Tampilkan postingan dengan label Monumen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Monumen. Tampilkan semua postingan

Senin, 23 Maret 2020

Sedihnya di Taman Proklamasi Indonesia

Brmmm.... Brmmm...

Kayak gitulah kira-kira bunyi motor si abang ojol yang kunaiki saat ia membelah jalanan pagi di Ibu Kota Jakarta ini untuk mengantarkanku dari Stasiun Pasar Senen menuju tempat tujuanku. Tak lama, palingan cuma 20 menit, aku pun tiba di tempat tujuanku, yaitu Taman Proklamasi Indonesia, salah satu tempat paling bersejarah bagi kemerdekaan negara Indonesia.
Taman Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Alamat Taman Proklamasi

Taman Proklamasi ini beralamat di Jalan Proklamasi, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Nggak jauh-jauh amat dari Monas dan Bundaran HI. Dulunya sih tempat ini beralamat di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Tapi sekarang udah diganti nama jalannya menjadi Jalan Proklamasi.

Sejarah dan Lanskap Taman Proklamasi

Setelah mengucapkan salam dan izin untuk masuk ke dalam taman pada dua bapak-bapak yang ada di dekat pintu masuk taman, aku pun segera menjelajahi taman kecil ini sambil memproyeksikan imajinasiku akan kejadian proklamasi Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang lalu.

Monumen Pahlawan Proklamator Soekarno - Hatta

Begitu memasuki taman, yang paling mencolok dan menarik perhatian adalah dua patung perunggu Soekarno dan Mohammad Hatta berukuran besar yang berdiri sejajar di sudut taman. Posisi dua patung tersebut mirip ama posisi di foto ketika naskah proklamasi Indonesia dibacakan. Di antara kedua patung itu ada juga patung naskah proklamasi yang terbuat dari lempengan batu marmer hitam yang isinya mirip ama ketikan naskah proklamasi yang asli.

Patung dua proklamator ini diresmikan pada 17 Agustus 1980 oleh Presiden Soeharto. Di belakang patung ini ada 17 pilar dan yang tertinggi berukuran 8 meter serta di sela-selanya terdapat 45 tonjolan yang berarti 17-8-45. Sedangkan di latar naskah proklamasi terdapat 5 pilar yang melambangkan Pancasila.
Patung tokoh proklamator

Monumen Proklamasi

Patung naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia

Tugu Petir

Tapi sebenarnya posisi dua patung proklamator ini bukan posisi sebenarnya saat kejadian proklamasi tersebut. Karena saat proklamasi dibacakan, Soekarno dan Hatta membacakan naskah proklamasi tersebut dari teras rumah Soekarno. Tapi sekarang rumah itu udah nggak ada lagi sejak tahun 1960, udah dibongkar. Sayang banget sih.

Sekarang di posisi pembacaan naskah proklamasi tersebut dibangun sebuah tugu yang bernama Tugu Petir karena di ujung tugunya ada logo petir. Di badan tugu itu ada plakat logam yang bertuliskan “ Disinilah Dibatjakan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada Tanggal 17 Agustus 1945 djam 10.00 pagi oleh Bung Karno dan Bung Hatta”. Tugu ini dibangun pada tahun 1961 dan Soekarno sendiri yang melakukan pencangkulan pertamanya.
Tugu Petir

Plakat logam di Tugu Petir
Di depan tugu ini aku pun sempat mengheningkan cipta, mendoakan arwah para pejuang kemerdekaan dan berterima kasih karena atas perjuangan mereka, aku bisa merasakan nikmatnya hidup di atas negara yang merdeka. Di depan tugu ini juga aku membayangkan detik-detik proklamasi yang terjadi pada 17 Agustus 1945 tersebut. Entah mengapa rasanya cukup merinding juga membayangkan perjuangan mereka untuk menggapai kemerdekaan ini dan kontrasnya perpecahan yang terjadi pada negeri Indonesia tercinta di saat sekarang ini. Ah.. mungkin mereka akan kecewa melihat kita.

