Tampilkan postingan dengan label Sunrise. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sunrise. Tampilkan semua postingan

Rabu, 06 Januari 2021

Menanti Sunrise di Bukit Beta Samosir

Bukit Beta Samosir
Bukit Beta Samosir

Hai sahabat backpacker, selamat pagi 😊

Gimana nih kabarnya? Semoga di sehat selalu ya dan di tahun ini kita bisa menjalani kehidupan yang lebih baik lagi. Aamiin...

Kali ini aku mau ngelanjutin kisah petualanganku di Bumi Samosir yang kulakuin beberapa waktu yang lalu. Setelah sebelumnya aku memutuskan untuk menginap di Bagus Bay Homestay, pagi harinya aku pun berencana untuk melihat matahari terbit di Pulau Samosir. Untuk melihat matahari terbit tersebut, katanya spot terbaik adalah Bukit Beta, sebuah bukit kecil yang ada di dekat jalan masuk menuju Desa Tuk-Tuk.

Alamat Bukit Beta

Bukit Beta beralamat di Jalan Tuktuk, Desa Tuktuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Lokasinya ada di sisi kiri jalan dan tak jauh dari arah gerbang masuk desa.

Pemandangan Bukit Beta

Bukit Beta merupakan sebuah bukit kecil dan cukup landai. Bukitnya dihiasi padang rumput hijau yang cukup luas. Di bagian belakang bukit terdapat tebing-tebing batu yang menjulang tinggi. Jika musim hujan, di sela-sela bebatuannya juga terlihat aliran air terjun kecil.

Bukit ini juga menghadap ke arah timur, ke arah Danau Toba. Sehingga dari atas bukit ini aku bisa melihat luasnya Danau Toba hingga ke seberang sana, ke daratan Pulau Sumatera yang terlihat berbukit-bukit juga. Di sebelahnya juga terlihat berbagai penginapan yang berdiri di atas Desa Tuktuk yang daratannya membentuk tanjung ke arah Danau Toba. 

Bukit Beta Samosir
Danau Toba dari Bukit Beta
Bukit Beta Samosir
Tebing di belakang bukit
Bukit Beta Samosir
Bunga rumput di Bukit Beta

Matahari Terbit di Bukit Beta

Karena menghadap ke timur, Bukit Beta menjadi salah satu spot berburu sunrise yang cukup populer di Pulau Samosir. Karena itu, sebelum matahari terbit, aku pun udah tiba di atas Bukit Beta. Sayangnya pagi itu cuaca di Pulau Samosir tak begitu bersahabat. Cuaca yang terlihat mendung dengan awan kelabu memenuhi langit di sisi timur. Jadi sunrise indah yang kubayangin kagak terlihat.

Sayang banget sih, tapi kalo udah masalah alam, kita emang kagak bisa berbuat apa-apa. Paling tidak aku masih bisa melihat indahnya Danau Toba dari atas Bukit Beta ini. Aku pun bergegas kembali ke penginapan untuk bersih-bersih dan bersiap melanjutkan petualangan di Bumi Samosir. 

Bukit Beta Samosir
Tuktuk dari Bukit Beta

To be continued...

Selasa, 07 April 2020

Pendakian ke Gunung Sipiso-Piso

Di suatu malam yang tenang saat dunia masih aman dari pandemi, dan aku sedang menikmati makan malamku saat itu. Masuklah sebuah chat ke gawai favoritku dari seorang mahasiswa UINSU yang juga merupakan teman kuliah adikku. Chat itu berisi ajakan untuk memandu mereka mendaki Gunung Sipiso-Piso alias Bukit Gundul yang ada di Kabupaten Karo, Sumatera Utara.
Siluet pagi di Puncak Gunung Sipiso-Piso
Gunung Sipiso-Piso
Berhubung aku juga lagi nggak sibuk-sibuk banget, jadi kuterima ajakan mereka dan segera mempersiapkan segala keperluan. Oh ya, mereka juga minta pendakiannya berkonsep piknik, jadi naik gunung ini hanya untuk rekreasi santai semata. Baiklah...

Ketika hari H nya tiba, kami pun segera berangkat menuju Gunung Sipiso-Piso dengan menggunakan bus yang kami sewa untuk mengantarkan kami sampe ke kaki gunung dan esok paginya kami akan dijemput kembali.

