Tampilkan postingan dengan label Museum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Museum. Tampilkan semua postingan

Jumat, 09 Oktober 2020

Museum Negeri Bengkulu: Mengenal Sejarah dan Budaya Bengkulu


Museum Bengkulu

Hai sahabat backpacker

Hari ini adalah hari ketiga sekaligus hari terakhirku di Bumi Rafflesia. Pagi ini aku akan segera kembali ke Asahan, Sumatera Utara, kampung halamanku sendiri. Tiket busnya pun udah kupesan kemarin siang dan rencananya akan berangkat pukul 10,00 wib nanti. 

Baca juga: Pantai Panjang Bengkulu, Sunsetnya Juara

Tapi bukan Rudi Chandra Sambas sang backpacker tampan namanya kalo nggak memaksimalkan waktunya buat jalan-jalan. Oleh karena itu, sebelum berangkat ke pool bus, aku memutuskan untuk mengunjungi satu destinasi lagi di Kota Bengkulu ini dan tujuanku adalah Museum Negeri Bengkulu.

Alamat Museum Negeri Bengkulu

Museum Negeri Bengkulu beralamat di Jalan Pembangunan, No. 08, Kelurahan Padang Harapan, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu, Bengkulu.

Cara Menuju Museum Negeri Bengkulu

Museum Negeri Bengkulu ini masih berada di dalam Kota Bengkulu dan untuk mengunjunginya dari pusat kota bisa mengambil rute melalui Simpang Lima Ratu Samban, lalu ke Jalan S. Parman hingga tiba di Simpang Jalan Danau yang menuju Danau Dendam Tak Sudah. Namun berbeloklah ke kanan, ke Jalan Pembangunan. Dari persimpangan tersebut museum ini hanya berjarak 500 meter lagi.

Harga Tiket Masuk ke Museum Negeri Bengkulu

Harga tiket masuk ke Museum Negeri Bengkulu sangat murah meriah karena perorang dewasa cuma perlu membayar Rp. 3000 saja sedangkan anak-anak hanya Rp. 1000 saja. Murah banget cuy. 

Tiket masuk Museum Negeri Bengkulu

Sejarah Museum Negeri Bengkulu

Museum Negeri Bengkulu mulai dibangun pada tanggal 1 April 1978 dan baru mulai beroperasi secara umum pada tanggal 3 Mei 1980. Pada awalnya museum ini bertempat sementara di belakang Benteng Marlborough dengan koleksi awal berjumlah 51 koleksi dengan rincian 43 koleksi etnografi, 6 koleksi keramik dan 2 koleksi replika.

Barulah pada tanggal 3 Januari 1983 museum ini dipindah ke gedung yang sekarang yang berada di Padang Harapan, Kota Bengkulu. Statusnya pun ditingkatkan menjadi Museum Negeri Provinsi dengan klasifikasi museum umum tipe C. Peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 1988 oleh Dirjen Kebudayaan Drs. G.B.P.H. Poeger.

Koleksi Museum Negeri Bengkulu

Setelah membeli tiket masuknya yang murah meriah itu, aku pun segera menjelajahi isi museum untuk melihat berbagai koleksi yang tersimpan di dalam museum ini. Btw, ternyata aku menjadi pengunjung pertama hari itu, soalnya aku datang ke museum ini sebelum pukul 09.00 wib pagi.

Oh ya, saat membeli tiket juga diberikan buku panduan mengenai koleksi Museum Negeri Bengkulu. Buku panduannya pun ditempelin kulit kayu lantung. Kulit kayu khas Bengkulu yang sekarang sering diolah menjadi cinderamata khas Bengkulu. 

Buku panduan Museum Negeri Bengkulu

Selain itu di museum ini juga disediakan pemandu yang akan memandu pengunjung untuk berkeliling musum secara gratis. Saat itu pemandunya adalah siswi-siswi SMA. Mungkin mereka berasal dari SMK Pariwisata yang ada di Bengkulu.

Pemandunya cakep-cakep uy. :D

Katanya museum ini memiliki koleksi hingga 6.150 koleksi yang meliputi delapan jenis koleksi dengan rincian koleksi biologi, etnografi, arkeologi, historika, namismatika dan heraldika, filologika, keramologika dan koleksi teknologika. Tapi biar mudah, aku bakal jelasin koleksi museumnya sesuai urutan yang kuliat aja.