Tugu Peringatan Satu Tahun Kemerdekaan

Di taman ini juga ada satu tugu kecil yang berbentuk tugu obelisk. Tugu ini merupakan Tugu Peringatan Satu Tahun Kemerdekaan Indonesia yang dibangun oleh persatuan wanita Indonesia pada tahun 1946. Tugu ini sempat dihancurkan pada masa pemerintahan Soekarno dan dibangun kembali pada tahun 1972 oleh Gubernur Jakarta, Ali Sadikin.
Tugu Peringatan Satu Tahun Kemerdekaan
Selain tugu dan monumen, taman ini juga cukup hijau karena ada banyak pepohonan dan tanaman bunga yang tersebar di seluruh penjuru taman. Jadi cukup asri dan adem di tengah panasnya Kota Jakarta.
Bunga dan pepohonan di Taman Proklamasi
Tapi sebagai salah satu tempat paling bersejarah bagi kemerdekaan Indonesia, tempat ini terasa tidak ada yang spesial. Mungkin karena tempat ini tidak begitu dikenal, bahkan mungkin banyak yang tidak tau akan taman ini.

Selain itu, bangunan sejarah seperti rumah Soekarno juga sudah tidak ada lagi dan posisi patung yang tidak berada di tempat yang sesungguhnya membuat aura sakral kemerdekaan itu terasa begitu redup. Seolah-olah taman ini hanya taman biasa yang dimanfaatkan masyarakat untuk ngadem doang.

Aku jadi teringat saat berkunjung ke Monumen Jose Rizal, di Rizal Park, Manila. Di sana monumennya dijaga 2 tentara setiap harinya, dikelilingi bendera-bendera Filipina dan dan menjadi tempat yang sangat terkenal bahkan menjadi daftar yang wajib dikunjungi saat liburan ke sana sehingga terasa banget aura sejarahnya.

Sungguh miris rasanya melihat perbedaan dengan tempat ini. Sedih juga rasanya. Aku paham sih kalo objek wisata sejarah itu emang nggak menarik, tapi paling tidak untuk sejarah penting seperti sejarah kemerdekaan ini kita harus mengetahuinya.

Ah... Sedih rasanya.
Akhirnya sampe juga di tempat bersejarah ini

Jumat, 20 Maret 2020

Bakpia Pathok, 0 Kilometer dan si Dia

Hai sahabat backpacker....

Gimana kabarnya? Semoga sehat selalu ya, aamiin...

Maaf ya lama kagak update, soalnya beberapa hari ini sibuk ngurusin refund. Seharusnya beberapa hari ini aku traveling ke Malaysia karena kemarin dapat tiket liburan gratis ke sana. Tapi dengan kondisi yang seperti ini dan Kuala Lumpur yang di lock down, ambyar deh rencana travelingnya.

Jadi, sekarang deh bisa lanjut update, maaf ya kawan-kawan.

Setelah sebelumnya aku menikmati kerennya Museum Benteng Vredeburg, aku kemudian memutuskan untuk membeli oleh-oleh untuk orang-orang di rumah. Setelah mencari-cari informasi, katanya salah satu oleh-oleh khas dari Jogja adalah Bakpia Pathok. Oleh karena itu, aku pun memutuskan untuk membeli kue tersebut.

Brmm... Brmm....

Bakpia Pathok 25

Aku membeli kue Bakpia Pathok di Bakpia Pathok 25 yang ada di Jalan AIP KS Tubun, Yogyakarta. Sebenarnya di sini ada banyak jenis kue untuk oleh-oleh. Tapi aku cuma beli Bakpia Pathok saja. Bakpia Pathoknya pun punya banyak variasi rasa. Namun yang paling enak menurutku adalah varian rasa kacang ijo. Bakpianya lembut banget cuy. Hm.. nyummi...

Satu kotaknya berisi sekitar 15 biji. Aku pun beli tiga kotak dengan harga Rp. 105.000, alias satu kotaknya Rp. 35.000. oh ya, aku lupa motoin bakpianya, pas udah abis baru keinget. 😂
Bakpia Pathok 25
0 Kilometer

Setelah selesai dengan urusan oleh-oleh, aku berencana untuk menghabiskan sore sambil menunggu jadwal keberangkatan kereta api ku di 0 KM Jogja. Dan saat itu pula lah hp ku berbunyi menandakan ada satu pesan masuk di messenger.

“Kak, kamu masih di Jogja? Ketemuan yuk.” Begitu isi pesan tersebut dan pengirimnya adalah, ehem.. mantan.

