Jumat, 12 Mei 2017

Petualangan di Jakarta: Museum Bank Indonesia



Museum Bank Indonesia
Setelah puas belajar sejarah sambil menikmati koleksi Museum Bank Mandiri, aku kemudian melangkahkan kaki ke gedung sebelahnya yaitu Museum Bank Indonesia. Kedua museum ini letaknya emang bersebelahan, tepatnya beralamat di Jalan Pintu Besar Utara No. 3, Jakarta Barat.

Saat di halaman Museum Bank Mandiri aku sempat bertemu turis dari Jepang, ternyata mereka juga ingin mengunjungi Museum Bank Indonesia namun tidak tahu tempatnya. So... sebagai rakyat Indonesia yang ramah, ehem.. ehem... ramah gem. Aku pun menunjukkan gedung Museum Bank Indonesia walau dengan bahasa Inggris yang amburadul. Hahahaha....

Tiket Masuk

Harga tiket masuk ke Museum Bank Indonesia ini juga hanya Rp. 5000 saja, cukup murah dan ternyata turis Jepang tadi sekalian membayarkan tiket masukku. Ya ampun... rasanya sungkan banget, padahal aku kan cuma nunjukin arah doang. Tapi terima kasih banyak ya mister. Terima kasih banyak.

Lumayan... dapat tiket gratis. Hahaha..

Sejarah dan Arsitektur Gedung Museum Bank Indonesia

Gedung Museum Bank Indonesia dibangun pada tahun 1828 dengan arsitektur khas neo-klasikal yang dipadu dengan pengaruh lokal. Dulunya gedung ini adalah gedung De Javasche Bank. Melihat arsitektur gedung ini seperti lagi di Eropa lho soalnya bentuk bangunannya keren banget cuy.

Koleksi Museum Bank Indonesia

Setelah menitipkan backpack, saya langsung melihat-lihat berbagai koleksi yang ada di dalam museum ini. Koleksinya cukup lengkap, mulai dari sejarah perekonomian Indonesia sejak jaman kerajaan hingga perekonomian Indonesia saat ini pun ada. Kemudian juga ada sejarah Bank Indonesia secara lengkap termasuk perubahan logo-logo Bank Indonesia serta peran Bank Indonesia terhadap kemajuan Indonesia.
Ruang sejarah perekonomian Indonesia
Ruang sang pemimpin

Sejarah logo Bank Indonesia

 Lebih lanjut ke dalam terdapat koleksi emas batangan yang bertumpuk-tumpuk. Sempat bingung juga sih, itu asli atau nggak. Soalnya banyak banget. Dan yang paling menarik tentu koleksi mata uangnya, lengkap banget. Mulai dari mata uang jaman kerajaan, jaman penjajahan, hingga mata uang Rupiah dari awal hingga yang terbaru. Selain itu juga ada koleksi mata uang dari berbagai negara. Sebagai orang yang juga suka mengoleksi mata uang kuno, aku jadi merasa ngiler liat koleksi museum ini.
Emas cuy, tapi imitasi kok :D
Salah satu koleksi mata uang di dalam museum
 Ngiler cuy


Koleksi Museum Bank Indonesia ini juga selain disajikan dengan bentuk barang, diorama, dan gambar, mereka juga memanfaatkan teknologi modern dan multi media, seperti di salah satu ruangannya ada tembok seperti layar yang menampilkan uang koin kuno yang berjatuhan. Jika uang koinnya ini kita tangkap, maka ntar muncul deh nama dan penjelasan tentang uang koin itu. Keren deh....
Anak SMP sedang mencoba menangkap koin
So... Selanjutnya kita ke mana lagi?

Senin, 08 Mei 2017

Petualangan di Jakarta: Museum Bank Mandiri



            “Welcome to Jakarta”. Ucapku pada diriku sendiri begitu pesawat mendarat dengan selamat di Bandara Soekarno Hatta yang ada di Tangerang. Eh... ini masih Tangerang ya kan bukan Jakarta. Acemana sih?

Ah... lupain deh, yang penting setelah sekian lama beredar di daerah sendiri (Sumatera Utara dan sekitarnya), akhirnya sedikit lagi aku bisa juga nginjakin kaki di ibukota Indonesia ini. Kota yang terkenal sebagai kota metropolitan terbesar di Indonesia dan kota dengan segudang masalah. Hahahaha....

Berhubung penerbanganku ke Manila, lokasi keberangkatan kapal pesiar Superstar Virgo itu masih esok hari. So... aku mau manfaatin hari ini untuk jalan-jalan jelajah Jakarta dan tujuan pertama yaitu ke Kota Tua. Let’s go.