 Di bagian depan museum terdapat papan informasi yang memuat tentang informasi dari setiap kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Bengkulu. Lengkap dengan informasi tentang objek pariwisata yang ada di tiap kabupaten/kota yang ada. 

Profil kabupaten/kota di Bengkulu

Lanjut ke bagian dalam terdapat koleksi arkelogi dari jaman batu hingga perunggu. Di bagian ini terdapat kapak batu, menhir hingga nekara yang ditemukan di Bengkulu Utara. Di sisi sebelahnya terdapat pula koleksi arca-arca dari jaman Hindu dan Budha serta koleksi yang berhubungan dengan sejarah Islam di Bengkulu. 

Nekara yang ditemukan di Bengkulu Utara

Koleksi pada masa Islam

Lanjut lagi ke bagian dalam terdapat berbagai koleksi yang berhubungan dengan perjuangan mencapai kemerdekaan seperti senjata tradisional dan senjata rakitan yang digunakan untuk melawan penjajahan. 

Koleksi perjuangan melawan penjajahan

Selanjutnya terdapat koleksi yang berhubungan dengan etnografi alias  budaya dari suku-suka yang ada di Bengkulu. Di bagian ini terdapat koleksi berupa peralatan hidup seperti alat berburu, pertanian dan nelayan.  Kemudian juga ada peralatan adat, baju-baju adat, miniatur rumah adat dari suku-suku di Bengkulu hingga peralatan untuk pernikahan seperti pelaminan, baju pernikahan dan peralatan adatnya. Selain itu juga ada tentang informasi dan peralatan hidup Suku Enggano, salah satu suku yang ada di Bengkulu. 

Salah satu bagian dari alat pertanian 

Pelaminan pernikahan

Miniatur rumah adat di Bengkulu

Tongkat Raja Bengkulu

Berikutnya ada koleksi filologika yaitu koleksi naskah kuno yang dinamakan naskah ka-ga-nga. Isi naskahnya berupa doa/jampi, kisah/kejadian, adat dan hukum adat, pengobatan tradisional, aturan bertani, perambak bujang gadis, juga cerita rakyat. 

Naskah Ka Ga Nga

Aku kemudian pindah ke gedung belakang, di bagian ini terdapat koleksi biologika, yaitu awetan hewan, tumbuhan hingga fosil-fosil. Selain itu juga terdapat koleksi keramologika berupa benda-benda yang terbuat dari keramik serta tempayan-tempayan. Sayangnya ruangan ini sedikit gelap, jadi aku nggak berlama-lama di bagian ini. 

Koleksi tempayan

Aku kemudian berpindah ke ruangan bawah museum. Di ruangan ini terdapat koleksi numismatika dan heraldika yaitu koleksi mata uang dan alat tukar serta berbagai tanda jasa, lambang dan tanda pangkat resmi. Lalu juga ada mesin cetak yang dulu digunakan oleh Bung Karno ketika diasingkan di Bengkulu dan juga dipakai untuk mencetak uang PMR atau ORI.

Selain itu di ruangan ini juga terdapat berbagai hasil kesenian masyarakat Bengkulu seperti kain besurek, sejenis batik khas Bengkulu dengan motif kaligrafi aksara arab yang dihiasi perpaduan flora dan fauna. Lalu juga terdapat jenis-jenis kain lain, hasil anyaman hingga peralatan musik. 

Kain Besurek

Setelah menjelajahi seluruh bagian museum, aku pun mengakhiri petualangan di Museum Negeri Bengkulu dan segera menuju pool bus Putra Simas, bus yang akan membawaku kembali pulang.

Tiket Bus Putra Simas

Tepat pukul 10.00 wib pagi bus pun berangkat dari pool dan secara perlahan kami meninggalkan tanah Bengkulu. Ah... selamat tinggal Bengkulu, sampai ketemu lagi. 

Backpacker tampan di Museum Negeri Bengkulu

Sabtu, 26 September 2020

Fort Marlborough, Benteng Inggris di Kota Bengkulu

Benteng Marlborough

Hai sahabat backpacker...

Setelah kemarin diselingi cerita petualanganku kampung sendiri, yaitu Wisata Hutan Mangrove Silau Laut dan Pesona Alam Sureng yang keduanya berada di Kabupaten Asahan. Maka sekarang aku mau melanjutkan kisah petualanganku di Bumi Rafflesia alias Tanah Bengkulu.