“ masih kok. Ketemuan di 0 KM aja ya, kakak juga mau ke sana.” Balasku setelah memikir sesaat dan melihat kembali hati, ternyata aman. Udah move on. 😁

“ Ok deh, bentar lagi otw nih kak.”

“ Siip.. 👍.” Balasku singkat.

Tak begitu lama, aku pun kembali ke 0 KM Jogja. Tempat ini menurutku emang asyik banget buat nongkrong ngabisin waktu di sore hari. Ada banyak kursi-kursi yang tersedia mulai dari Jalan Malioboro sampe titik 0 Kilometernya. Kursinya ada yang berupa kursi kayu maupun kursi batu bulat. Di sekitarnya juga banyak pohon-pohon yang rindang, jadinya adem deh suasananya.

Udah gitu, katanya suasana 0 KM ini mirip ama Eropa gitu, tapi katanya sih, soalnya aku belum pernah ke Eropa. Tapi pemandangan di sekitarnya emang cakep sih, ada banyak lampu-lampu taman di pedestriannnya, terus di sekitarnya ada gedung-gedung peninggalan masa kolonial seperti gedung kantor pos, gedung bank BNI dan gedung Bank Indonesia yang mengapit jalan menuju alun-alun. Semakin sore, suasana di 0 KM ini makin rame dan makin meriah.
Gedung Kantor Pos dan Gedung Bank Indonesia

Suasana 0 KM kala malam menjelang

Gedung Bank BNI dari 0 KM Yogyakarta

Gedung Agung


Selain tiga bangunan peninggalan kolonial tadi, di samping 0 KM ini juga ada Gedung Agung Yogyakarta. Gedung ini dibangun pada Mei 1824 oleh pihak kolonial sebagai tempat tinggal Residen Belanda. Ketika pusat pemerintahan Indonesia dipindahkan ke Yogyakarta, gedung ini menjadi Istana Kepresidenan dan menjadi tempat tinggal Presiden Soekarno.

Saat ini, Gedung Agung masih difungsikan sebagai Istana Kepresidenan yaitu sebagai kantor dan tempat tinggal presiden ketika berkunjung di Yogyakarta serta untuk menerima tamu-tamu negara. Sekarang, Gedung Agung juga dibuka untuk umum setiap hari senin sampe sabtu dari jam 8 pagi sampe jam 3 sore. Sayangnya aku ke sini udah jam 4 lebih, jadi kagak bisa masuk lagi. Asem. 
Geudng Agung Yogyakarta

Monumen Batik

Di 0 Kilometer ini juga ada satu monumen yang sangat bagus, yaitu Monumen Batik. Pada monumen ini tertulis bahwa pada tahun 2009 Batik Indonesia ditetapkan UNESCO sebagai “Warisan Budaya Tak Benda” dan pada tahun 2014 Yogyakarta dikukuhkan sebagai “ Kota Batik Dunia”. Keren banget cuy.
Monumen Batik
Monumen Serangan Umum 1 Maret

Di sisi yang berseberangan dengan Monumen Batik, ada Monumen Serangan Umum 1 Maret. Monumen ini dibangun untuk memperingati serangan tentara Indonesia terhadap Belanda pada 1 Maret 1949. Saat itu ketika negara Indonesia dianggap telah lumpuh, bahkan tidak ada oleh Belanda, serangan umum ini berhasil menduduki Yogyakarta selama 6 jam dan hal tersebut berhasil menaikkan moral para pejuang dan mematahkan propoganda Belanda. Keren banget cuy.
Monumen Serangan Umum 1 Maret
Ehem.. mantan

Setelah menunggu cukup lama sambil duduk nyantai di 0 KM ini, akhirnya orang yang ngajak ketemuan tadi nongol juga. Namanya Afni, dan dia ini ehem.. mantanku dulu saat masih SMA. Tapi sekarang udah move on kok. Rasa yang tinggal di dalam hati pun adalah rasa terima kasih, karena pernah menjadi warna di kehidupan SMA ku dan membuatku bisa berfikir untuk lebih dewasa lagi. Aceile... 😂

Tapi... Emang lebih cakep yang sekarang sih nih anaknya. Wkwkwkwk...

