kembali menggoes sepeda menuju tempat selanjutnya. Lets go...
Setelah kemarin sore aku dan adikku tiba di Yogyakarta, maka hari ini kami putuskan untuk jalan-jalan dulu untuk mengexplore objek-objek wisata yang ada di Jogja. Soalnya sayang banget udah jauh-jauh ke Jogja tapi kagak jalan-jalan.
Oleh karena itu, pagi ini setelah sarapan, kami pun segera menyusuri jalanan Yogyakarta pake motor sewaan. Yupz... Untuk kemudahan akses, aku milih buat nyewa motor aja selama di Jogja.
Brmm... Brmmm...
Berhubung adikku nggak pande liat peta, jadi dia yang menjadi supir dan aku yang liatin peta. Kami pun terus menelusuri jalanan Yogyakarta – Solo, karena tujuan kami pagi ini adalah Candi Prambanan.
Sepanjang perjalanan, aku ngerasa takjub juga sih, ngeliatin pemandangan yang berbeda dengan yang ada di Asahan, kampung halamanku. Apalagi saat ngelewati Kecamatan Kalasan, di situ terlihat candi tepat di pinggir jalan. Gilak banget, candi pun ada di pinggir jalan. Kalo di Asahan mah, mana ada yang beginian. Candi terdekat aja jaraknya ratusan kilometer dari Asahan, yaitu di Kabupaten Padang Lawas sana.
Akhirnya sebelum jam 7 pagi, kami sampe juga di parkiran Kompleks Wisata Taman Candi Prambanan. Meski belum jam 7, matahari di Jogja ini udah cukup tinggi sih. Kalo di Asahan, matahari setinggi itu, biasanya malah udah jam 8.
Setelah membeli tiket masuk, kami pun segera memasuki Kompleks Taman Wisata Candi Prambanan.
Candi Prambanan
Aku dan adikku di Candi Prambanan
Sungguh, perasaanku saat itu campur aduk banget, soalnya setelah bertahun-tahun hanya bisa liat Candi Prambanan dari TV, buku atau internet doang, akhirnya hari ini aku bisa ngelihat wujud Candi Prambanan tersebut secara langsung. Ironis juga sih, karena aku lulusan dari jurusan Pendidikan Sejarah, bahkan punya blog dengan tema wisata sejarah tapi kagak pernah liat candi. -_-“
Sejarah Candi Prambanan
Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Indonesia dan salah satu yang terindah di Dunia. Berdasarkan Prasasti Siwagrha yang bertarikh 778 Saka, candi ini dibangun pada tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan terus dikembangkan dan diperluas pada masa Balitung Maha Sambu dari Kerajaan Medang Mataram. Diyakini, pembangunan candi ini menandai kembali berkuasanya Keluarga Sanjaya atas Jawa, setelah sebelumnya Wangsa Syailendra yang berkuasa menganut agama Budha.
Sekitar tahun 930-an, Mpu Sindok memindahkan ibukota kerajaan ke Jawa Timur dan membuat Candi Prambanan menjadi tidak terawat dan akhirnya rusak dan runtuh. Pada tahun 1733 candi ini ditemukan CA. Lons, seorang berkebangsaan Belanda. Penemuan candi tersebut menarik perhatian dunia, namun upaya serius untuk melakukan pemugaran baru dilakukan tahun 1930-an. Kini, Candi Prambanan masuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi UNESCO sejak tahun 1991.
Candi Perwara yang belum dipugar
Arsitektur Candi Prambanan
Hal yang paling keren menurutku adalah arsitektur candi ini. Nggak kebayang sih di tahun segitu mereka bisa membuat bangunan semegah dan seindah ini. Keren banget...
Arsitektur Candi Prambanan berbentuk tinggi dan ramping seperti bangunan candi Hindu pada umumnya dengan bangunan Candi Siwa sebagai bangunan utama dan memiliki tinggi hingga 47 meter.
Arsitektur Candi Prambanan sangatlah indah
Menjulang tinggi khas candi-candi Hindu
Terdapat total 240 candi di dalam kompleks Candi Prambanan ini, dengan 224 candi perwara, 4 candi patok, 4 candi kelir, 2 candi apit, 3 candi wahana dan 3 candi Trimurti dan dengan Candi Siwa sebagai candi yang paling utama. Di dalam ruangan utama Candi Siwa terdapat sebuah arca Siwa Mahadewa setinggi 3 meter.
