Selasa, 29 Maret 2022

Mie Celor, Santapan Siang yang lezat di Palembang

Mie celor Palembang
Mie celor Palembang

“Abis nih mau kemana lagi kak?”

Sejenak aku ngelihat jam.

“Emmm... kayaknya udah waktunya makan siang sih. Kamu ada rekomen nggak? Yang khas Palembang ya.” Tanyaku pada si dia.

“Kalo pempek gimana kak?”

“Ya jangan pempek juga dong. Yang lain gitu buat makan siang.” Mentang-mentang lagi di Palembang, pempek mulu yang ditawari.

“Ahahaha.... Mie celor? Pindang? Sate?” Ujarnya memberi saran yang berbeda.

“Mie celor? Gimana tuh?

“Mie celor itu mie pake touge, telur rebus, daun bawang, bawang goreng, terus disiram pake kuah santan dan kaldu udang. Enak deh kak.”

Boleh juga tuh. Hayuk tunjukin arahnya.

Alamat Mie Celor Palembang

Jadi mie celor Palembang itu ada banyak yang jualan, tapi yang paling terkenal itu Mie Celor 26 Ilir H. M. Syafei Z yang ada di jalan KH. Ahmad Dahlan, 26 Ilir, Kecamatan Bukit Kecil, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Lokasinya nggak jauh dari Pasar 26 Ilir, jadi selain menimat kuliner mie celor di sekitar sini juga bisa menikmati pempek dan belanja oleh-oleh seperti kemplang. 

Mie celor Palembang
Berada di dekat Pasar 26 Ilir Palembang

Rasa Mie Celor

Sesampainya di tempat, aku segera memesan mie celor. Seporsi mie celor hangat pun terhidang. Mie, kuah kaldu udang, kuah santan, ada telur rebusnya, udang, bawang goreng dan daun sopnya juga dalam satu piring.

Begitu disendok, beuh.... mantap cuy. mienya lembut dengan rasa udang dan santan yang kuat. tambahan bawang goreng dan daun sopnya juga membuat wanginya tercium nikmat. Bisa kubilang rasa mie celor ini memiliki kemiripan ama rasa mie rebus Medan. Yang berbeda hanya rasa dari kuahnya, soalnya kuah mie celor memiliki rasa santan yang kuat sehingga terasa kelapa dan gurihnya. Sedangkan mie rebus Medan kuahnya lebih pekat ke rempah dan udang.

Tak terasa seporsi langsung ludes ke dalam perut. Ahhhh... kenyangnya. 

Mie celor Palembang
Seporsi mie celor Palembang
Mie celor Palembang
Kecap dan sambal

Mie celor Palembang
Daftar cabang mie celor

Oh ya, seporsi harganya Rp.22.000 

Rabu, 02 Februari 2022

Al-Quran Al Bayat, Museum Al-Qur’an Raksasa di Palembang

Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
Bayt Al-Qur'an Al Akbar Palembang

“Kak, jalan ke museum Al-Qur’an Al Akbar yang mana ya?” ucapku tanpa sadar ketika masih terpana melihat dia merapikan rambutnya yang tergerai karena hembusan angin dari Sungai Musi.

“Jalan ini aja Mas, terus aja sampe lewat dari bawah jembatan. Ntar museumnya ada di sebelah kanan jalan. Bisa naik angkot tujuan Bukit Siguntang” Jawabnya sambil berusaha menjelaskan sedetail mungkin arah ke museum tersebut.

“Terima kasih ya.”

“Sama-sama Mas.” Jawabnya dengan senyum yang manis.

Duh, kayaknya ada yang nyetrum pas liat senyumnya. :D

Al-Quran Al Bayat

Al-Quran Al Bayat atau lebih dikenal juga dengan nama Museum Al-Quran Raksasa adalah sebuah wisata religi yang ada di Kota Palembang. Museum ini menyimpan lembaran mushaf yang diukir di kayu tembesi berukuran raksasa.

Alamat Al-Quran Al Bayat

Museum Al-Quran Al Akbar terletak di Pondok Pesantren Al Ihsaniyah di Jalan Moh. Amin, Gandus, Kecamatan Gandus, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Museum ini teletak tak jauh dari aliran Sungai Musi.