Kami berdua kemudian ngobrol-ngobrol santai di sana, bersama temaram senja. Bercerita kegiatan sehari-hari saat ini seperti kisahnya yang melanjutkan S2 di UGM dan kegiatan travelingku yang nggak jelas ntah kemana-mana. 😂

Kami juga bercerita tentang kabar dari orang-orang yang kami kenal dulu saat sekolah. Yupz... Kami bercerita sebagai teman yang telah lama tak bertemu dan akhirnya berjumpa lagi di tanah yang jauh dari kampung halaman.

Ketika hari semakin gelap dan senja semakin hilang, kami berdua pun berpisah, karena aku harus melanjutkan perjalanan ke Stasiun Lempuyangan untuk menuju destinasiku yang selanjutnya.
Stasiun Lempuyangan
Sampai jumpa lagi mantan.

Sampai jumpa lagi Jogja.
Ganteng juga berfoto di 0 Klometer ini

Kamis, 12 Desember 2019

Tugu Yogyakarta

Hai sahabat backpacker..

Selain Malioboro yang udah ku datangi sore tadi bersama adikku, masih ada satu tempat lagi yang wajib dikunjungi kalo lagi jalan-jalan ke Yogyakarta. Katanya belum sah ke Jogja kalo belum ke tempat itu. Dan tempat tersebut adalah... Tugu Jogja.
Tugu Jogja, yang kufoto besok siangnya
Yupz... Tugu Jogja ini juga merupakan salah satu ikon wisata dari Yogyakarta dan salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat traveling di Yogyakarta. Oleh karena itu, setelah mandi dan makan malam di angkringan, aku dan adikku pun jalan-jalan ke tugu ini. Let's go.

Brmm... Brmm...

Lokasi Tugu Jogja

Tugu Jogja ini lokasinya tepat berada di tengah-tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan AM Sangaji dan Jalan Diponegoro. Jadi cukup mudah buat ngunjungin nih tugu. Lokasinya juga nggak jauh dari Malioboro dan Stasiun Tugu.
Letaknya di perempatan jalan

Sejarah Tugu Jogja

Tugu Jogja pertama kali dibangun pada tahun 1755 setelah pembangunan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sultan Hamengku Buwono I. Diyakini tugu ini menjadi garis imajiner yang menghubungkan Laut Selatan, Keraton Jogja dan Gunung Merapi.

Awalnya Tugu Jogja ini dikenal dengan nama Golong Gilig. Karena saat pertama kali dibangun tugu ini berbentuk Gilig alias silinder yang menopang Golong alias Bola pejal. Katanya bentuk tugu ini memiliki arti persatuan antara Keraton dengan rakyat.

Namun pada tahun 1867 Tanah Jogja dilanda gempa dan membuat tugu ini runtuh dan sempat terbengkalai. Baru pada tahun 1889 Pemerintah Belanda memperbaiki tugu tersebut di bawah pengawasan Patih Dalem Kanjeng Raden Adipati Danurejo V.

Pembangunan tersebut membuat bentuk bangunan tugu ini berubah, dari yang awalnya setinggi 25 meter menjadi hanya 15 meter dan yang awalnya berbentuk Golong Gilig menjadi bentuk yang sekarang dengan bentuk menjadi persegi dan puncaknya berubah runcing. Tugu baru ini diresmikan oleh Sultan Hamengku Buwono VII pada tanggal 3 Oktober 1889 dan dinamakan Tugu Pal Putih.
Tugu Pal Putih

Maaf, kagak paham artinya
Papan informasi Tugu Pal Putih
Berhubung tugu ini berada di perempatan jalan, jadi lokasi terbaik untuk melihat kecantikan tugu ini adalah dari pojok Jalan Pangeran Mangkubumi. Di sini tersedia tempat duduk yang nyaman. Di sini juga terdapat replika Tugu Jogja yang lama, relief sejarah Yogyakarta hingga miniatur garis imajiner Tugu Jogja dan Keraton. Mantap. 👍
Pojok Jalan Pangeran Mangkubumi
Relief sejarah Yogyakarta
Replika Tugu Golong Gilig
Aku di Tugu Jogja

Selasa, 17 September 2019

Objek Wisata di Manila - Filipina


Hai sahabat backpacker, selamat datang di blog backpack sejarah, blognya si backpacker yang ganteng dan unyu. :D

Kali ini aku mau berbagi informasi tentang objek wisata yang bisa kawan-kawan datangi kalo lagi berwisata di Kota Manila, Filipina. Btw daftar tempat ini kubuat berdasarkan tempat-tempat yang udah pernah kudatangi secara langsung saat aku jalan-jalan di Manila. Jadi daftarnya cuma dikit, tapi udah kubuktiin secara langsung tempatnya.