Lokasi Gunung Sipiso-Piso

Gunung Sipiso-Piso ini terletak di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Kalo dari Medan palingan cuma 3 jam doang untuk menuju kaki gunungnya. Oh ya, gunung ini letaknya juga nggak jauh dari Danau Toba, dari puncaknya juga bisa melihat pemandangan Danau Toba, cakep cuy.

Gunung ini terbentuk dari batuan lava andesite akibat aliran magma di bawah permukaan bumi. Gunungnya memiliki ketinggian hingga 1900 mdpl. Gunung ini juga dikenal dengan mama Bukit Gundul karena pepohonan cuma tumbuh di sepanjang jalur pendakian dan bagian puncaknya doang. Sedangkan bagian tubuh gunung ini cuma ditumbuhi rerumputan doang.
Plang informasi Gunung Sipiso-Piso
Setelah berdoa bersama, kami pun memulai trekking pendakian menuju puncak gunung ini. Enaknya gunung ini punya jalur pendakian yang sudah diaspal, walaupun aspalnya udah rusak, tapi memudahkan untuk melakukan pendakian.

Sunset di Gunung Sipiso-Piso

Sekitar 1 jam lebih kemudian kami sampe juga di puncak Gunung Sipiso-Piso ini. Bersamaan dengan itu, matahari terbenam pun menyapa kami, cahayanya yang jingga pucat mengintip malu-malu dari balik awan dan pegunungan Bukit Barisan di ufuk barat. Sayangnya karena aku harus mendirikan tenda, aku tak bisa menikmati saat-saat matahari terbenam tersebut.
Cahaya matahari senja mengintip di balik awan

Biasa cahaya senja di Danau Toba
Tak lama, kegelapan pun mulai menyelimuti puncak Gunung Sipiso-Piso ini. Bermodalkan cahaya api unggun yang tertiup angin, kami menikmati makan malam yang sederhana, sederhana tapi lauknya ayam bakar. 🤣

Karena mereka pengennya sambil piknik, jadi sebelum pendakian mereka udah nyiapin semua kebutuhan logistik sampe cemilan pun ada banyak. Mantap uy.

Tapi karena suhu udara yang makin turun dan angin yang bertiup cukup kencang, membuat kami tak berlama-lama di luar tenda. Jam 9 malam kami sudah masuk ke tenda masing-masing dan berharap terlelap agar paginya bisa menikmati sunrise yang indah.

Zzz....

Woy bangun Woy, sunrise woy. Mataharinya cantik kali, bulat banget.” Tiba-tiba di luar udah heboh aja. Kulihat layar hape, masih jam 4 pagi.

Mana ada jam 4 sunrise.” Ucapku sambil melongokkan kepala dari pintu tenda.

Itu bang, mataharinya bulat banget.” Jawab Elsa, salah satu anggota pendakian ini sambil menunjuk ke arah barat.

Ha?? Itu bulan, bukan matahari, ya ampun.. tidur lagi kalian.” Perintahku saat menyadari kenyataan.

Bisa-bisanya mereka nyangka bulan purnama itu matahari, sampe pake selfie pulak itu. Ya ampun.... Mengigau kok sampe separah itu dan sampe satu tenda pula.

Nggak paham lagi aku cuy.

Tidur aja lah lagi.

Zzz....

Sunrise dari Puncak Gunung Sipiso-Piso

Jam 5.30 aku pun bangun kembali dan mulai membangunkan mereka yang masih tertidur agar segera beribadah dan bisa melihat sunrise yang asli. Bukan bulan purnama. -_-

Tak lama di ufuk timur terlihat semburat cahaya kemerahan, tanda sang penguasa siang itu telah bangun. Perlahan cahaya kemerahan itu semakin meluas memenuhi langit di sisi timur. Semakin lama cahayanya semakin terang hingga permukaan Danau Toba yang tenang dan pinggirannya yang berkelok-kelok bisa terlihat. Bahkan Pulau Samosir di seberang sana pun terlihat. Indah banget cuy.
Semburat kemerahan di ufuk timur
Pagi di atas Danau Toba
Setengah jam kemudian, sang raja itu pun akhirnya terlihat. Cahayanya yang hangat menyinari segenap permukaan. Segera aku mengabadikan moment tersebut. Sungguh, ini salah satu pemandangan terindah yang pernah kulihat.
Sang matahari menampakkan diri
Cahaya matahari yang hangat terlihat membias di permukaan air Danau Toba yang tenang. Di sekeliling Danau Toba nampak pula perbukitan hijau yang berkelok-kelok. Perpaduan warna yang ada menghasilkan gradasi warna yang begitu indah. Sungguh indah sekali.
Luar biasa indahnya