Baca juga: Wisata Baru di Asahan, Pesona Alam Sureng

Wisata Alam Mangrove Silau Laut, Pesona Baru di Asahan

 Setelah sebelumnya aku mengunjungi Pantai Tapak Paderi, Pondok Sendal Jodoh hingga Benteng Jepang, aku pun kembali melanjutkan perjalanan ke Fort Marlborough, sebuah benteng besar peninggalan Inggris ketika menduduki wilayah Bengkulu.

Alamat Fort Marborough

Benteng Marlborough ini beralamat di Jalan Benteng, Kebun Keling, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. Kalo dari Benteng Jepang itu nggak begitu jauh sih, bahkan dinding dan puncak Benteng Marlborough dapat terlihat. Hanya saja pintu masuknya ada di sisi lain, jadi aku harus berjalan  memutar sekitar 600 meter di bawah teriknya sengatan matahari pesisir.

Fuuhhh... gerah juga cuy, syukurnya angin dari pantai cukup mendinginkan tubuh ini.

Tiba juga di Fort Marlborough

           Sejarah Fort Marlborough

Fort Marlborough alias Benteng Marlborough merupakan sebuah benteng peninggalan Inggris. Benteng ini didirikan oleh East India Company (EIC) sebuah kompeni dagang Inggris pada tahun 1713 dan selesai pada tahun 1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan Inggris. Katanya benteng ini merupakan benteng terkuat Inggris di wilayah Timur setelah Benteng St. Geogre di Madras, India.

Meskipun disebut terkuat kedua, benteng ini juga pernah dibakar oleh rakyat Bengkulu hingga pihak Inggris harus mengungsi ke Madras. Pada tahun 1724 mereka kembali setelah dilakukan perjanjian. Namun pada tahun 1793 kembali terjadi serangan dan mengakibatkan seorang opsir Inggris, Robert Hamilton, tewas. Dan kemudian tahun 1807, residen Thomas Parr juga tewas. Keduanya diperingati Inggris dengan mendirikan monumen-monumen di Kota Bengkulu.

Makam Inggris di Fort Marlborough

Berani macam-macam sih ama orang Indonesia

Setelah Inggris menukar wilayah Bengkulu dengan Singapura kepada Belanda, benteng ini pun berganti kepemilikan kepada Belanda. Setelah itu benteng ini juga sempat menjadi milik Jepang pada masa Pendudukan Jepang. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, benteng ini menjadi markas TNI-AD hingga tahun 1977, benteng ini diserahkan kepada Depdikbud untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya. Saat ini pun Fort Marlborough menjadi salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi saat berwisata di Bengkulu.

Bung Karno dan Fort Marlborough

Benteng ini juga punya kaitan sejarah dengan Bapak Proklamator Indonesia, Bung Karno saat beliau diasingkan Belanda ke Bengkulu. Ketika itu Hitler menyerang Negeri Belanda, oleh karena itu mereka memanggil Bung Karno untuk membangunkan sebuah monumen peringatan. Namun Bung Karno malah menumpuk tiga buah batu kecil dan berkata, meminta seorang tahanan yang meminta kemerdekaan atas rakyatnya untuk membangunkan sebuah tugu karena bangsa lain merebut kemerdekaan negeri mereka, maka cuma itu yang mau dikerjakannya.

Sungguh heroik sekali Bung Karno.

Fort Marlborough Saat Ini

Setelah mengusap keringat yang menetes di jidat, aku pun segera membeli tiket masuknya yang seharga Rp. 5000 perorang dan segera memasuki Benteng Marlborough ini. Benteng ini dibangun di atas bukit buatan dan menghadap ke Kota Bengkulu dan memunggungi Samudera Hindia. Bentengnya dibangun berbentuk kura-kura dengan lima sudut penjagaan. Di sekeliling bentengnya dibuat parit sehingga untuk memasuki bentengnya melalui jembatan kayu. Konon dulunya jembatan ini bisa diangkat dengan rantai. 