Langsung aja, inilah daftar objek wisata di Kota Manila, Filipina.

1. Rizal Park

Rizal Park adalah ikon dari kota Manila, bisa dibilang belum ke Manila kalo belum ke Rizal Park. Rizal Park dikenal juga dengan nama Luneta Park adalah taman bersejarah di Filipina karena disinilah Jose Rizal ditembak penjajah Filipina. Taman ini letaknya tepat di pusat kota Manila dan di taman ini terdapat banyak hal-hal yang menarik. Selengkapnya baca di sini
Rizal Park
Rizal Park

2. Monumen Jose Rizal


Monumen Jose Rizal adalah monumen utama di Rizal Park. Monumen ini dibangun untuk menghargai jasa kepahlawanan Dr. Jose Rizal. Jose Rizal merupakan pahlawan nasional dan patriot tertinggi Filipina. Abu jenazah Jose Rizal juga disemayamkan di monumen ini. Selengkapnya baca di sini
Monumen Jose Rizal
Monumen Jose Rizal

3. Monumen Lapu-Lapu

Monumen Lapu-Lapu atau dikenal juga dengan nama the statue of the Sentinel of Freedom, monumen ini letaknya di Rizal Park juga dan dibangun sebagai penghargaan bagi Lapu-Lapu, pahlawan nasional pertama Filipina. Selengkapnya baca di sini
Monumen Lapu-Lapu
Monumen Lapu-Lapu

4. Kilometer Zero

Kilometer Zero adalah titik 0 KM Manila. Monumen ini terletak tepat di depan monumen Jose Rizal dan hanya berseberangan jalan aja. Monumen ini bentuknya tugu kecil, terus di dinding tugunya ada tulisan KM 0 dan peta negara Filipina. Selengkapnya baca di sini
Kilometer Zero

5. Monumen Centennial Memorial Clock 

Monumen ini letaknya pas banget di belakang Kilometer Zero. Bentuknya tugu kecil dengan jam bundar di dinding monumennya. Monumen ini dibangun sebagai peringatan atas 100 tahun kemerdekaan negara Filipina. Selengkapnya baca di sini
Monumen Centennial Memorial Clock

6. Intramuros

Intramuros ini bisa dibilang kota tuanya Manila sih. Kalo secara harfiah, Intramuros artinya di dalam benteng. Jadi nih kota tua emang berada di dalam sebuah benteng yang dikelilingi dinding batu yang tebal. Dinding batu ini dibangun oleh Spanyol saat mereka menjajah Filipina. Di dalam tembok ini ada banyak bangunan tua peninggalan Spanyol. Btw, lokasi Intramuros nggak begitu jauh dari Rizal Park. Jalan kaki aja juga bisa. Selengkapnya baca di sini
Intramuros
Intramuros

7. Gereja Katedral Manila

Gereja ini adalah salah satu bangunan tua yang ada di dalam Intramuros. Gerejanya dibangun tahun 1571 dan udah beberapa kali mengalami kerusakan. Tapi sekarang udah bagus dan masih difungsikan hingga saat ini. Selengkapnya baca di sini
Gereja Katedral Manila

8. Teluk Manila

Secara geografis, letak Kota Manila ini emang berada di tepi laut, jadi kalo mau liat laut mah mudah banget, tinggal jalan ke arah pesisirnya dikit aja udah bisa ngeliat Teluk Manila. Tapi yang paling keren sih liat Teluk Manila itu saat sunset, soalnya bisa liat lautan dengan latar perkotaan dan kapal-kapal yang berlalu lalang. Keren deh.... Selengkapnya baca di sini
Teluk Manila

Cuma segitu aja sih tempat wisata yang sempat kukunjungi saat lagi traveling di Kota Manila, Filipina. Sebenarnya masih ada banyak banget lagi objek wisata yang ada di kota ini. Bahkan di Intramuros aja masih banyak bangunan bersejarah lainnya. Sayangnya sih aku belum sempat ngunjunginya. Mungkin kalo ntar aku ke sana lagi, daftar ini bakal ku tambah. Ya... Semoga aja. Amin....
Siganteng yang unyu di Rizal Park

Rabu, 07 Februari 2018

Petualangan di Manila: Rizal Park



Rizal Park
Yo sahabat backpacker

Selamat pagi dari Kota Manila. Yuhuu...