Danau Toba dari atas Gunung Sipiso-Piso

Alam Indonesia juara banget

Menikmati cahaya matahari pagi
Satu lagi yang menarik dari puncak gunung ini adalah lekuk-lekuk daratan di pinggir Danau Toba terlihat persis sama dengan gambar Danau Toba yang ada di Uang Rupiah 1000 emisi 1992. Yupz.. gambar Danau Toba di uang tersebut memang diambil dari tempat ini. Keren banget cuy. Sumpah, keren banget.
Kelok-kelok dataran di pinggir Danau Toba

Uang Rp. 1000 dan Danau Toba

Sang backpacker menanti pagi

Kamis, 03 Mei 2018

Petualangan di Kapal Pesiar: Selamat Datang di Kaohsiung, Taiwan


Yoo... sahabat backpacker..

Selamat pagi semua, ketemu lagi nih ama aku si backpacksejarah, si backpacker yang ganteng dan unyu.

Pagi ini aku masih terbangun di atas Laut China Selatan, tepatnya di atas Kapal Pesiar Superstar Virgo, kapal pesiar super mewah yang kunikmati secara gratis. Ini adalah hari ketiga aku berada di kapal super keren ini.

Ngesunrise Lagi di Kapal Pesiar
 
Pagi ini aku kembali diajak mas Sofyan untuk melihat sunrise dari atas kapal, soalnya dia iri ngeliat foto-foto sunrise yang kuambil kemarin saat kupamerin ama dia. Jadinya dia pun ngajak aku pagi ini untuk kembali menyaksikan momen bangunnya sang raja siang itu.

Setelah bersiap-siap, aku pun bareng mas Sofyan naik ke sun deck yang ada di dek 13, dek yang secara khusus disediain untuk menikmati cahaya matahari di atas kapal ini. Sayangnya kondisi langit di pagi itu berawan, jadi sunrise yang diidam-idamkan mas Sofyan nggak keliatan deh. Kasian mas Sofyan.
Sunrisenya kurang cakep
 Di satu sisi aku ngerasa beruntung karena kemarin aku nggak nyia-nyiain waktu sehingga bisa mengabadikan momen matahari terbit yang cukup indah dan menawan. Alhamdulillah...

Berhubung nggak dapat sunrise yang cakep, kami berdua putusin untuk sedikit bersantai di atas kursi malas yang ada di dek 14, rasanya udah kayak orang kaya aja lho nyantai di sini. :D
Nyantai sejenak
Sarapan di Kapal Pesiar
 
Lama-lama cahaya matahari udah semakin panas rasanya, kami berdua pun turun dan segera menuju Resto Mediterranean Buffet yang ada di dek 12 karena udah saatnya sarapan.
Mediterranean Buffet Restourant
 Seperti biasa, di resto ini kita bebas mengambil menu apapun yang kita mau, sebebasnya dan sepuasnya. Aku sendiri sih milih menu nasi goreng telur, mie goreng dan kentang goreng. Lalu terakhir aku ngambil telur dadar yang dimasak saat itu juga di depan kita, bahkan bahan isian telur dadarnya kita bisa milih juga.

Seru juga sih liat chefnya yang lagi masak.
Menu sarapan pagi ini
Tambah telur dadar
Selain menu yang aku pilih, masih banyak menu sarapan lainnya yang tersedia, termasuk roti dan berbagai minuman hangat.
Mau sarapan roti? ada juga
Rasa makanannya gimana? Enak banget dong rasanya. Dimasakin langsung ama chef kapal pesiar ya pasti enak. :D

Selamat Datang di Taiwan
 
Selesai sarapan, aku pun segera bersiap-siap, karena sesuai jadwal, sebentar lagi kapal ini akan merapat di Pelabuhan Kaohsiung, Taiwan yang menjadi salah satu rute pelayarannya. Dan pastinya, kami akan menjejahi Kota Kaohsiung ini, karena sebagai turis Indonesia yang naik kapal pesiar, kami nggak dikenakan biaya visa. Artinya kami bebas visa untuk masuk ke Negara Taiwan ini. Mantap banget....
 