Adikku di Candi Siwa
Candi Siwa
Candi Wahana dan Candi Apit
Arca Siwa Mahadewa
Karena keindahannya, Candi Prambanan juga pernah menghiasi gambar uang Rupiah, yaitu uang Rp. 10.000 emisi tahun 1979.
Candi Prambanan dan gambar uang Rp. 10.000
Relief di Candi Prambanan
Hal menarik lainnya dari candi ini adalah relief pada dinding candinya. Di dinding candi ini terukir kisah perjalanan Rama yang menyelamatkan Sinta dari tangan Rahwana. Sungguh kisah cinta yang manis.
Jadi baper. Wkwkwkwkkw
Relief tersebut terukir dengan detail dan indah. Keren banget lha pokoknya.
Relief di Candi Prambanan
Lokasi dan akses ke Candi Prambanan
Oh ya, buat kawan-kawan yang pengen liat langsung Candi Prambanan, candi ini cukup mudah diakses karena berada di jalan raya Solo - Yogya. Dari kota Yogyakarta kawan-kawan bisa naik Transjogja dan berhenti di halte Pasar Prambanan. Lalu semua bus antar kota jurusan Solo juga bisa berenti di depan candi Prambanan. Mudah banget lha. Atau kalo mau lebih mudah lagi ya nyewa kendaraan aja.
Candi Prambanan ini lokasinya ada di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan tepat berbatasan dengan Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Selesai foto-foto di setiap sudut Candi Prambanan, kami pun segera keluar dari komplek candi ini. Tapi begitu sampe di luar, kami malah ngeliat plang yang bertuliskan Candi Lumbung, Bubrah, dan Candi Sewu dengan jarak yang nggak begitu jauh. Wah.. petualangan masih berlanjut nih..
Oh ya, aku juga bikin sedikit video saat di Candi Prambanan, silahkan ditonton ya kawan-kawan :)
Selamat datang di blog backpack sejarah. Sekarang aku lagi ada di Bandara Internasional Kuala Namu, Deli Serdang. Yup... Hari ini aku mau berangkat menuju Yogyakarta.
Petualang ganteng di Kuala Namu
Bandara Internasional Kuala Namu
Cihuy...Jalan-jalan lagi.
Sebenarnya nggak jalan-jalan juga sih, tapi aku disuruh buat nganterin adekku, si Rizlan yang pengen mondok di Magelang. Berhubung nih anak belum pernah pergi yang jauh-jauh, apalagi naik pesawat, jadi aku diutus untuk nganterinnya sampe ke tempat.
Ya nggak apa-apa sih, lumayan bisa sekalian jalan-jalan. 🤣
Setelah proses cek in yang mudah, kami pun segera naik ke pesawat yang akan membawa kami menuju Yogyakarta di Tanah Jawa. Berhubung ini pengalaman terbang pertama si Rizlan, jadi aku memilih maskapai Citilink, soalnya menurutku maskapai ini cukup ok lha untuk kalangan ekonomi. Apalagi pengalaman terakhirku naik Lion Air itu kurang menyenangkan, bisa dibaca di sini, Petualangan di Luar Negeri: Kembali Pulang.
Nih orang yang mau dianterin
Sepanjang penerbangan menuju Jogja, aku cuma nikmati pemandangan dari balik jendela pesawat. Tapi ada satu hal yang menarik perhatianku, yaitu beda pemandangan saat di atas Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Kalo di Pulau Sumatera, pemandangan yang terlihat tuh lebih banyak perkebunan dan sesekali doang yang terlihat perkotaan. Sedangkan kalo di atas Pulau Jawa, pemandangannya berupa perkotaan, perumahan dan sesekali pertanian berupa sawah. Pantes aja nih pulau disebut pulau terpadat.
Pemandangan dari jendela pesawat
Liburan bareng yuk
Setelah beberapa jam di dalam pesawat, akhirnya sekitar jam 3 sore kami pun mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Adi Sutjipto, Yogyakarta.