Yup, kemarin malam setelah sampe di bandara, kami langsung bergerak ke hotel untuk istirahat. So.. pagi ini aku pun terbangun di sebuah hotel di pusat Kota Manila. Btw hotelnya ini bernama The Corporate Inn Hotel. Menurutku nih hotel cukup rekomendasi, soalnya lokasinya itu berada di pusat kota dan nggak jauh dari Rizal Park, ikonnya Kota Manila. Tepatnya berada di persimpangan Jalan Maria Orosa dengan Jalan Kalaw.

Agenda kami pagi ini adalah sarapan, jadi setelah beres-beres dan mandi, langsung deh kami keluar mencari sarapan. Wah.. mumpung lagi di luar negeri enaknya nyoba makanan apa ya?

Hmmm....

Dan akhirnya kami putuskan untuk makan di McDonald’s.

Iya cuy, di McD.

Jauh-jauh ke Manila tapi sarapannya di sini, emang keren deh...

Sebenarnya sih di deket hotel ada street food gitu, tapi agak ragu-ragu gimana liatnya. Apalagi aku juga bukan tipe orang yang suka nyoba-nyobain kuliner yang aneh-aneh gitu. Jadi ya cari aman aja deh.

Tapi ada yang unik lho di McD ini, tepatnya di toiletnya. Nah, urinoirnya itu dikasi es batu ama mereka. Nggak tau sih buat apa, tapi jadinya aneh rasanya pipis di antara tumpukan es. Currr.... dan air pipisnya jadi kedinginan. Hahahaha....

Udah ah, lanjut cerita.

Selesai sarapan saatnya jelajah Kota Manila dan tujuan pertama adalah Rizal Park. Rizal Park ini bisa dibilang sih ikonnya Kota Manila, bahkan katanya belum sah ke Manila kalo belum ke Rizal Park. Karena itu taman ini menjadi tujuan pertama kami. Apalagi tamannya juga cukup dekat dari hotel. Jalan kaki aja nyampe cuy.

Taman ini juga cukup luas lho dan ada banyak objek menarik di dalamnya. Objek yang pertama kami kunjungi di taman ini adalah Monumen Lapu-Lapu.

Monumen Lapu-Lapu

Monumen Lapu-Lapu atau the statue of the Sentinel of Freedom adalah sebuah monumen berupa patung besar yang berbentuk seorang pejuang yang berdiri gagah dengan sebuah pedang. Monumen ini merupakan hadiah dari pemerintah Korea sebagai apresiasi dan pengingat atas bantuan Filipina di Perang Korea dan juga sebagai penghargaan atas dua pahlawan Filipina, Dr. Jose Rizal dan Lapu-Lapu yang dengan gagah berani menentang penjajahan.

Btw, Lapu-Lapu di sini adalah seorang pahlawan nasional Filipina ya, bukan hero yang di game MOBA itu. Lapu-Lapu ini adalah seorang kepala suku dari Pulau Mactan dan merupakan pahlawan nasional pertama Filipina yang dikenal sebagai orang Filipina pertama yang menentang pengaruh kolonial Spanyol.
Monumen Lapu-Lapu
 Oh ya, di sebelah kanan dan kiri monumen ini juga ada museum, National Museum of Natural History dan Nasional Museum of Anthropology. Kedua arsitektur museumnya keren dan bergaya Eropa. Sayangnya sih saat itu museumnya lagi tutup, jadi aku nggak masuk ke dalam.
National Museum of Natural History
 Abis dari Monumen Lapu-Lapu, kami lanjut menjelajahi Rizal Park ini, luas banget cuy dan ada banyak objek menariknya seperti taman anggrek dan rumah kupu-kupu, taman bernuansa Jepang, taman bernuansa Tiongkok, open air auditorium dan satu kolam air yang dihiasi air mancur. Konon jika malam hari, air mancur ini juga dihiasi berbagai lampu yang mempercantik pemandangannya. Di sisi kolam tersebut berjejer patung setengah badan yang merupakan patung para pahlawan-pahlawan nasional di Filipina.
Ada kolam airnya
Patung para pahlawan nasional Filipina
Namun objek utama di Rizal Park ini adalah Monumen Jose Rizal yang ada di bagian depan Taman.

