Tampilkan postingan dengan label Unik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Unik. Tampilkan semua postingan

Selasa, 24 November 2015

Gereja Velangkani, Gereja Berbentuk Kuil Hindu di Kota Medan



Gereja Velangkani

Di kota Medan ada sebuah gereja Katolik yang sangat unik, yaitu Gereja Graha Maria Annai Velangkani. Disebut unik karena bentuknya seperti kuil Hindu yang ada di India bukan seperti bentuk gereja pada umumnya.







            Alamat dan Sejarah Pembangunan
Gereja yang terletak di Taman Sakura Indah, Jl. Sakura III No. 10, Tanjung Selamat – Medan, Sumatera Utara ini dibangun mulai dari tahun 2001 dan selesai pada tahun 2005. pembangunannya digagas oleh Pastor James Bharata Putra SJ dan diresmikan oleh Uskup Medan. Karena gereja ini dibangun oleh pendatang dari Tamil, India Selatan yang menganut agama Katholik sehingga bentuk gereja Katolik ini berbentuk seperti kuil Hindu di India.
Bagian depan gereja
Arsitektuk Gereja
Bangunan utama dari gereja Velangkani berbentuk menara yang terdiri dari dua tingkat. Lantai dasarnya dijadikan sebagai aula dan lantai atas dipakai sebagai ruang ibadah. Pada dinding-dinding gereja, terdapat relief-relief yang menceritakan peristiwa penyaliban Yesus Kristus. Kemudian kubah gereja ini berjumlah tiga yang melambangkan konsep ketuhanan Trinitas dalam agama Katolik yaitu Allah, Yesus dan Roh Kudus. Sedangkan menaranya yang terdiri dari tujuh jenjang melambangkan tujuh tingkatan surga.
kubahnya tiga buah
Menaranya tujuh jenjang
Saya di depan gereja

Jumat, 16 Oktober 2015

Pagoda Emas Lumbini



Di Berastagi, Sumatera Utara ada sebuah objek wisata berupa pagoda emas yang merupakan replika dari pagoda Shwedagon di Myanmar. Pagoda ini mendapat rekor muri sebagai pagoda tertinggi di Indonesia dan termasuk replika tertinggi nomor dua di Asia Tenggara.
Sebelum pulang kampung mengisi libur semester, teman kost mengajak saya traveling ke lokasi wisata. Awalnya saya mengajak mereka ke Kebun Teh di Sidamanik sekaligus melihat Air Terjun Bah Biak. Namun sayang, tidak ada kereta api jurusan Medan-Pematang Siantar yang berangkat pagi. Sehingga acara ke kebun teh pun dibatalkan.
Karena terhalang transportasi, akhirnya saya mengusulkan agar ke Berastagi saja. Di sana ada Pagoda Emas dan Bukit Gundaling. Tetapi seorang teman kost kurang tertarik, sehingga perjalanan ke Berastagi yang awalnya bertiga menjadi hanya kami lakukan berdua saja.
Akses Transportasi

Dari kost ke Terminal Padang Bulan kami naik angkot 104 yang kemudian perjalanan ke Berastagi dilanjutkan dengan bus Sutera (Sumatera Transport). Sekitar 2 jam kemudian kami berdua tiba di Tugu Tongkoh, tugu ini berbentuk pohon jeruk. Dari tugu tersebut kami memutuskan berjalan kaki saja karena cuaca Berastagi yang segar, berbeda dengan kota Medan. Jarak dari tugu rongkoh dengan pagoda emas juga tidak begitu jauh, sehingga tidak akan terlalu menguras tenaga.
Tugu Tongkoh
Jalan menuju pagoda

Pagoda Emas

Begitu kami sampai di objek wisata ini, rasanya seperti berada di Myanmar karena pagoda emas ini adalah replika dari Pagoda Shwedagon yang ada di Myanmar. Bahkan, pagoda ini mendapat rekor muri sebagai pagoda tertinggi di Indonesia dan termasuk replika tertinggi nomor dua di Asia Tenggara. Ciri khas pagoda ini adalah stupa Budha sepanjang 69 meter dan tinggi 46,8 meter. Terdapat pula lebih dari 2.500 patung Budha dan relief lainnya di kawasan pagoda ini.


Sayangnya karena hari minggu kami tidak dapat masuk ke dalam. Hanya pengunjung yang ingin beribadah dan turis luar negeri saja yang diijinkan masuk ke dalam bangunan pagoda. Di komplek pagoda ini juga ada taman alam. Kami berkeliling di taman tersebut untuk merasakan kedekatan lebih dengan alam.
Puas dari pagoda emas kami melanjutkan traveling ke Bukit Gundaling.
Lokasi : Taman Alam Lumbini, Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rakyat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara
Tiket Masuk: Gratis, tapi tidak boleh membawa makanan ke dalam komplek pagoda.
Saya berfoto di depan Pagoda Emas