Tiket Masuk dan Jadwal Buka

Harga tiket masuk ke Museum Al-Quran Al Akbar cukup murah kok, perorang dewasanya dikenakan biaya Rp. 20,000 dan anak-anak sebesar Rp. 15.000 perorangnya. Museum ini dibuka dari jam 09.00 wib sampe jam 17.00 wib.

Oh ya, bagi pengunjung yang ingin masuk ke dalam harus berpakaian yang menutup aurat. Kalo kalian datang dengan pakaian terbuka, tenang aja. Di pintu masuknya disediakan peminjaman kain sarung, hijab dan pakaian yang tertutup kok. 

Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
Bayar tiket dulu cuy

Koleksi Museum

Setelah membayar tiket masuknya, aku pun segera masuk ke dalam museum ini. Dari pintu masuknya aja udah terdapat lembaran-lembaran mushaf Al-Quran berukuran raksasa. Semakin ke dalam, semakin banyak lembaran-lembaran yang tersusun rapi. Hingga akhirnya aku sampe di ruangan utama yang dinding-dindingnya terdiri dari lembaran Al-Quran yang mencapai atap. Terdapat juga tangga menuju ke atas untuk melihat lembaran-lembaran mushaf Al-Quran secara dekat. 

Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
Lembaran mushaf di bagian depan
Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
Lembaran mushaf Al-Quran raksasa
Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
diukir di atas lembaran kayu tembesi

Lembaran Al-Quran ini dipahat di atas kayu tembesi. Kayu ini dipilih karena tahan lama dan tidak mudah dimakan rayap. Warna dasar kayu yang coklat dipadukan dengan huruf arab timbul berwarna kuning dengan ukiran motif kembang di bagian tepi ornamen khas Palembang membuat mushaf ini indah dipandang dan enak dibaca.

Di sini terdapat 30 Juz ayat suci Al-Quran yang terdiri dari 630 halaman dengan tiap lembarnya berukuran 177cm x 140cm x 2,5 cm. Jika digabungkan, ketebalannya mencapai 9 meter sehingga dinobatkan sebagai AL-Quran terbesar dan terberat di dunia oleh MURI.

Pembuatannya sendiri dimulai sejak tahun 2002 dan selesai pada tahun 2009. Dananya berasal dari donatur dan tidak kurang dari Rp. 2 miliar. Wow!!! Oh ya, selain museum, di sini juga ada fasilitas lainnya seperti warung makanan, toko pakaian muslim hingga batik khas Palembang. 

Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
Ada pakaian khas Palembang dan singasana penganti juga
Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
ada toko pernak-pernik juga

Setelah puas mengagumi keindahan Museum Al-Quran Al Akbar, aku pun kembali melanjutnya petualangan di Bumi Sriwijaya dan tujuan selanjutnya adalah menikmati Mie Celor, mie khas Palembang sebagai menu makan siang. 

Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
Siganteng yang unyu di Museum Al-Quran rakrasa

Rabu, 26 Januari 2022

Museum Sriwijaya, Bukti kebesaran Kerajaan Sriwijaya di masa lampau

Museum Sriwijaya
Museum Sriwijaya

Tap.. tap.. tap.. tap...

Setelah cukup puas menikmati berbagai peninggalan sejarah dan budaya yang ada di Museum Balaputera Dewa dan Rumah Limas, aku kembali melangkahkan kaki untuk menjelajah sudut-sudut wisata yang ada di Kota Palembang, Sumatera Selatan, sang Kota Pempek.

Langkah kakiku kemudian membawaku ke daerah pinggiran Sungai Musi. Cuaca panas Kota Palembang yang cukup menyengat lumayan terobati dari hembusan angin Sungai Musi yang terasa menyejukkan.

Seger juga.

Di sini aku berencana mengunjungi Museum Sriwijaya. Museum yang menyimpan bukti kebesaran Kerajaan Sriwijaya di masa lampau.

Alamat Museum Sriwijaya

Museum Sriwijaya terletak di dalam Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya di Jalan Syakyakirti, Karang Anyar, Kota Palembang. Museum ini diyakini berdiri di bekas kawasan istana Kerajaan Sriwijaya di masa lalu. Museum ini juga letaknya tak jauh dari Sungai Musi yang dulunya menjadi jalur perdagangan internasional. 