Kota Tua Jakarta sendiri adalah sebuah kawasan cagar budaya yang dikenal juga sebagai Batavia Lama. Di sini terdapat banyak bangunan-bangunan peninggalan Belanda dengan arsitekturnya yang khas. Di sini juga terdapat banyak museum seperti Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Museum Fatahillah, Museum Wayang dan Museum Seni. Bagi penyuka sejarah bisa teler di sini nih.

Dari Bandara Soekarno Hatta ke Kota Tua ada beberapa pilihan transportasi seperti taksi yang mahalnya nauzubillah. Atau naik bus damri tujuan Mangga Dua dan ntar minta turun di Stasiun Kota Tua. Berhubung aku adalah petualang hemat (nggak punya duit), tentu milih damri lah. Apalagi ongkos damri ke Kota Tua cuma Rp. 40.000 dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Tapi anjir... macet di Jakarta itu ternyata betulan, akhirnya ngerasain juga menghabiskan waktu di jalan raya kayak penduduk Jakarta. Hahaha...

Akhirnya setelah satu jam di dalam bus, nyampe juga di Stasiun Kota Tua dan hap! Aku resmi nginjakin kaki di Kota Jakarta. Hore....... dan tujuan pertama ku adalah Museum Bank Mandiri.

Lokasi

Museum Bank Mandiri letaknya nggak jauh dari Stasiun Kota Tua. Kalo jalan kaki mah 1 menit juga nyampe, kalo ngesot atau guling-guling sih paling ntar ditabrak mobil, jadi jangan dibuat ya. Lokasinya itu berada di Jalan Lapangan Stasiun No.1 Jakarta Barat, berada tepat di seberang halte busway.

Untuk masuk ke dalam museumnya cukup dengan membeli tiket masuk seharga Rp. 5000 doang untuk umum. Cukup murah dan terjangkau.

Sejarah dan Arsitektur

Awalnya gedung Museum Bank Mandiri ini adalah gedung Nederlandshe Handel-Maatschappij (NHM) sebuah perusahaan dagang milik Belanda di bidang perbankan. Gedung ini dibangun pada tahun 1929 dan dirancang oleh 3 arsitek Belanda, yaitu J.J.J de Bruyn, A.P. Smits dan C. Van de Linde dengan arsitektur Niew Zakelijk atau Art Deco Klasik.
Museum Bank Mandiri
 Koleksi

Begitu masuk ke dalam museum Bank Mandiri ini, terlihat berbagai macam barang-barang koleksi yang berkaitan dengan perbankan tempo dulu dan perkembangannya. Di bagian depan terlihat ruangan kasir China, ternyata sejak saat jaman kolonial, orang-orang Tionghoa dikenal pandai dalam perhitungan uang maka mereka pun dipekerjakan di bagian kasir.
Ruangan kasir China
Beranjak ke bagian dalam terlihat koleksi berbagai jenis celengan, mulai dari celengan bambu, celengan ayam dan celengan-celengan lainnya. Kemudian terdapat bagan sejarah Bank Mandiri dan surat-surat berharga. Selanjutnya ada koleksi perlengkapan operasional bank, seperti mesin hitung uang, kalkulator, mesin cetak, brangkas, bahkan mesin atm pun ada. lengkap deh koleksi museumnya, keren....
Peralatan Bank
Mesin hitung uang koin
ATM super jadul

Jumat, 05 Mei 2017

Pengalaman Pertama Naik Pesawat



Terbang pertama kali
Yo Sobat Backpacker, gimana kabar kalian? Semoga sehat selalu ya.

Oh ya, aku udah pulang nih dari cruise trip yang disediain ama pihak detik travel dan antavaya sebagai hadiah dari kompetisi d’Traveler of the year 2016 yang aku menangin kemarin. Gilak banget tripnya cuy, bahkan trip kali ini merupakan trip paling fantastis dalam hidupku. Bukan hanya sekedar bisa menikmati kemewahan dan kemegahan fasilitas dan pelayan dari kapal pesiar yang seperti hotel bintang lima. Tapi trip ini juga punya bonus bisa jelajah Filipina, Taiwan dan Hongkong. Gilakkkkk...

Ha? Oleh-oleh? Mau oleh-oleh dari luar negeri?


Ada nih oleh-olehnya, tapi ambil sendiri di rumahku ya, rumahku yang di plosok Sumatera itu lho, yang di desa Pematang Sei Baru, yang jalannya nauzubillah... hahahaha....

Mau liat? Nih fotonya.
Jalan menuju rumahku

So.. aku ngasi oleh-olehnya cerita dan foto-foto aja ya sob. Nggak apa-apa kan?