Jumat, 21 Februari 2014

Masjid Lama Gang Bengkok Masjid Unik Bergaya China di Medan




Masjid Lama Gang Bengkok
Di Kota Medan terdapat sebuah masjid yang sangat unik lho guys... dan masjid ini merupakan simbol toleransi beragama dan kesukuan di kota Medan. Usianya pun telah lebih dari 100 tahun. Wow!!!
Masjid Lama Gang Bengkok itulah nama masjid unik berarsitektur China tersebut. Masjid ini terletak di Jalan Masjid Kelurahan Kesawan, Kota Medan.
Sejarah
Masjid Lama Gang Bengkok didirikan pada tahun 1890 di atas tanah wakaf Datuk Kesawan dengan pendanaan dari Tjong A Fie, Saudagar Tionghoa yang bukan beragama muslim.
Prasasti Pembangunan Masjid
Bukan saja dari pendanaan, arsitektur masjid ini juga menunjukkan tingginya toleransi di Kota Medan. Sekilas masjid ini seperti klenteng, tetapi sesungguhnya masjid ini memadukan arsitektur China, Melayu dan Timur Tengah.
Bagian Teras Masjid
Ruang dalam dan mimbar masjid
Arsitektur
Arsitektur China terlihat dari atap masjid yang semakin melebar ke bawah dan melengkung di setiap sisinya. Arsitektur Melayu terlihat dari warna masjid yang didominasi warna kuning dan hijau serta beberapa ornamen yang bergaya melayu. Sedangkan budaya Timur Tengah dapat kita lihat dari bentuk gapura dan mimbar masjid. Masjid Lama Gang Bengkok memang sebuah simbol toleransi Kota Medan.
Gapura Masjid
Kubah Masjid
Jika dulu saja mereka bisa menjaga toleransi, artinya kita juga harus menjaga toleransi juga. Agar tidak ada konflik kesukuan dan agama di negeri kita yang tercinta ini ya!!!

Alamat : Jalan Masjid Kelurahan Kesawan, Kota Medan.
Transportasi : bisa berjalan kaki dari Lapangan Merdeka ke Jalan Masjid, atau menggunakan Becak motor 
Wisata di sekitarnya:
> Lapangan Merdeka
> Kawasan Kesawan
> Titi Gantung  

Masjid Badiuzzaman Masjid Tua Terunik Kota Medan


Masjid Badiuzzaman Surbakti
Masjid Badiuzzaman Surbakti  adalah salah satu masjid yang terunik di kota medan karena masjid ini dibangun tanpa menggunakan semen, melainkan putih telur dan usianya ternyata telah lebih dari 100 tahun lho. Menarik sekali kan?

Sebenarnya sudah cukup lama saya tertarik dengan masjid unik ini. Tetapi  kesempatan tersebut belum ada. Hingga akhirnya saat saya melakukan penelitian untuk memenuhi tugas sebuah mata kuliah, secara tidak sengaja saya melihat masjid ini. ya... akhirnya kesempata itu datang juga.

Masjid Badiuzzaman Surbakti terletak di Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan. Masjid ini didirikan oleh Datuk Badiuzzaman Surbakti pada tahun 1885. Artinya usia masjid ini telah lebih dari 100 tahun, bahkan usinya lebih tua dari pada Masjid Raya Al-Mashun. Apalagi usia saya, tentu masjid ini lebih tua. ^_^
Pamplet Masjid Badiuzzaman
Makam dan Prasasti perjuangan Datuk Badiuzzaman di dalam komplek masjid
Di bagian depan masjid terdapat makam adik Datuk Badiuzzaman. di samping makam tersebut terdapat catatan perjuangan Datuk Badiuzzaman melawan Belanda dalam Perang Sunggal. Sedangkan makam Datuk Badiuzzaman berada di Jawa. Karena menurut penjaga masjid yang saya temui, Datuk Badiuzzaman dibawa ke Jawa oleh pihak Belanda.

Arsitektur masjid ini sebenarnya terkesan biasa saja lho, dengan bentuk segi empat dan kubah berbentul limas. Namun terdapat juga sedikit ciri khas arsitektur melayu, seperti pada jendela masjid yang di setiap sisinya berjumlah empat.
Jendela masjid yang unik
Keunikan utama masjid ini adalah didirikan tanpa menggunakan semen tetapi menggunakan putih telur. Meskipun cuma dibangun dengan putih telur, bangunannya masih kokoh sampai sekarang. Arsitektur dan mimbar masjid ini juga masih asli dan terjaga hingga saat ini.
Alamat : Jalan Bunga, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan
Transportasi : dapat menggunakan angkot jurusan sunggal dengan harga Rp. 5ooo 
Objek Wisata Sekitarnya:
> Taman Buaya
> Gereja Velangkani   
Ruang dalam masjid
 

Minggu, 09 Februari 2014

Masjid Raya Ahmadsyah Tanjung Balai Terbuat dari Pasir dan Tanah Liat

 
Masjid Raya Sultan Ahmadsyah adalah sebuah masjid yang berada di Kota Tanjung Balai dan merupakan peninggalan Kesultanan Asahan. uniknya, masjid ini dibangun tanpa semen tetapi menggunakan pasir dan tanah liat. 