Sekitar jam 8 pagi, daratan Taiwan pun mulai terlihat, bahkan beberapa gedung tingginya pun terlihat di balik kabut. Tak lama kemudian muncul kapal kecil yang memandu kapal pesiar ini menuju pelabuhan. Dan akhirnya, kapal mewah ini pun merapat di Pelabuhan Kaohsiung, Taiwan.
Yeee... Daratan Taiwan udah keliatan
Kapal kecil yang memandu menuju pelabuhan

Hup.. aku pun menginjakkan kaki di Tanah Taiwan, Asia Timur.

Selamat Datang di Taiwan, Selamat Datang di Asia Timur. Horeee

Kalo kemarin begitu turun kami disambut cewek-cewek cantik yang mayungin dan ngalungi bunga, sekarang kami disambut mas-mas yang bawa kamera dan nawarin untuk berfoto. Katanya nanti foto ini akan dicetak dan dipajang di pintu masuk pelabuhan ini. Jadi kalo ada wisatawan yang datang menggunakan kapal pesiar, bisa melihat wajah ganteng dan unyu ini. Chesss... foto deh sejenak. :D

Pelabuhan Kaohsiung ini cukup gede juga, kondisinya pun bersih dan rapi. Di salah satu dindingnya terdapat peta wisata Kota Kaohsiung. Berdasarkan peta tersebut, kami pun menyusun rencana petualangan di kota ini. 
Pelabuhan Kaohsiung
Peta wisata Kota Kaohsiung
 Untuk memudahkan perjalanan, kami memilih menggunakan transportasi taksi dan kami katakan tujuan kami adalah Love River. Pak supir pun segera membawa kami, namun lama-kelamanan rasanya kami dibawa ke arah perbukitan. Wih... bahaya nih, apakah kami akan di .....


Dan akhirnya taksi tersebut berhenti di Love Hill. Sebuah taman yang dilengkapi kebun binatang. Yaela pak...pak.. kalo mau liat hewan mah, nggak usah jauh-jauh ke Taiwan juga kami pak, di Indonesia juga banyak -_-.

Kami pun berusaha menjelaskan tujuan kami tuh ke Love River bukan Love Hill. Tapi mampus, si bapak ternyata nggak bisa bahasa inggris.

Pak Supir: “#^*(^$##@&(%&(^”

Kami : “^*%)^$#*()%#”

Di tengah kebingungan seperti ini, pak supir kemudian menelpon operator taksinya dan alhamdulillah si operator bisa berbahasa Inggris dan akhirnya si bapak tau tujuan kami adalah Love River. Dan kami pun segera dibawa menuju tujuan tersebut.

Brmmmm... brmmm....

Meski sempat nyasar, tapi aku salut sih ama kesigapan pak supir yang langsung menghubungi operatornya hingga beliau bisa mengantar kami ke tujuan yang tepat. Selain itu, selama di dalam taksi aku juga mengamati Kota Kaohsiung ini, di sini ternyata mereka sangat taat lalu lintas. Padahal jalanannya sepi, tapi setiap lampu merah, mereka berhenti. Yang asyiknya lagi, kotanya ini sangat rapi dan bersih, semua terasa teratur meski pun terasa cukup lenggang. Mantap banget lha pokoknya nih kota.
Kaohsiung, Kotanya rapi dan bersih

Jalanan kotanya lenggang dan tertib

 Brmmm.... akhirnya taksinya pun sampai di Love River. Ikonnya Kota Kaohsiung. Yang katanya belum sah ke Kaohsiung kalo belum ke tempat ini. So... yuk kita jelajahi sungai cinta ini. Let’s go.
Si ganteng yang unyu siap jelajah Kaohsiung, Taiwan

Senin, 16 April 2018

Petualangan di Kapal Pesiar: Sunrise yang Menawan

Sunrise dan Kapal Pesiar Superstar Virgo

Kuk ku kuruyuk.....

Oh iya, aku kan lagi di tengah lautan, mana ada ayam yang bekokok pagi-pagi. Maaf-maaf, kita ulangi lagi.

Hoam.... krek... krek...