Museum Sriwijaya
Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya

Tiket masuk dan jadwal buka Museum Sriwijaya

Sebelum menjelajahi isi museum, aku harus membeli tiket masuknya. Pertama ada tiket masuk ke dalam Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya seharga Rp. 3000 dan udah bebas buat jelajahi bagian tamannya. Selanjutnya aku membayar lagi Rp. 2000 untuk tiket masuk ke dalam museumnya.

Oh ya, museum ini buka setiap hari kecuali hari senin dan hari libur nasional. 

Museum Sriwijaya
Tiket masuk Museum Sriwijaya

Isi Museum Sriwijaya

Museum Sriwijaya menyimpan berbagai benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya berupa artefak, seperti prasasti, arca, manik-manik, keramik, hingga kayu pecahan kapal dan kemudinya. Beberapa artefak utama adalah prasasti yang menggambarkan kebesaran Kerajaan Sriwijaya seperti Prasasti Kedukan Bukit yang berisi tentang perjalanan Raja Sriwijaya bersama ribuan pasukannya dan memperoleh kemenangan. 

Museum Sriwijaya
Prasasti kedukan bukit
Museum Sriwijaya
Translate Prasasti Kedukan Bukit

Selanjutnya ada Prasasti Telaga Batu yang menceritakan struktur birokrasi pemerintahan Sriwijaya dan berbagai macam pekerjaan lainnya. Dan terakhir ada Prasasti Talang Tuo yang menceritakan pendirian Taman Srikesetra untuk masyarakat Sriwijaya.

Selain Prasasti, juga ada banyak artefak lainnya seperti kayu pecahan kapal dan kemudinya yang menjadi bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim. Lalu ada banyak juga pecahan keramik yang menjadi bukti bahwa Sriwijaya pada masanya adalah pusat perdagangan. 

Museum Sriwijaya
Info tentang Kerajaan Sriwijaya
Museum Sriwijaya
Berbagai situs temuan peninggalan Sriwijaya
Museum Sriwijaya
Pecahan kayu kapal
Museum Sriwijaya
Artefak keramik

Terakhir, di museum ini juga banyak ditemukan arca Budha dan Hindu. Meskipun Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang bercorak Budha. Namun jika dilihat dari banyaknya artefak Hindu yang ditemukan menjadi bukti bahwa sejak dahulu sudah terbentuk toleransi dan keberagaman yang kuat di Bumi Sriwijaya.

Mantap. 

Museum Sriwijaya
Arca di depan museum

Setelah puas menjelajahi tiap sudut Museum Sriwijaya, aku pun keluar dari museum ini dan berencana melanjutkan petualangan. Sebenarnya masih ada Taman Sriwijaya yang menarik untuk dikunjungi, tapi entah kenapa rasanya mau ke tempat yang lain aja deh.

Aku kembali menyusuri jalanan di tepian Sungai Musi ini hingga sesaat mataku terpaku pada seorang gadis berkaos hitam berambut panjang yang baru keluar dari sebuah gang.

Perlahan langkah kami semakin mendekat,

Sepertinya manis juga.” Ucapku dalam hati.

Tiba-tiba angin dari Sungai Musi bertiup dan membuat rambutnya tergerai. Spontan dia merapikan rambutnya dan....

Busyet, manis banget sih. Serius!”.

“Kak, Jalan ke Museum Al-Quran Al Akbar yang mana ya?” Ucapku tanpa sadar ketika terpana melihatnya merapikan rambutnya yang tergerai. 

Museum Sriwijaya
Siganteng yang unyu di Museum Sriwijaya

To be continued.....

Kamis, 20 Januari 2022

Bagian Dalam Rumah Limas Di Museum Balaputera Dewa Palembang

Rumah Limas Palembang
Rumah Limas Palembang

            Hai sahabat backpacker, gimana kabarnya? Semoga sehat-sehat aja ya. Aamiin...

Berhubung kemarin banyak yang protes karena aku nggak masuk ke dalam Rumah Adat Limas yang ada di Museum Balaputera Dewa, Palembang. Jadi aku ke sini lagi untuk masuk ke dalam rumah adat tersebut.

Ya nggak lah! Acem betul aja gara-gara itu aku balik lagi ke Palembang.

