Rabu, 14 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Sunset, Malam dan Showtime: 1001 Night


Hai sahabat backpacker, sebagai seorang pengagum langit, aku selalu menyukai momen ketika matahari terbit maupun matahari terbenam. Oleh karena itu, kali ini aku pun berusaha untuk menyaksikan momen matahari terbenam di Kota Kaohsiung Taiwan.

Setelah sebelumnya menjelajahi beberapa objek wisata yang ada di kota ini selama seharian, kami pun segera kembali ke kapal. Karena malam nanti, kapal akan segera berlayar menuju destinasi selanjutnya.

Begitu kembali ke kapal, aku pun segera naik ke deck 14 yang merupakan sun deck, tempat terbaik menikmati cahaya matahari dari atas kapal pesiar Superstar Virgo ini. Deck yang memiliki ketinggian hingga 30 meter ini mantap banget, soalnya bisa memandangi sekitarnya dengan bebas dari ketinggian. Bahkan lanskap perkotaan Kaohsiung pun bisa terlihat dari atas sini.
Lanskap Kota Kaohsiung dari atas kapal pesiar
Kota Kaohsiung

Tak lama kemudian moment matahari terbenam yang kutunggu-tunggu pun tiba. Moment ketika matahari terbenam di Taiwan ini menurut cakep banget lho. Saat itu sang penguasa siang itu perlahan turun ke ufuk barat dan disertai cahaya jingga kemerahan yang indah. Cahayanya pun memantul di atas Selat Cijin, selat yang memisahkan Kota Kaohsiung dengan Pulau Cijin. Keberadaan kapal-kapal yang sedang berlabuh pun menambah indah pemandangan sunset saat itu. Kerennn....
Sunset dari atas kapal pesiar

Senja di Kaohsiung
Menikmati senja

Makan malam

Selesai menikmati indahnya matahari terbenam, aku pun segera kembali ke kabin untuk bersih-bersih biar semakin ganteng dan agenda selanjutnya adalah makan malam. Apalagi perutku emang  udah cukup lapar setelah seharian menjelajah kota dan cuma makan roti siangnya. Seperti biasa, aku memilih makan malam di Resto Mediterranean Buffet yang ada di deck 12. Soalnya di resto ini kita bebas ngambil makanan sepuasnya dan seluruhnya gratis karena sudah termasuk dalam biaya tiket kapal.

Menu malam ini yang ku pilih adalah tumis udang dengan brokoli, kepiting masak presto dan daging. Mantap banget. Udangnya gede-gede dan rasanya juga enak. Duh... Kenyang lha makan di kapal pesiar ini. Udah enak, bebas ambil semaunya, gratis lagi. Awas iri ya. :D
Makan malam di kapal pesiar
Malam di Kaohsiung

Setelah mengisi perut, aku kembali naik ke deck 14, alias sun deck. Agendaku sekarang adalah menikmati indahnya Kota Kaohsiung di malam hari dari pelabuhan ini. Karena kapal pesiar ini sangat tinggi, jadi aku bisa puas memandangi indahnya kota Kaohsiung tanpa terhalang apapun.

Pemandangan malam di kota ini pun memang juara, cahaya lampu dari gedung-gedung pencakar langit yang ada di Kota Kaohsiung ini terlihat begitu indah. Cahayanya memenuhi gelapnya malam. Cakepnya lagi, cahaya lampunya itu memantul di atas perairan Love River dan Selat Cijin. Ditambah cahaya lampu kapal yang berlabuh di sekitar sini, makin cakep lha pemandangannya.
Lanskap Kaohsiung saat malam
Gedung pencakar langit di Kaohsiung

Indahnya Kaohsiung saat malam

Lampu kapal di Pelabuhan Kaohsiung
Tak lama kemudian kapal pesiar Superstar Virgo ini mulai bergerak dari pelabuhan menuju lautan lepas, menuju destinasi selanjutnya. Perlahan Kota Kaohsiung terlihat semakin menjauh. Hingga hanya gemerlap cahaya gedungnya saja yang terlihat.