Pagi ini aku terbangun di tengah lautan, tepatnya sih Laut China Selatan, di atas Kapal Pesiar Superstar Virgo. Tidur di kapal ini nyaman banget, springbednya itu empuk, jauh lebih empuk daripada kasur tipis di kost. :D

Ya iya lah, ama itu pulak bandinginnya

Asyiknya lagi, meski berada di tengah lautan, kapalnya ini nggak kerasa goyang-goyang. Mungkin karena ukuran kapalnya yang gede banget dan kalo kata manager pemasaran Superstar Cruises, kapten kapal selalu memilih rute yang aman, karena kenyamanan dan keamanan penumpang adalah prioritas utama. Pantes deh...

Agendaku pagi ini adalah ngelihat sunrise secara langsung dari atas kapal pesiar. Asyiknya, kapal ini juga menyediakan jadwal matahari terbit dan matahari terbenam setiap harinya bersama dengan jadwal agenda kapal. Kemarin juga udah janji ama mas Sofyan dan mas Zudi mau liat sunrise bareng-bareng.

Tok..tok..tok..  “mas... bangun mas..”

Tok..tok..tok... “bangun mas.. jadi liat sunrise nggak?”

Tok...tok..tok... “mas... bangun mas...”

Beberapa kali ngetok pintu kabin mereka, tapi merekanya nggak bangun juga. Nyenyak banget dah tidurnya. Akhirnya aku memilih untuk liat sunrise sendirian aja deh. Soalnya kalo nunggu mereka bangun, keburu mataharinya tenggelam nih.

Aku pun segera naik ke dek 13. Sun deck, deck teratas yang disediakan kapal untuk penumpangnya yang ingin menikmati cahaya matahari dan alam terbuka. Wusshhh...angin laut bertiup kencang begitu aku sampai di deck ini. Ternyata kalo pagi, kapal ini melaju cukup kencang. Rasa dingin pun cukup terasa di kulit.
Sun Deck di dek 13
Segera aku mengambil posisi terbaik untuk mengabadikan momen matahari terbit yang spesial ini. Spesial karena aku menyaksikannya dari tengah Laut China Selatan, dari atas sebuah kapal pesiar super mewah.

Di deck ini cuma ada beberapa orang doang sih, yang satunya cewek yang juga sedang ingin mengabadikan momen sunrise, lalu ada kakek-kakek yang lagi joging ngelilingin kapal, terus ada satu pasangan yang lagi pacaran. Busyet dah... semangat amat pacarannya pagi-pagi gini woy. Inget waktu woy, inget waktu.

#SirikKarenaJomblo :D

Penumpang lain yang motret sunrise
Rasanya masih sepi cuy di atas sini, tapi itu sih yang bikin aku suka ama momen sunrise. Soalnya terasa lebih istimewa, lebih privasi, karena hanya orang-orang yang punya semangat tinggi untuk ngalahin nikmatnya tidur di pagi hari yang bisa nikmati keindahan momen matahari terbit.

Perlahan, langit di ufuk timur yang tadinya masih gelap pun mulai terlihat terang dengan bias cahaya jingga kemerahan, dan pelan-pelan sang raja siang itu pun menampakkan dirinya dari batas horizon timur. Cahayanya yang hangat pun menghapus dinginnya angin pagi. Aih... indah banget lho kawan momen matahari terbit dari tempat ini. Sungguh, ini adalah salah satu momen sunrise terindah yang pernah ku lihat.
Matahari Pagi di Laut China Selatan
Sunrise dan Lautan
Sunrise di Kapal Pesiar
 Setelah beberapa waktu, matahari pun semakin tinggi dan cahayanya mulai menyengat. Aku pun segera masuk kembali ke dalam kabin dan segera bersiap-siap untuk menjelajah Ilocos Norte yang menjadi tempat persinggahan pertama kapal Pesiar Superstar Virgo ini. Lets Go.

Oh iya, maaf ya aku lama nggak update kisah petualangan ini, soalnya laptop ku rusak dan sampai sekarang belum diperbaiki. Ini aja ngetiknya juga di hape, jadi lumayan ribet dan nggak rapi. Semoga aja ntar aku ada rezeki ya kawan-kawan, biar laptopnya bisa segera ku perbaiki. Amin... daa... salam sahabat backpacker..
Si Ganteng yang Unyu dan Matahari Pagi