Kali ini aku ingin cerita tentang pengalaman ku naik pesawat yang pertama. Yupz, ini adalah kali pertama aku naik pesawat terbang. Sebelumya mah ngetripnya pake kaki, sepeda, motor, bus, kereta api dan kapal kecil doang.

Nah, karena ini pengalaman pertama, so... harus berkesan donk. Karena itu aku sempat bingung juga milih maskapai apa untuk berangkat ke Jakarta, tempat kumpul para pemenang sebelum berangkatan ke luar negeri. Setelah milih-milih, akhirnya sih aku milih naik Citilink, soalnya denger-denger dari media dan review dari beberapa blogger, maskapai ini cukup aman dan nyaman walau harganya sedikit di atas maskapai budget lainnya sih.

Aku sendiri memilih jadwal penerbangan kedua yang berangkatnya itu jam 05.50 WIB. Jadinya jam 4 pagi aku pun harus udah berangkat dari Medan menuju Kuala Namu. Thanks buat Alan Mukti, Bobby dan Aceh yang udah ngantarin ke bandara pagi-pagi buta. Thanks banget ya sob.

Setelah selesai urusan cek in dan boarding yang ternyata gampang walau sempat bingung di awal, kami pun diantar dengan bus ke pesawat dan setelah kami duduk di seat masing-masing, akhirnya perjalanan dengan pesawat pun dimulai.

Wusssshhhh.... pesawatnya take off dengan sempurna, walau aku cukup deg-degan banget sih. Bahkan sebelum take off aku membaca dan mengingat semua panduan keamanannya. Bahkan sampai ngeraba jaket keselamatannya, mastiin keberadaannya. Setelah itu mah megang sandaran tangannya kuat-kuat sambil tak henti berdoa.  #nggaksiapmati 

Hahahaha.....

Tapi, walau deg-degan gitu, pengalaman pertama ku ini sangat berkesan sih, apalagi aku dapat tempat duduk di samping jendela. Sehingga selain bisa memandangi langit dan daratan secara bebas, aku juga dapat bonus melihat sunrise dari ketinggian 11.000 meter. Wow... keren banget sunrisenya. Terlihat cahaya jingga dari matahari yang baru bangun itu menyinari dan menembus awan-awan di bawah sana. Rasanya nggak sia-sia jam 4 pagi harus ke bandara.

Sunrise dari ketinggian 11.000 meter

Sunrise yang sangat indah dan berkesan

Selain itu aku juga terpana dengan pemandangan gumpalan awan hingga daratan awan yang terlihat dari balik jendela. Pemandangan yang biasa selalu ku lihat dengan mendongakkan kepala sekarang aku melihatnya dengan menunduk. Pemandangan yang juga membuatku sadar betapa kecilnya aku di hadapan semesta.
Negeri di atas awan
Akhirnya setelah hampir 2 jam berada di udara, perlahan kepulauan seribu terlihat. Gugusan pulau-pulaunya itu terlihat cantik. Lalu setelah itu nampak deh Teluk Jakarta dan ribuan kapal yang terlihat kecil dari atas sini. Dan akhirnya terlihat pemandangan kota Jakarta dengan gedung-gedungnya yang menjulang tinggi. Welcome to Jakarta dan petualangan dimulai dari sini.
Teluk Jakarta dan kapal-kapal
welcome to Jakarta

Jumat, 07 April 2017

Alhamdulillah, Menang d'Traveler of The Year 2016



Assalamu’alaikum...

Yo sobat Backpacker..
Gimana kabar kalian? semoga selalu sehat ya kawan-kawan. Amin...

Wah... rasanya udah lama juga ya aku nggak pernah update cerita terbaru, bahkan rasanya aku juga sangat jarang ngunjungi blog ini. Kalo blog ini bisa ngomong, pasti dia ngamuk nih ama aku karena nggak diperhatiin dan kurang mendapat kasih sayang. Eh...  Seperti pemiliknya. Hahahaha....

Sebenarnya bukan aku males atau gimana ya, tapi beberapa waktu terakhir ini aku emang cukup sibuk. Soalnya aku harus ngumpulin uang untuk sesuatu yang besar dan sangat penting. Apakah itu??? Tet..tet.. tet... ntar ku kasi tau, biar kalian penasaran. Haha...

Nah, jadi demi ngumpulin uang ini, aku pun pulang ke kampung ku di plosok Asahan, tepatnya di Desa Pematang Sei Baru, Kecamatan Tanjung Balai. Desaku ini tergolong cukup plosok dengan kondisi jalan yang cukup parah, eh... sangat parah maksudku. Selain itu, sinyal hp juga cuma ada edge, itupun adanya saat listrik hidup. Masalahnya, di desa ini setiap hari pasti ada pemadaman listrik yang terkadang sebentar dan seringnya sih lama. So... sinyalnya pun ilang-ilang, seperti kamu, iya, kamu...