Ah.... Selamat tinggal Kaohsiung, selamat tinggal Taiwan, semoga kita bertemu lagi suatu hari nanti.

Showtime: 1001 Night

Aku tak terlalu lama di luar, karena cuaca di luar semakin dingin dan angin lautnya cukup kencang. Ntar si ganteng dan unyu ini terbang kebawa angin pula. Aku pun kembali masuk ke dalam kapal.

Kami segera menuju Lido Theatre, soalnya seperti biasa, setiap malam ada hiburan yang disediakan ama pihak kapal dan malam ini pertunjukkan adalah showtime: 1001 Night. Show kali ini bercerita tentang raja yang nikah lagi, tapi si selirnya ini jahat dan malah mencelakai sang ratu dan membuangnya ke laut. Duh... Nih raja juga kegatelan sih. Kapok lha. Tapi endingnya sih bahagia, si raja dan ratu akhirnya bersama lagi.
Pertunjukan 1001 Night di kapal pesiar

Aksi akrobatik saat show
Yang seru dari show ini adalah pertunjukan akrobatik yang ditampilkan di sela-sela show. Keren sih ngelihat mereka akrobatik. Tubuhnya lentur, keren banget. Selesai menonton pertunjukan, aku pun kembali ke kabin, untuk beristirahat, karena besok petualangan yang baru akan dimulai kembali.

Good night kawan-kawan.

See you...

...to be continued 
Si ganteng yang unyu menatap Kota Kaohsiung


Senin, 12 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Hamasen Railway Cultural Park

Hai sahabat backpacker...

Petualanganku di Kota Kaohsiung, Taiwan belumlah berakhir, setelah sebelumnya puas menikmati mulusnya paha cewek-cewek Taiwan. Eh... Maksudku puas menjelajahi Takao Railway Museum, kami bermaksud untuk melanjutkan petualangan ke British Consulate of Takow alias gedung bekas konsulat Inggris. Katanya sih tata kota dan bangunan di sekitarnya terlihat mirip suasana di Eropa dan letaknya tidak begitu jauh dari museum ini. Lokasinya yang berada di atas bukit juga membuat kita bisa melihat Kota Kaohsiung dari ketinggian. Wih... Keren banget nih.

Dari informasi yang diberikan mbak-mbak petugas museum, untuk menuju gedung konsulat ini cukup naik bus dari halte yang ada di dekat museum ini. Tapi saat kami masuk ke dalam bus, sopirnya bilang salah bus, padahal nomornya udah sesuai. Kami berusaha menjelaskan pada sopir bus tujuan kami, namun tetap lumayan sulit menjelaskannya, si sopir juga sulit dimengerti perkataannya. Akhirnya bahasa tetap menjadi kendala utama kami saat berpetualang di Tanah Taiwan ini. -_-“
Halte dan busnya, tapi salah -_-
Jadinya bingung deh mau kemana, ditambah cuaca yang panas dan perut yang mulai lapar, teman-teman memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar museum, menelusuri jalan Linhai  sambil mencari kedai yang menyediakan makanan yang bisa dimakan, alias tanpa bahan yang haram.
Jalan-jalan aja dulu
Hingga akhirnya kami nemuin satu kedai makanan, tapi lagi-lagi kendala bahasa, sehingga kawan-kawan pun harus susah payah menjelaskan menu yang dimau dengan bantuan google. Soalnya tulisan menunya pake bahasa Tionghoa.

Akhirnya mereka memesan sejenis sup seafood gitu sih. Meski begitu, aku belum mesan apapun, soalnya ragu juga mau ikutan makan, jadi rencanaku nunggu dulu pesanan mereka. Kalo enak, baru ikutan mesan. 2 teman yang lain juga gitu, nggak ikutan mesan.

Saat makanannya datang, emang terlihat aman, isinya pun hewan-hewan laut, seperti udang, kerang dan ikan. Tapi ada bau amis sedikit yang tercium, wajar sih namanya juga makanan laut. Tapi aku yang emang nggak terbiasa ama bau amis seperti itu memilih tidak jadi memesan. Takutnya daripada mesan tapi nggak kemakan.
Seafood Taiwan

Di saat seperti inilah aku pun membuka tas kecil yang ku bawa. Dan taraaa... Ada beberapa roti yang kuambil dari kapal sebelum turun di Taiwan. Meski udah sedikit dingin, tapi masih enak kok. Apalagi saat perut lapar gini. Nyam.. nyam...

