Pantai Janggawari |
Yo Sobat Backpack
Sejarah, rasanya udah lama juga aku, si cowok ganteng ini nggak pulang ke kampung halamanku yang ada
di plosok Asahan sana. So... dalam kesempatan libur kali ini aku pun
menyempatkan diri untuk pulang sejenak. Kalo nggak, ntar malah dikira Bang Toyib
pulak yang nggak pulang-pulang. Hahahaha....
Dalam libur kali ini
aku dapat informasi kalo sekarang ada beberapa objek wisata baru di sekitar
kampung ku. Wow.... kalo kayak gini kan jadi mudah buat liburan nih dan bisa
eksplore wisata kampung sendiri. Jadi dengan semangat yang membara dan
menggebu-gebu aku pun menyusun jadwal jalan-jalan di antara jadwalku yang
padat. #SokSibuk #PadahalPengangguran.
Objek wisata pertama
yang mau ku kunjungi adalah Pantai Pasir Putih Janggawari yang kusingkat Pantai
Jangga, soalnya nama nih pantai kepanjangan, susah ngetiknya.
Lokasi
Pantai
Alasan pantai ini jadi
yang pertama ku datangi adalah karena pantai ini lokasinya sangat dekat dari
rumahku. Cuma di desa sebelah yang kalo naik kereta (baca:motor) paling hanya
15 menit aja dan kalo guling-guling paling juga masuk parit. Hahaha...
Pantai ini tepatnya berada
di Dusun Janggawari yang masuk dalam wilayah Desa Silau Baru, Kecamatan Silau
Laut, Kabupaten Asahan.
Penunjuk arah sederhana |
Setelah mengajak
sepupu-sepupuku untuk berangkat bareng, kami pun berangkat menuju pantai.
Cusss... Karena ini adalah pantai yang baru dibuka sebagai objek wisata, jadi kondisi
jalannya pun masih seadanya dan kondisi lapangan parkirnya juga masih apa
adanya. Dari parkiran kami masih harus jalan kaki sekitar 5 menit melalui hutan
bakau.
Tapi ini sudah lumayan,
soalnya kata sepupuku, Si Wahyu, Si Daus dan Si Tuah, sebelum ada jalan ini,
mereka dan teman-teman sekolahnya biasanya melalui jalur lumpur biar nyampe ke
pantai ini. Busyet deh, keliatan banget kurang pikniknya, hahaha... tapi
gara-gara itu penduduk setempat berinisiatif membuka jalan menuju pantai ini.
Terima kasih buat kalian, kalian luar biasa.
Pantai
Tiga Rupa
Setelah jalan kaki
sebentar, akhirnya nyampe juga ke Pantai Jangga. Pantainya sendiri khas pantai
di Pesisir Timur Pulau Sumatera dengan airnya yang nggak biru toska tapi keruh
dan cenderung berlumpur. Jadi kalo untuk maen air mah nggak bakal enak. Kondisi
ini emang udah khas pantai-pantai di Pesisir Timur Pulau Sumatera sih, soalnya
kondisi dasar lautnya memang lebih berlumpur gitu, bukan terumbu karang.
Tapi bukan berarti
pantai ini nggak punya sisi eksotisnya lho. Malah menurutku keeksotisan pantai
ini jarang ada di pantai lain, keseksotisannya yaitu pantainya punya tiga sisi
lanskap yang berbeda.
Sisi yang pertama
berada tepat di pintu masuk pantai, sisi ini punya lanskap berupa dataran pasir
terbuka dengan pasir kasar bercampur kulit kerang.
Pantai dengan lanskap daratan terbuka |
Sisi yang kedua berada
di bagian tengah, sisi ini punya pemandangan berupa hutan mati, jadi di sini
banyak batang-batang pohon mati yang masih berdiri. Pasir di bagian ini masih
terasa kasar tapi tidak bercampur dengan kulit kerang.
Pantai hutan mati |
Sisi yang ketiga berada
di bagian ujung pantai, sisi ini dihiasi berbagai pepohonan rindang nan sejuk.
Pasir di bagian ini juga paling lembut dan tidak bercampur dengan kulit kerang.
Pantai adem |
Gimana?
Keren banget
kan?
Satu pantai tapi punya tiga rupa berbeda. Oh ya, di ujung pantai ini juga
terlihat samar-samar Pulau Salah Namo. Selain itu terlihat juga banyak
burung-burung bangau yang lagi mencari makan. Melihat bangau-bangau itu makan
aku juga jadi laper. So... saatnya buka bontot dan makan bersama. Nyam..nyam...
nikmat banget ah makan di pantai bareng-bareng gini, jangan ngiler ya sobat
backpack sejarah. Hahaha....
Makan bareng saudara |
cowok ganteng menikmati pantai |