Jadi beberapa hari yang lalu kami dikabari oleh Balai Diklat Keagamaan Palembang bahwa sertifikat latsar yang kami ikuti di bulan Oktober udah keluar, jadi harus diambil langsung ke sana. Busyet! Kukira bakal dikirimin ke Bengkulu.

Atas dasar penghematan biaya, jadi dari Provinsi Bengkulu yang ada 68 orang CPNS , diwakili 4 orang yang berangkat ke sana dan aku salah satunya. Sebenarnya aku nggak mau berangkat sih, soalnya lagi nggak enak perut. Tapi karena teman-teman yang lain nggak ada yang mau, ya udah deh. Toh gratis. Muhehehehehe.....

Setelah urusan sertifikat tersebut selesai, maka esoknya sebelum bus travel yang membawa kami kembali ke Bengkulu menjemput, aku menyempatkan untuk jalan-jalan sejenak di Kota Pempek ini. Dan tujuanku adalah, Rumah Adat Limas Palembang

Rumah Limas Palembang
Pernah menghiasi uang Rp. 10.000

Alamat Rumah Adat Limas

Rumah adat Limas berada di dalam komplek Museum Balaputera Dewa yang beralamat di Jalan Srijaya, No. 1, Rw 5, Srijaya, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Kota Palembang. Museum ini letaknya masih ada di sekitar pusat kota Palembang, bahkan museum ini juga nggak jauh dari Stasiun LRT RSUD Prov Sumsel. Jadi mudah banget deh kalo mau ke museum ini.

Sejarah Rumah Adat Limas

Konon Rumah Adat Limas ini sudah berdiri sejak tahun 1830, pada zaman Kesultanan Palembang dan merupakan peninggalan Pangeran Arab yang bernama Syarif Abdurrachman Alhabsi dan Syarif Ali. Rumahnya pun masih berdiri kokoh karena dibangun dari bahan kayu tembesu dan ulin yang terkenal kuat dan tahan air.

Dulunya rumah ini berada di tepian sungai Musi yang merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Palembang dan sekarang dipindahkan ke belakang Museum Balaputera Dewa.

Isi Rumah Adat Limas

Setelah membayar tiket masuknya yang seharga Rp. 2000 aja, aku segera ke bagian belakang museum, langsung ke Rumah Adat Limasnya.

 Bagian pertama adalah Pagar Tenggalangong yang merupakan tempat bersantai. Pagarnya bernama Lawang Kipas dan bisa dibuka sehingga bisa menjadi teras dan biasanya digunakan sebagai tempat hajatan. 

Rumah Limas Palembang
Pagar Tenggalangong
Rumah Limas Palembang
Dari pagar Rumah Limas

Kemudian di depannya ada sebuah ruangan yang dilengkapi berbagai perabotan seperti lemari kayu, meja dan kursi hingga ada yang mirip dengan singgasana. Kemudian juga ada beberapa koleksi unik seperti tengkorak kepala rusa, piano tua, lampu minyak dan lemari kaca yang berisi berbagai keramik dan guci. 

Rumah Limas Palembang
Bagian dalam Rumah Limas
Rumah Limas Palembang
Lemari kayu
Rumah Limas Palembang
Kursi dan meja
Rumah Limas Palembang
Kayaknya lampu minyak sih
Rumah Limas Palembang
Tengkorak rusa
Rumah Limas Palembang
Piano tua
Rumah Limas Palembang
Guci dan keramik

Beranjak kebagian dalam ada dua kamar yang dulu dijaga pengawal khusus karena merupakan kamar pengantin dan kamar tamu kehormatan. Di dalamnya ada tempat tidur dan perabotan kamar. Selanjutnya ada ruangan untuk menerima tamu kehormatan. Di bagian belakang ada ruang kerja yang biasanya digunakan sebagai dapur dan tempat menenun bagi anak perempuan pemilik rumah. Terakhir ada ruangan sesimbur pengantin yaitu tempat mandi pengantin. 

Rumah Limas Palembang
Tempat menerima tamu
Rumah Limas Palembang
Kamar pengantin atau kamar tamu kehormatan 
Rumah Limas Palembang
Peralatan tenun

Setelah itu ada jembatan penghubung dengan rumah satunya, namun rumah satunya ini lebih berfungsi seperti gudang, tempat menyimpan berbagai peralatan dan koleksi lainnya. 