Dasar backpacker kere.

Yeee... Ini namanya hemat cuy.

Setelah selesai makan, baru deh kami ngelanjutin petualangan, dan karena gagal ke gedung konsulat Inggris, kami memilih mengunjungi Hamasen Railway Cultural Park, sebuah taman yang ada tepat di belakang Museum Kereta Takao tadi.

Hamasen Railway Cultural Park

Tempat ini bisa dibilang adalah sebuah taman dari bekas stasiun kereta api. Di sini terdapat banyak besi-besi bekas jalur rel kereta api. Tempat ini dulunya merupakan sebuah Stasiun Central Kereta Api pelabuhan dan tempat penyimpanan gerbong dan gudang sebelum diubah menjadi taman.

Di tengah-tengah lapangan yang luas ini cukup banyak yang bermain layangan dan gelembung sabun. Yang uniknya sih, di sini juga ada banyak instalasi seni yang terbuat dari besi-besi bekas. Instalasi seni tersebut dibentuk menjadi berbagai benda seperti koper, roket, bola, hingga terompet yang berukuran besar.
Cewek main layangan
Hamasen Museum of Taiwan Railway
Hamasen Museum of Taiwan Raliway

Tepat di seberang Taman Hamasen ini ada pula sebuah museum yang menempati salah satu bangunan bekas gudang kereta api pelabuhan. Museum ini menyimpan koleksi dari sejarah perkeretaapian Taiwan dari masa ke masa. Tapi aku nggak masuk sih, soalnya museum yang ini harus bayar.

Petualang gratisan.

Jadi aku memilih di luar aja. Dan saat itu mataku tertuju ama lintasan rel kecil yang dilengkapi palang pintu kereta api yang juga berukuran kecil. Tak lama, melintaslah sebuah kereta api berukuran mini yang bisa diduduki anak-anak. Yang anehnya, orang tuanya juga ikutan naik. -_-

Kereta api ini ada dua, yang pertama berbentuk kereta api uap dan yang satunya berbentuk kereta api modern. Kedua kereta api ini akan membawa pengunjung mengelilingi kawasan Hamasen Museum.
Kereta kecil yang modern

Kereta kecil model uap
Jujur, cukup lucu juga sih ngelihat uwak-uwak ikutan naik kereta-kereta apian gitu. Nggak ingat umur uwak-uwak ini. Padahal pengen nyoba juga, tapi mahal. Wkwkwkwkw...
Ada penjual makanan juga

Penglai Area of Pier 2 Art


Oh ya, kawasan ini juga terhubung langsung dengan Penglai Area of Pier 2 Art. Katanya sih kawasan ini merupakan perluasan dari Pier 2 Art Center yang tak jauh dari sini. Di Penglai ini juga terdapat beberapa instalasi seni dari berbagai benda-benda.

Berhubung hari yang semakin sore, kami memutuskan untuk segera kembali ke kapal. Wah... Petualangan 1 hari di Taiwan yang menyenangkan. Tapi kisah ini belum berakhir kok, setelah ini aku akan menyaksikan matahari terbenam. See you...

....to be continued
Si ganteng yang unyu

Selasa, 06 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Takao Railway Museum

            Hai sahabat backpacker, petualanganku di Tanah Taiwan belum usai, setelah mengunjungi Gereja Holy Rosary Katedral, kami kembali berjalan ke Love River, cuaca yang panasnya lumayan menyengat dan ditambah kami yang buta akan tempat-tempat wisata di Kaohsiung ini membuat kami bingung juga mau ngelanjutin petualangan kemana lagi. Padahal kami Cuma punya waktu satu hari doang buat nikmati Kota Kaohsiung ini sebelum nanti sore kami harus kembali ke kapal.