Harga tiket masuknya
Parit benteng dan jembatan penghubung

Setelah melalui jembatan tersebut, terdapat dua ruangan di kanan dan kiri. Dulunya ruangan ini difungsikan sebagai penjara. Namun sekarang ruangan ini dijadikan sebagai museum yang berisi tentang alasan kedatangan Bangsa Eropa ke Nusantara hingga perjuangan Bangsa Indonesia, khususnya Rakyat Bengkulu dalam melawan penjajahan Bangsa Asing. 

Senjata tradisional Bengkulu


Blok penjara di Benteng Marlborough
Harta, salah satu alasan penjajahan

Di depannya terdapat sebuah lapangan luas berumput hijau, di lapangan ini juga berjejer meriam-meriam. Di bagian ujung terdapat ruangan yang dulunya menjadi kantor EIC dan sekarang menjadi kantor pengurus Benteng Marlborough, ruang baca, mushalla hingga toilet. Sedangkan di sisi kanan terdapat dua ruang pameran yang berisi sejarah pembangunan Benteng Marlborough ini termasuk bahan bangunannya, detail arsitekturnya hingga miniatur Benteng Marlborough. Di ruang pameran satunya terdapat sejarah tokoh-tokoh yang pernah ada di Bengkulu, seperti yang tokoh yang membangun benteng ini, tokoh Sir Stamford Raffles hingga Bung Karno yang pernah diundang ke benteng ini. 

Halaman benteng dan denahnya

Jejeran meriam di halaman Benteng Marlborough

Rumput hijaunya cantik

Kantor EIC

Penjelasan peluru meriam

Bahan pembangunan benteng

Miniatur Benteng Marlborough
Sir Stamford Raffles

Bagian terakhir yang kukunjungi di benteng ini adalah bagian atasnya. Posisinya yang berada di atas bukit membuat pemandangan dari atas benteng terlihat jelas. Di depan sana terdapat pemandangan Kota Bengkulu, sedangkan di bagian belakang terhampar lautan luas dari Samudera Hindia.  

Keren cuy.

Benteng Marlborough dari sisi atas

Samudera Hindia di belakang benteng
Kota Bengkulu di sisi depan benteng
Meriam di sisi atas benteng


Kalian kapan ke sini? 

Backpacker ganteng di Benteng Marlborough

Selasa, 31 Maret 2020

Menengok Koleksi Uang Kuno di Museum Uang Sumatera

Selamat pagi sahabat backpacker...

Apa kabarnya? Semoga kita selalu terjaga kesehatannya ya. Aamiin...

Pagi ini aku mau menceritakan akhir dari kisah petualanganku di Tanah Jawa, tepatnya di Jawa Tengah, Jogja dan Jakarta beberapa waktu yang lalu sebelum virus corona mewabah. Setelah malamnya mendarat dengan selamat di Bandara Kuala Namu, paginya aku berencana untuk segera pulang ke kampung halaman di Kabupaten Asahan make kereta api.

Tapi sebelum itu, aku masih mau ngunjungi satu tempat wisata menarik yang letaknya tidak jauh dari Stasiun Besar Medan dan tempat tersebut adalah Museum Uang Sumatera. Lagi-lagi dengan mengandalkan abang ojol, aku segera menuju museum tersebut. Karena kalo naik angkot, harus nyambung 2 kali. Ribet banget cuy.
Koleksi di Museum Uang Sumatera
Alamat Museum Uang Sumatera

Museum Uang Sumatera ini terletak di Jalan Pemuda, No. 17, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan dan menempati bangunan Gedung Juang 45 Kota Medan sebagai gedung museumnya. Beberapa tahun yang lalu aku udah pernah ngunjungin Gedung Juang 45 ini dan saat itu kondisinya serem, debu dimana-mana dan sangat terbengkalai. Jadi aku seneng juga kalo mereka make gedung bersejarah ini sebagai bangunan museum, karena gedungnya jadi terawat. Mantap. 👍

Sejarah Museum Uang Sumatera

Museum Uang Sumatera ini didirikan oleh Bapak Saparuddin Barus, beliau adalah seorang kolektor uang-uang kuno dan udah ngumpulin berbagai macam koleksi mata uang sejak tahun 1998. Museum ini sendiri diresmikan pada tanggal 2 Mei 2017 oleh bapak gubernur.

Gedung museum ini juga gedung yang bersejarah, bahkan termasuk dalam salah satu bangunan cara budaya di Kota Medan. Karena gedung ini menjadi saksi sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan.