Monumen Jose Rizal

Monumen Jose Rizal dibangun pada tahun 1908 dan dirancang oleh Richard Kissing. Monumennya berbentuk obelisk yang dibuat dari batu granit dan di depannya terdapat patung Rizal yang dibuat dari perunggu. Abu jenazah Jose Rizal sendiri dipindahkan ke monumen ini pada tahun 1912. Jadi bisa dibilang monumen ini ya makamnya Jose Rizal. Saat ini monumen Jose Rizal dinyatakan sebagai monumen nasional sekaligus sebagai warisan budaya nasional Filipina.

Pembangunan monumen ini sendiri ditujukan untuk mengingat dan menghargai jasa kepahlawan Dr. Jose Rizal yang harus mati di ujung regu tembak karena melawan pemerintahan Kerajaan Spanyol yang saat itu menjajah Filipina. Dr. Jose Rizal sendiri adalah seorang pahlawan dan patriot tertinggi bagi bangsa Filipina. Hari kematiannya pada tanggal 30 Desember kini diperingati sebagai hari libur di Filipina dan dinamakan hari Rizal.
Monumen Jose Rizal
 Oh ya, tepat berhadapan dengan Monumen Jose Rizal dan berseberangan jalan, ada satu tugu kecil bergambar peta wilayah Filipina. Tugu ini merupakan titik nol kilometer Manila dan di belakangnya terdapat satu tugu dengan sebuah jam bundar di atasnya. Tugu tersebut merupakan Monumen Centennial Memorial Clock, sebuah monumen yang dibangun untuk memperingati 100 tahun kemerdekaan Filipina.
titik nol kilometer Manila dan
Centennial Memorial Clock
 Wuih... lengkap kali bah Rizal Park ini. Keliling taman ini aja udah banyak yang bisa diliat. Tapi perjalanan ku di Manila belum selesai sih, soalnya abis ini kami lanjut ke Intramuros. Let’s go....
Si ganteng nan unyu berfoto di depan Monumen Jose Rizal

Senin, 28 Agustus 2017

Petualangan di Jakarta: Monas (Monumen Nasional)



Monumen Nasional

Yah, akhirnya aku selesai juga menjelajahi beberapa bagian Museum Nasional ini. Meskipun pada akhirnya aku tak bisa menjelajahi keseluruhan sudut museumnya karena sedang direnovasi. Bahkan aku juga nggak bisa ketemu ama si gajah berbelalai satu yang merupakan ikon museum ini. Agak kecewa sih, tapi mau gimana lagi kan cuy. Hanya bisa berharap di lain waktu aku bisa jelajahi museumnya secara keseluruhan dan bisa melihat patung gajah berbelalai satu itu.

Selain itu aku juga udah cukup senang karena akhirnya aku bisa melihat langsung fosil manusia purba dan batu prasasti yang selama bertahun-tahun ini hanya kulihat dari gambar di buku dan internet doang. Tapi hari ini aku bisa melihatnya langsung secara dekat. Aih... berkesan banget.

Setelah itu aku pun beranjak untuk melanjutkan petualangan di Jakarta menuju Tugu Monumen Nasional alias Monas, ikonnya Kota Jakarta. Tapi sayangnya pagar Monas di depan Halte Monas malah ditutup dan setelah aku bertanya pada petugas transjakarta, katanya cara masuk ke Monas ada dua gerbang yang pertama belok ke kiri dan yang kedua belok ke kanan dan jaraknya sama-sama jauh.

Damn! Akhirnya di tengah cuaca Kota Jakarta yang panas itu aku jalan kaki deh menelusuri trotoar menuju pintu gerbangnya. Nggak abis pikir juga sih, kenapa namanya Halte Monas tapi gerbang depan Monasnya malah ditutup. Mending ganti jadi halte Museum Nasional woy. Lebih cocok tuh.

#EmosiKarenaPanas

Setelah bermenit-menit berjalan sambil membawa backpack dan setelah beberapa kilogram berat badanku ilang, akhirnya nyampe juga di depan pintu gerbangnya. Dan anjrit, dari gerbangnya menuju Tugu Monas pun jauh banget.