           Dan akhirnya dengan mengandalkan google map, kami nemuin satu tempat yaitu sebuah museum kereta api yang tidak begitu jauh dari Love River. Mas Zudi langsung saja semangat ngajakin kami buat ke museum itu aja. Btw Mas Zudi ini emang fans kereta api banget, IG nya aja isinya tentang kereta api doang.

            Teman-teman pun segera memesan taksi, beruntungnya si sopir taksi bisa bahasa inggris, jadi aman deh, nggak kayak sebelumnya yang nyasar kemana-mana. Brmmm... Brmm... Taksi pun segera berangkat.
Suasana Kota Kaohsiung

            Kami kembali lagi menyusuri jalanan Kota Kaohsiung, kota ini bener-bener bagus sih, jalanannya lenggang namun tetap tertib. Kotanya pun bersih. Selain itu uniknya kebanyakan kereta (baca: sepeda motor) di sini berjenis matic. Lalu di beberapa objek wisata maupun di dekat stasiun selalu tersedia penyewaan sepeda. Penyewaan Sepeda ini ada yang manual dari toko penyewaan maupun otomatis dengan mesin mirip atm.

            Jadi cara penyewaan secara otomatis ini, kita cukup mencari lokasi parkir sepeda yang dilengkapi ama mesin mirip atm, tempelin kartunya di mesin dan sepeda bisa digunakan. Untuk balikin sepedanya cukup cari lokasi parkir yang tersedia yang biasanya ada di sekitar objek wisata maupun stasiun.
Penyewaan sepeda otomatis
            Coba aja di sini ada kayak gitu, kan keren juga, tapi nggak yakin bisa lama sih sepedanya, soalnya bisa-bisa ada yang ngekiloin. Toh bangku di taman aja ada yang ngekiloin kok. Wkwkwkw...

            Lokasi

            Nggak begitu lama, kami akhirnya nyampe juga di Takao Railway Museum yang berada di Distrik Gushan, Kota Kaohsiung. Lokasi museumnya ini nggak jauh dari Stasiun MRT Sizihwan, di dekatnya juga ada halte bus, jadi mudah lah buat dikunjungi.

            “Jadi berapa tiket masuknya mas?” tanyaku pada Mas Zudi yang bertanya ke dalam museum, sedangkan aku sih nungguin di luar sambil malu-malu dan berharap tiket masuknya murah.

            “Gratis.” Jawab Mas Zudi.

            “Hah... Gratis? Hayuk masuk.. masuk..” ucapku dengan semangat dan malu-maluin. Maklum, backpacker kere -_-.
Takao Railway Museum
            Sejarah

            Jadi Museum Kereta Takao ini dulunya adalah stasiun kereta api pelabuhan Kaohsiung. Bahkan ini adalah stasiun kereta pertama di Kaohsiung yang dibangun pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1900. Pada tahun 2003, stasiun ini ditetapkan sebagai bangunan bersejarah dan pada tahun 2008 menjadi tahun terakhir stasiun ini beoperasi karena kereta api sebagai transportasi publik digantikan oleh MRT. Dan akhirnya pada tahun 2010 stasiun ini dibuka sebagai Museum Kereta Takao.

            Koleksi Museum

            Museum ini masih menggunakan bangunan asli dari Stasiun Takao yang memiliki gaya arsitektur Jepang Klasik dengan atap bergaya China.

            Di bagian aulanya terdapat ruang informasi dengan berbagai foto-foto perkembangan kereta api di Taiwan zaman dahulu dan buku-buku yang membahas sejarah transportasi di Taiwan. Di sini terdapat juga beberapa miniatur lokomatif kereta api yang cantik serta satu cewek cakep yang merupakan petugas museum. Hehehehe...
Bagian aula museum
            Kemudian di bagian dalam ada ruang kepala stasiun, di sini ada arsip-arsip dari sejarah kereta api di Taiwan. Perlengkapan kantor stasiun kereta api seperti meja kepala stasiun, sofa, lemari, seragam masinis dan seragam pekerja kereta api hingga banyak lagi barang-barang lainnya pun ada.
Meja kepala stasiun