Rumah Limas Palembang
Jembatan penghubung
Rumah Limas Palembang
Ukiran khas

Puas menjelajahi isi dalam Rumah Limas, aku kembali beranjak ke depan rumah dan saatnya berfoto dengan latar Rumah Adat Limas bareng uang Rp. 10.000 emisi tahun 2004 yang bergambar rumah ini.

Oh ya, berhubung aku nggak bawa uangnya, jadi aku minjem uang Rp. 10.000 milik museum ini yang sudah dilaminating. Dan syarat peminjamannya cuma meninggalkan KTP.

Cekrek.. cekrek.. cekrek.. hmm... mantap juga ya. :D

Rumah Limas Palembang
Berfoto di depan Rumah Limas

Senin, 13 Desember 2021

Rumah Adat Limas di Museum Balaputera Dewa, Palembang, Sumatera Selatan

Rumah Adat Limas
Rumah Adat Limas, Palembang Sumatera Selatan

Tap.. tap.. tap.. tap..

Aku berjalan santai keluar dari Museum Balaputera Dewa Sumatera Selatan. Tapi rasanya ada yang kurang, cuma apa ya???? Hmmm?????

Begitu nyampe di halaman museum, baru deh keinget kalo di museum ini ada Rumah Adat Limas yang pernah nongol di uang Rp. 10.000 emisi tahun 2004. Owalah.... buru-buru aku masuk kembali ke dalam museum. Padahal tadi udah pamit ama penjaga museumnya. Wkwkwkwkwk...

“Mbak, rumah adatnya sebelah mana ya? Kok tadi kagak kelihatan?” tanyaku pada mbak-mbak manis penjaga tiket masuk museum.

“Oh, ada di sebelah belakang Mas. Dari sini lurus aja, ntar belok kiri, ikuti aja jalannya sampe ke belakang. Di sini juga sedia peminjaman uang Rp. 10.000nya Mas kalo mau foto bareng uangnya.” Jawab si mbak sambil nunjukin uang Rp. 10.000 yang dilaminating.

“Makasih infonya Mbak. Uangnya saya bawa kok kalo untuk foto ama uangnya.” Jawabku.

Kalo fotonya ama Mbak gimana?” kata-kata ini cuma kuucapin dalam hati. wkwkwkwk

Setelah itu aku bergegas kembali masuk ke dalam museum, menelusuri lorong-lorong panjang yang membawaku ke sisi belakang museum. Di sana berdiri kokoh rumah adat limas yang pernah menghiasi uang Rp. 10.000 tersebut.

Alamat Rumah Adat Limas

Rumah Limas terletak di dalam komplek Museum Balaputera Dewa yang beralamat di Jalan Srijaya, No. 1, Rw 5, Srijaya, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Kota Palembang. Museum ini letaknya masih ada di sekitar pusat kota Palembang, bahkan museum ini juga nggak jauh dari Stasiun LRT RSUD Prov Sumsel. Jadi mudah banget deh kalo mau ke museum ini.

Rumah Adat Limas
Museum Balaputera Dewa

Sejarah Rumah Adat Limas

Rumah Limas adalah rumah adat alias rumah tradisional Sumatera Selatan. Dinamakan Rumah Limas karena rumah ini memiliki atap yang berbentuk seperti limas. Umumnya rumah limas didirikan di tepi sungai untuk memudahkan kegiatan sehari-hari seperti mencuci pakaian, atau perabotan dapur.

Arsitektur Rumah Adat Limas

Rumah Limas dibangun dengan gaya rumah panggung dan dihiasi berbagai ukiran khas Palembang yang dipasang pada tingkat dan kusen. Arsitektur Rumah Limas juga memiliki filosofi tersendiri. Bangunannya terdiri dari lima tingkat dan tiap tingkat memiliki makna dan fungsi yang berbeda-beda.

Sayangnya saat aku ngunjungi rumah adat ini sedang ada kegiatan dari satu kampus sehingga aku nggak bisa mengeksplore lebih jauh lagi tentang rumah adat ini. Tapi cukup lah untuk mengobati rasa penasaranku akan bentuk asli rumah adat yang pernah mampang di uang Rp. 10.000 tersebut.

Saatnya melanjutkan petualangan ke destinasi selanjutnya.

Rumah Adat Limas
Si ganteng yang unyu di Rumah Adat Limas