 Setelah 4 jam di atas kereta api, akhirnya saya sampai juga di Kota Tanjung Balai. langkah kaki ini membawa saya menuju Masjid Raya Ahmadsyah yang merupakan masjid bersejarah di Kota ini.
Sejarah
Masjid Raya Sultan Ahmadsyah Tanjung Balai didirikan mulai pada tahun 1884 dan selesai dibangun pada tahun 1886. Penggagas berdirinya Masjid Raya Sultan Ahmadsyah adalah Sultan Ahmadsyah yang bergelar Marhum Maharaja Indrasakti yang memerintah Kesultanan Asahan mulai tahun 1854 hingga 1888.
Arsitektur dan Keunikannya
Ciri utama dari masjid ini adalah bangunan Melayu. Hal ini saya lihat dari bentuk bangunannya yang berbentuk persegi panjang seperti kebanyakan bangunan Melayu. Pada pinggir atapnya juga terdapat ciri khas bangunan Melayu yaitu ukiran pucuk rebung.
          Keunikan masjid ini adalah tidak terdapat pilar di bagian dalam masjid yang bermakna Allah tidak memerlukan penyangga untuk berdiri. Padahal bangunan dasar dari masjid ini hampir tidak memakai semen melainkan pasir dan tanah liat serta batu bata. sungguh membuat saya terpana akan keunikannya. 
Ruang dalam yang tanpa pilar
Teras masjid yang memiliki banyak pilar
          Keunikan lainnya yaitu kubah masjid tidak terletak di tengah bangunan melainkan di bagian depan masjid sehingga jika dilihat dari depan, masjid ini terkesan biasa namun menyembunyikan keunikannya.
          Di dalam masjid terdapat mimbar yang berornamen Cina. Mimbar ini didatangkan langsung oleh Sultan dari Cina. selain itu juga ada tangga putar untuk naik ke menara masjid yang terletak tepat di belakang mimbar.
Mimbar yang berornamen China
Menurut penjaga masjid yang saya temui, bangunan utama Masjid Raya Sultan Ahmadsyah belum pernah direnovasi. Namun bangunan pendukungnya banyak yang diganti maupun ditambah. Seperti tempat wudhu’ yang berbentuk qullah dan dapur masjid diganti dengan pendopo. Sedangkan gerbang dan menara utamanya dibangun kemudian sehingga masjid ini memiliki dua menara. Di depan masjid juga terdapat kuburan massal korban revolusi sosial maret 1946. Sedangkan di belakang masjid terdapat kuburan keluarga imam dan nazir masjid. Saat ini di pendopo masjid juga terdapat tiga buah meriam peninggalan Kesultanan Asahan.
Makam korban revolusi di depan Masjid Raya Ahmadsyah
Fungsi didirikannya Masjid Raya Sultan Ahmadsyah bukan hanya sebagai sebuah tempat ibadah, tetapi juga merupakan tempat strategis bagi pengembangan masyarakat, Selain sebagai tempat ritual, masjid juga sebagai pusat tumbuh dan perkembangnya kebudayaan Islam.  Di dalamnya dilakukan penyusunan strategi, perencanaan dan aksi di dalam kerangka penyebaran Islam di tengah kehidupan masyarakat. Selain sebagai kepentingan ritual ibadah keagamaan, juga memiliki kepentingan politis untuk melawan hegemoni penjajah.
Fungsi Masjid Raya Ahmadsyah saat ini adalah sebagai tempat ibadah masyarakat muslim Tanjung Balai. Selain itu, di Masjid Raya Ahmadsyah juga dilakukan pengajian-pengajian mingguan, pengajian bulan ramadhan, pengajian remaja masjid dan pengajian anak-anak. Masjid Raya Ahmadsyah juga berfungsi sebagai tempat latihan manasiq haji serta tempat sosial kemasyarakatan seperti pemotongan hewan kurban dan khitanan massal serta penyolatan jenazah .
Sayangnya kini tak banyak yang mengetahui sejarah besar yang dimiliki oleh masjid ini. bahkan termasuk masyarakat Tanjung Balai sendiri. Apalagi saksi-saksi hidup masjid ini semakin berkurang. Padahal masjid ini lebih dahulu ada dari pada Masjid Raya Al-Mahsun di Medan maupun Masjid Raya Sulaimaniyah di Serdang. Oleh karena itu sudah seharusnya remaja-remaja Tanjung Balai melestarikan sejarah negerinya agar tak hilang di tengah arus jaman.
Alamat : Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara
Transportasi : dapat menggunakan kereta api dari medan dengan tiket Rp. 35000. kemudian dari stasiun dapat dilanjutkan dengan becak motor seharga Rp. 5000 
Objek Wisata Sekitarnya:
> Lapangan Pasir
> Tanjung Balai Food Court 
> Rumah Balai
> Vihara Tri Ratna
> Kelenteng Dewi Samudera
> Jembatan Tabayang
> Sungai Asahan