Arsip museum
            Lalu di bagian belakang museum terdapat beberapa lokomotif tua beragam tipe yang telah berusia puluhan tahun. Lokomotifnya cukup bersih dan terawat tapi di bagian relnya malah tumbuh subur rerumputan. -_-
Lokomotif tua
            Setelah selesai menjelajahi isi museum, kami pun segera keluar untuk melanjutkan petualangan di Kota Kaohsiung ini. Bersamaan dengan kami keluar, ternyata juga keluar penumpang MRT dari stasiun Sizihwan dan yang keluar kebanyakan cewek-cewek cakep Taiwan. Beuh... Puas mata. Wkwkwkww.

            Dasar jomblo.
Si ganteng yang unyu di depan museum

            ....to be continued

Senin, 05 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Holy Rosary Katedral

          Hai sahabat backpacker, gimana kabar kalian? Semoga selalu sehat ya, amin...

          Maaf nih, udah lama aku nggak nulis, bukan nggak mau sih, tapi ketiadaan laptop emang ngebuat aku kesulitan untuk menulis kisah-kisah perjalananku. Padahal sebagai seorang backpacker yang hobby berpetualang rasanya ada aja yang kurang kalo nggak berbagi kisah petualangan. Dengan berbagi cerita, kan lumayan juga sih bisa bikin orang lain iri. Hehehehe...

          Jadi sekarang aku mau nyoba ngeblog dari hp aja dulu, ya walau nggak tau sih hasilnya bakal bagus atau nggak, tapi semoga aja bagus. Amin...

          Oke deh, mari kita lanjutin kisah petualanganku. Sedikit review dulu ke belakang, aku dan tiga orang beruntung lainnya menjadi juara d'Traveler of the year dan mendapat kesempatan untuk menaiki kapal pesiar Superstar Virgo dengan rute Filipina-Taiwan-Hongkong-Filipina. Sebelumnya kami telah menjejalahi kota Manila di hari pertama dan singgah di Ilocos Norte pada hari kedua dan sekarang kami singgah di Kota Kaohsiung, kota terbesar kedua di Taiwan setelah Taipei.

          Setelah puas menikmati indahnya Love River, sebuah sungai yang cantik dan punya sisi romantis buat yang punya pasangan dan disebut juga sebagai ikonnya Kaohsiung, kami pun melanjutkan petualangan di Kota Kaohsiung ini dengan mengunjungi Gereja Holy Rosary Katedral.
Holy Rosary Katedral

Alamat


          Holy Rosary Katedral ini beralamat di Distrik Lingya, Kota Kaohsiung. Lokasinya tidak begitu jauh dari Lover River, jadi cukup jalan kaki aja dan nyampe.

Sejarah

          Gereja Holy Rosary Katedral Minor Basilica adalah gereja katholik tertua di Kaohsiung, bahkan di Taiwan. Gereja ini pertama kali dibangun pada tahun 1860 dan kemudian diperbaharui pada tahun 1928.

Arsitektur

          Saat ngelihat arsitektur gereja ini aku ngerasa kayak kembali ke abad 19 karena gaya arsitekturnya yang kental dengan gaya Gothic dan Roman. Konon katanya arsitektur di bagian dalamnya lebih indah lagi dan terlihat mirip dengan desain interior dari Gereja Kathedral Manila. Tapi katanya sih, soalnya pas aku datang, pintu gerejanya lagi dikunci, jadi kagak bisa liat secara langsung.
Arsitekturnya keren

Bergaya gothic yang kental
Holy Rosary Katedral yang indah


          Oh ya, gereja ini juga merupakan tempat lahir dan berkembangkan agamanya Katholik di Taiwan serta tempat uskup agung berada. Gereja ini juga masuk dalam salah satu dari 100 tempat top keagamaan di Taiwan. Jadi gereja cukup keren lah untuk dikunjungi, karena selain berarsitektur indah, juga penuh dengan sejarah.
100 tempat top keagamaan di Taiwan
Siganteng yang unyu hadir kembali

Selasa, 09 April 2019

Petualangan di Taiwan: Love River

Love River

Hai sahabat backpacker….