Koleksi Museum Uang Sumatera

Setelah mengisi buku tamu, aku pun segera menjelajahi bagian-bagian museum ini dan melihat berbagai koleksinya. Koleksi uang di museum ini terbagi atas dua kelompok besar yaitu koleksi uang kertas dan koleksi uang logam. Sedangkan dari jenisnya, koleksi di museum ini terbagi atas beberapa jenis.

Yang pertama ada koleksi uang koin kerajaan. Koleksi uang koinnya ini sangat lengkap karena ada dari sejak kerajaan Hindu-Budha kayak koin Sriwijaya dan Majapahit dan alat-alat tukar lainnya. Lalu ada koin dari Kesultanan Islam di Nusantara, baik Kesultanan yang besar sampe yang kecil.
Alat barter masa Sriwijaya

Beragam uang koin

Koin Banten
Lalu ada juga Token Perkebunan atau uang koin yang dikeluarkan pihak perkebunan Belanda untuk membayar buruh perkebunan. Koin ini cuma bisa dipake di perkebunan inj doang, jadi buruh nggak bisa keluar dan kemana-mana. Selain itu juga ada koleksi uang VOC dan uang koin dari berbagai negara seperti China, Serawak, Inggris, Belanda, Portugis dan masih banyak lagi lainnya.
Token perkebunan

Koin Melaka Portugis
Kemudian juga ada koleksi uang kertas yang telah ada sejak masa penjajahan hingga uang kertas yang kita gunain saat ini. Selain itu juga ada Oeang Republik Indonesia Daerah/ Darurat (ORIDA) seperti uang Siantar, Karo, Tapanuli, Asahan dan banyak lagi. Lalu juga ada bon kontan yang digunakan sebagai pengganti uang serta potongan kertas yang diketik pake mesin ketik dan dikasi stempel pemerintah doang sebagai pengganti uang. Serta yang paling unik ada uang dari kain goni yang digunain Kerajaan Buton.
Koleksi uang kertas

Uang Kerajaan Buton
Selain koleksi uang, di museum ini juga ada koleksi plat percetakan uang dan mesin cetak yang digunakan uang mencetak uang di jaman dulu. Bentuk mesin cetak ini unik banget. Selain itu, banyak lagi koleksi lainnya yang ada di museum ini. Banyak bangetlah pokoknya.
Plat stempel

Mesin cetak kuno
Oh ya, untuk masuk ke museum ini, tidak dipungut biaya loh, tapi kalo kita mau membantu keuangan operasional museum, kita boleh menyumbangkan Rp. 10.000 aja dan dapat koleksi uang kuno yang nggak begitu langka sebagai souvenir. Aku sendiri dapat koleksi uang kuno Kesultanan Aceh dan Kesultanan Palembang. Mantap jiwa.
Souvenir untuk pengunjung museum
Setelah selesai melihat-lihat koleksi uang di Museum Uang Sumatera, aku pun segera menuju Stasiun Besar Medan untuk pulang ke rumah di Kabupaten Asahan dengan naik Kereta Api Ekonomi Putri Deli. Let's go..

Tut... Tut...
Aku di Museum Uang Sumatera

Jumat, 27 Maret 2020

Mengunjungi Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Hai sahabat backpacker...

Setelah aku selesai membayangkan tentang peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia di Taman Proklamasi Indonesia, aku pun melanjutkan petualangan di Ibu Kota ini. Tujuanku selanjutnya adalah Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang masih berhubungan erat dengan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Berhubung kagak ada keliatan bus yang lewat dari Taman Proklamasi ini, lagi-lagi pilihanku adalah naik motornya abang ojol untuk mengantarkan ku ke museum tersebut.

“Ayok bang! Let's go.”

Brrmm... Brmmm...