#Derita Kampung Plosok
Jalan menuju desa, 10 KM kayak gini
Di kampung ini aku kerja melaut bareng uwak menjadi nelayan penjaring ikan bawal. Yupz... aku berasal dari keluarga nelayan kecil. Sorenya aku juga menjaga warung kecil milik mamak. #semangat

Sebenarnya buat apa sih uang ini?


Jadi gini cuy, setiap tahun kan detik travel mengadakan kompetisi yang bernama d’traveler of the year tuh. Kompetisi ini adalah ajang penghargaan bagi member detik travel yang berkontribusi aktif di detik travel selama setahun penuh. Kategorinya pun bermacam-macam, ada d’traveler terbaik, artikel dan foto terbaik, d’traveler dengan artikel terbanyak, artikel yang paling banyak dibaca serta artikel yang paling banyak dishare di medsos.

 Tahun 2015 yang lalu alhamdulillah aku berhasil menang di kategori most published atau kategori member dengan artikel terbanyak dan aku mendapatkan hadiah sebuah smartphone Samsung Galaxy A3. Smartphonenya keren banget cuy.

Dan kabar baiknya, di tahun 2016 ternyata aku berhasil kembali menang di kategori yang sama dengan jumlah artikel mencapai 97 artikel. Pemenangnya sendiri diumumin tanggal 9 Febuari kemarin. Hadiah yang kudapat adalah wisata kapal pesiar ke Singapura selama 4 hari yang kemudian diubah pihak penyelenggara menjadi Wisata kapal pesiar ke Filipina, Taiwan dan Hongkong selama 6 hari. 6 hari cuy.
97 Artikel
Dapat juara 1 most published
Gilak banget kan hadiahnya? Tapi alhamdulillah, aku sangat-sangat bersyukur karena ini akan menjadi pengalaman pertamaku keluar negeri. Rasanya sungguh bahagia banget bisa menang dan mendapat hadiah ke luar negeri. Rasanya seperti mimpi. Eh.. ini bukan mimpi kan?

Sebenarnya aku juga berhasil menang di peringkat dua untuk kategori most shared atau artikel paling banyak dishare di medsos dengan judul artikel Satu lagi Danau Cantik di Sumatera Utara, Danau Cadika Pramuka, namun hadiahnya diberikan ke orang yang peringkatnya di bawahku biar hadiahnya nggak double. Sedikit sedih sih karena nggak ikut ke Derawan tapi nggak apa-apa lha. Rezeki mah harus bagi-bagi, biar lebih berkah.
Peringkat 2 kategori most shared
Sayangnya di kategori foto instagram, pihak detik travel melakukan sedikit kehilafan, yaitu pengumuman pemenangnya sempat bermasalah karena ternyata pemenangnya tidak memenuhi syarat regram dan tag akun. Tentu hal ini agak disayangkan, namun tim detik travel dengan cepat mengakui kesalahannya dan mengumumkan pemenang sebenarnya.

Sayangnya walau udah mengakui kesalahan, namun masih banyak netizen yang menghujat kompetisi ini. Bahkan yang saya sayangkan, ada satu orang travel blogger yang selama ini aku kagumi karya-karyanya malah ngomong kalo perlombaan ini hanyalah settingan detik travel. Tentunya perkataannya itu sedikit menyakiti perjuanganku. Karena dia kan tidak tau gimana perjuangan kami sebagai member d’traveler selama setahun penuh terus berkontribusi untuk menulis sambil mengenalkan pariwisata di sekitar kami. Setahun penuh kami benar-benar berjuang dengan keringat kami sendiri dan benar-benar berjuang dengan sungguh-sungguh, dan ini bukanlah settingan seperti yang ia tuduhkan. 

Tapi ya sudahlah, jika ia kalah wajar dia kecewa, namun kuharap ke depannya ia tidak asal menuduh seperti itu. Karena selain menyakiti rasa perjuangan orang lain, itu juga membuat rasa kagumku kepada karya-karyanya menjadi hilang.

Jadi begitulah teman-teman, karena aku memenangkan hadiah keluar negeri, maka aku pun harus menambah isi kantongku. Karena meski tiket, akomodasi dan makan telah ditanggung pihak detik travel dan sponsor (Antavaya), tapi pasport dan pengeluaran pribadi kan harus ditanggung sendiri. Itulah alasanku jadi cukup lama nggak update.

Semoga setelah ini aku bisa kembali update ya kawan-kawan, biar ntar aku ceritain gimana pengalamanku di kapal pesiar.

Daaaa.....