Akhirnya setelah sekian lama vakum, aku bisa nulis lagi. Kemarin itu emang lagi nggak ada laptop sama sekali, jadi ya nggak bisa nulis deh. Syukurnya saat ini aku udah ada laptop lagi, laptop minjem sih. Wkwkwkwkk… ya semoga ntar bisa punya laptop sendiri. Amin…

Sekarang aku mau ngelanjutin kisah petualanganku saat naik Kapal Pesiar Superstar Virgo yang singgah di Kota Kaohsiung, Taiwan. Setelah sebelumnya kami sempat nyasar karena si bapak sopir yang salah nangkap tujuan kami, akhinya kami dibawa kembali ke jalan yang benar dan tiba di Love River.

Welcome to Love River
Love River
Love River ini adalah sebuah sungai yang membelah Kota Kaohsiung dengan aliran menuju Pelabuhan Kaohsiung. Sungai yang lebih dikenal dengan nama Ai He oleh penduduk setempat ini juga merupakan ikon wisata utama Kota Kaohsiung. Konon katanya kalo belum ke sini ya belum ke Kaohsiung.

Btw kalo mau ke sini, bilang ke sopirnya ke Ai He, jangan bilang ke Love River, soalnya ntar nyasar kayak kami dan dibawa pak sopir ke kebun binatang Love Hill. -_-

Suasana di sekitar Love River

Love River ini punya lanskap yang sangat indah. Sungainya itu punya air yang jernih dan bersih banget, bahkan di beberapa titik kita bisa ngeliat dasar sungainya saking jernih dan bersih airnya. Keren abis cuy. 
Sungaimya cakep
Lalu di bantaran sungainya itu disediain pedestrian yang cantik. Pedestriannya ditanami berbagai bunga dan banyak pepohonan rindangnya. Lalu di sekitarnya terdapat bangku-bangku dari kayu dan beton yang tersebar di seluruh penjuru pedestrian. Jadi nyaman bangetlah untuk duduk-duduk santai ngeliatin Love River ini. Apalagi di sini juga ada banyak kafe-kafe yang buka sampe malam yang diiringi live music. 
Bangku beton di pedestriannya
Ada cafe juga
Ada bangku kayu juga

Atau kalo mau lebih enak lagi, bisa juga naik boat yang sediain untuk mengarungi Love River hingga ke Pelabuhan Love River. Tapi aku nggak ikutan nyoba sih, soalnya sekali naik itu lumayan juga buat kantong petualang gratis ini. Jadi cukup deh jalan-jalan santai di pedestriannya aja. Sederhana memang, tapi berkesan juga kok. 
Boat untuk ngarungi sungai
Sayangnya waktu yang kami miliki nggak lama, soalnya ntar sore kami harus udah naik kembali ke atas kapal, kalo nggak ya ditinggal. Padahal katanya, sungai ini semakin cantik saat malam hari. Karena cahaya lampu dari gedung-gedung dan jembatan di sekitar sungai akan menghiasi sungai ini dan pasti pemandangannya jauh lebih indah. 
view gedung di sekitar love river
Salah satu menara di dekat love river

Dulu Love River tidak secantik ini, bahkan dulu sungai ini sangat tercemar dengan air berwarna hitam dan berbau selokan. Hal itu terjadi karena Love River menjadi tempat pembuangan limbah pabrik yang berdiri di sekitar sungai. Namun dengan keseriusan pemerintahnya untuk mengelola dan mengembalikan keindahan Love River, secara bertahap sungai ini berbenah dan akhirnya sekarang Love River menjadi salah satu destinasi wisata yang ramai dikunjungi wisatawan. Keren abis deh. Jempol buat pemerintahnya.

Oke deh…. segitu aja kisahku di Love River ini, soalnya banyak pasangan di sini, Namanya juga Sungai Cinta, jadi nggak enak kalo ntar ngeganggu mereka. Sampai ketemu di destinasi selanjutnya. Daaaa….

Padahal iri nggak punya pasangan -_-
Si ganteng dan unyu di Love River
           Ini cuplikan video saat di sana