Alamat Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Tak begitu jauh dari Taman Proklamasi, palingan cuma sekitar 7 menit doang dari Taman Proklamasi, aku pun sampe di pintu masuk Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Museum ini beralamat di Jalan Imam Bonjol, No. 1, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Letaknya nggak begitu jauh dari Monas dan Bundaran HI.
Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Sejarah Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Gedung museum ini pertama kali dibangun pada tahun 1920 dengan gaya arsitektur Eropa dan dikelola oleh PT. Asuransi Jiwasraya. Selanjutnya gedung ini diambil alih oleh Konsulat Inggris pada saat Perang Pasifik dan kemudian dimiliki oleh Jepang ketika mereka menjajah Indonesia dan menjadi rumah tinggal Laksamana Muda Tadashi Maeda. Setelah masa kemerdekaan, gedung ini beralih-alih kepemilikan, seperti Markas Tentara Inggris, dikontrak Konsulat Inggris, kemudian dijadikan perkantoran Perpustakaan Nasional hingga pada tahun 1992 gedung ini dijadikan Museum Perumusan Naskah Proklamasi karena menjadi tempat yang sangat bersejarah bagi kemerdekaan Indonesia.
Gedung Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Koleksi Museum dan Sejarah Perumusan Naskah Proklamasi

Tiket masuk ke museum ini cuma Rp. 2000 aja. Murah banget cuy, beli jajanan aja segitu kagak kenyang. Setelah membeli tiket yang super murah dan menitipkan ransel yang mulai terasa berat, aku pun mulai menjelajahi gedung saksi sejarah perumusan naskah proklamasi ini.
Jam buka dan harga tiket masuk museum
Bagian pertamanya adalah ruang Pra-perumusan Naskah Proklamasi. Ruang ini adalah ruang tamu yang digunakan Laksamana Maeda menemui tokoh-tokoh proklamasi dan memberitahukan bahwa Jepang terikat perjanjian atas status quo Indonesia. Oleh karena itu beliau memutuskan untuk tidak ikut campur, dan mengundurkan diri ke dalam kamarnya di lantai atas. Namun tetap mengizinkan kediamannya digunakan untuk membahas kemerdekaan Indonesia.
Ruang Pra-perumusan Naskah Proklamasi
 Di ruangan selanjutnya terdapat patung diorama yang menggambarkan kisah ketika Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo menyusun draft naskah proklamasi. Naskah tersebut ditulis tangan oleh Soekarno, sedangkan Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan.
Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo merumuskam naskah proklamasi

Draft naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia
Setelah selesai, naskah tersebut kemudian dibacakan di hadapan tokoh-tokoh yang hadir dan mereka menerima draft naskah tersebut dengan suara bulat. Naskah tersebut kemudian diketik oleh Sayuti Melik di Ruang Pengetikan Naskah Proklamasi dan ditemani oleh B.M Diah.
Pengetikan naskah proklamasi oleh Sayuti Melik ditemani B.M Diah
Setelah itu sempat terjadi perdebatan tentang siapa yang akan menandatangani naskah proklamasi kemerdekaan tersebut. Kemudian Soekarni maju dan memberikan pendapat agar naskah tersebut ditandatangani oleh Soekarno-Hatta dengan atas nama Bangsa Indonesia. Usul ini diterima secara bulat oleh para tokoh yang hadir dengan tepuk tangan.
Ruangan para tokoh menanti naskah proklamasi

Para tokoh yang hadir
 Soekarno dan Hatta pun menandangani naskah proklamasi kemerdekan tersebut di atas piano hitam yang ada di dekat tangga. Dengan demikian, selesailah perumusan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dirumuskan pada malam menjelang subuh hari tersebut dan keesokan harinya dibacakan di halaman rumah Soekarno, di Jalan Pegangsaan Timur, No. 56 yang sekarang menjadi Taman Proklamasi Indonesia.
Piano di dekat tangga
Selain koleksi tersebut, di dalam museum ini juga masih banyak koleksi lainnya yang masih berhubungan ama kejadian Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Di bagian belakang terdapat perpustakaan kecil dengan koleksi buku-buku sejarah dan museum. Sedangkan di lantai 2 nya terdapat berbagai macam barang koleksi milik tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia. Di sini juga ada salinan teks proklamasi hingga kaset dan piringan hitam yang merekam pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Bagian belakang museum

Ada perpustakaan kecil

Kaset rekaman Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Piringan hitam yang merekam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Meski barang-barang  furnitur yang ada di museum ini hanya replika karena gedung museum ini sempat beralih-alih kepemilikan, namun museum ini sangat wajib dikunjungi agar kita tau perjuangan para tokoh kemerdekaan dalam menggapai kemerdekaan Indonesia sehingga kita sebagai generasi selanjutnya bisa menikmati nyamannya hidup di negara yang merdeka.

Merdeka!
Si ganteng yang unyu di Museum Perumusan Naskah Proklamasi