 Huah.. semangat.
Monas masih jauh
Sejarah Monumen Nasional

Monumen Nasional atau yang lebih akrab disebut Monas ini mulai dibangun pada 17 Agustus 1961 diarsiteki Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono dengan rancang bangunnya berkonsep Lingga dan Yoni. Tugu Obelisk yang menjulang tinggi melambangkan Lingga yang berarti laki-laki sementara pelataran cawan adalah Yoni yang melambangkan perempuan.

Tinggi Monas sendiri adalah 132 meter dan dipuncaknya terdapat cawan yang menopang nyala obor perunggu yang beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 kilogram dan pada perayaan 50 tahun kemerdekaan, lembaran emasnya dilapis ulang hingga mencapai 50 kilogram. 

Gilaaa... dibeliin lepat dapat berapa bijik tuh.

Penjelajahan di Monas

Untuk masuk ke Monas dan naik ke puncaknya sebenarnya nggak seberapa sih harga tiketnya. Tapi yang bikin keselnya, aku harus beli kartu Jakarta One sebagai tiket masuk. Kartunya juga bisa dipake untuk masuk ke museum di Kota Tua dan Museum Nasional yang sialnya pagi tadi malah udah ku kunjungi duluan. Akhinya nih kartu cuma ku pake di Monas doang, soalnya besok juga udah nggak di Jakarta.

Setelah membeli tiket, aku pun beranjak ke museum di bawah tugu Monas yang dihubungkan terowongan. Museum ini bernama Museum Sejarah Nasional yang berada di kedalaman 3 meter di bawah permukaan tanah. Di dalamnya terdapat berbagai diorama yang menampilkan sejarah Indonesia sejak masa prasejarah hingga masa orde baru.
Museum Sejarah Nasional
Kemudian aku beranjak menuju pelataran puncak. Namun antriannya itu lho, panjang banget, padahal aku ke sini bukan hari libur. Hingga akhirnya aku ngantri selama 2 jam baru bisa naik lift ke puncak pelataran Monas. Aih... rasanya badan pegal-pegal ngantri selama itu.

Tapi nggak apa-apa deh, soalnya begitu nyampe di atas, aku bisa memandangi Kota Jakarta dari ketinggian 115 meter. Sejauh mata memandang yang terlihat adalah gedung-gedung pencakar langit yang memenuhi sudut-sudut Jakarta. Di salah satu sisinya aku juga melihat Masjid Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara. Kayaknya abis ini nanti bakal ke sana deh. 
Pelataran Puncak Monas
Pemandangan Jakarta dari puncak Monas
Masjid Istiqlal dari Puncak Monas
Sekitar 10 menit kemudian seluruh sisi pelataran puncak Monas ini udah ku jelajahi, dan aku pun memilih turun, karena pemandangan Jakartanya juga agak tertutup polusi sih. Rasanya agak nggak sebanding dengan ngantrinya yang selama 2 jam tapi di atas Cuma 10 menit. Tapi bisa lha, soalnya emang udah wajib ke Monas kalo ke Jakarta.

Selesai dari puncak Monas, aku kemudian turun ke pelataran cawan dan duduk nyantai di sana. Tapi  nggak lama sih, soalnya di satu sudut ada pasangan yang lagi duduk mesra-mesraan. Sialan nih pasangan, bikin iri aja uy, mana mereka nyante banget lagi. padahal nih pelataran lumayan asyik untuk nyantai, karena bisa memandangan luas kota Jakarta dan tempatnya juga luas.
Pelataran cawan Monas
Tugu Monas
 Akhirnya aku milih turun ke Ruang Kemerdekaan yang berada di bagian dalam cawan monumen. Di ruangan ini terdapat lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila, kemudian naskah proklamasi dan peta kepulauan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlapis emas.
Garuda Pancasila di Ruang Kemerdekaan

Selesai menjelajah setiap sisi Monumen Nasional ini, aku pun kemudian melanjutkan perjalanan dan tujuan selanjutnya adalah Masjid Istiqlal, masjid yang tadi ku lihat dari Puncak Monas dan masjid yang katanya terbesar di Asia Tenggara. Lets go..
Si ganteng yang unyu berfoto dengan latar Monas
Kosakata:
Lepat: Makanan dari pisang, ubi, atau tepung yang dibungkus daun pisang dan dikukus.