Sabtu, 26 September 2020

Fort Marlborough, Benteng Inggris di Kota Bengkulu

Benteng Marlborough

Hai sahabat backpacker...

Setelah kemarin diselingi cerita petualanganku kampung sendiri, yaitu Wisata Hutan Mangrove Silau Laut dan Pesona Alam Sureng yang keduanya berada di Kabupaten Asahan. Maka sekarang aku mau melanjutkan kisah petualanganku di Bumi Rafflesia alias Tanah Bengkulu.

Baca juga: Wisata Baru di Asahan, Pesona Alam Sureng

Wisata Alam Mangrove Silau Laut, Pesona Baru di Asahan

 Setelah sebelumnya aku mengunjungi Pantai Tapak Paderi, Pondok Sendal Jodoh hingga Benteng Jepang, aku pun kembali melanjutkan perjalanan ke Fort Marlborough, sebuah benteng besar peninggalan Inggris ketika menduduki wilayah Bengkulu.

Alamat Fort Marborough

Benteng Marlborough ini beralamat di Jalan Benteng, Kebun Keling, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. Kalo dari Benteng Jepang itu nggak begitu jauh sih, bahkan dinding dan puncak Benteng Marlborough dapat terlihat. Hanya saja pintu masuknya ada di sisi lain, jadi aku harus berjalan  memutar sekitar 600 meter di bawah teriknya sengatan matahari pesisir.

Fuuhhh... gerah juga cuy, syukurnya angin dari pantai cukup mendinginkan tubuh ini.

Tiba juga di Fort Marlborough

           Sejarah Fort Marlborough

Fort Marlborough alias Benteng Marlborough merupakan sebuah benteng peninggalan Inggris. Benteng ini didirikan oleh East India Company (EIC) sebuah kompeni dagang Inggris pada tahun 1713 dan selesai pada tahun 1719 di bawah pimpinan gubernur Joseph Callet sebagai benteng pertahanan Inggris. Katanya benteng ini merupakan benteng terkuat Inggris di wilayah Timur setelah Benteng St. Geogre di Madras, India.

Meskipun disebut terkuat kedua, benteng ini juga pernah dibakar oleh rakyat Bengkulu hingga pihak Inggris harus mengungsi ke Madras. Pada tahun 1724 mereka kembali setelah dilakukan perjanjian. Namun pada tahun 1793 kembali terjadi serangan dan mengakibatkan seorang opsir Inggris, Robert Hamilton, tewas. Dan kemudian tahun 1807, residen Thomas Parr juga tewas. Keduanya diperingati Inggris dengan mendirikan monumen-monumen di Kota Bengkulu.

Makam Inggris di Fort Marlborough

Berani macam-macam sih ama orang Indonesia

Setelah Inggris menukar wilayah Bengkulu dengan Singapura kepada Belanda, benteng ini pun berganti kepemilikan kepada Belanda. Setelah itu benteng ini juga sempat menjadi milik Jepang pada masa Pendudukan Jepang. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, benteng ini menjadi markas TNI-AD hingga tahun 1977, benteng ini diserahkan kepada Depdikbud untuk dipugar dan dijadikan bangunan cagar budaya. Saat ini pun Fort Marlborough menjadi salah satu objek wisata yang wajib dikunjungi saat berwisata di Bengkulu.

Bung Karno dan Fort Marlborough

Benteng ini juga punya kaitan sejarah dengan Bapak Proklamator Indonesia, Bung Karno saat beliau diasingkan Belanda ke Bengkulu. Ketika itu Hitler menyerang Negeri Belanda, oleh karena itu mereka memanggil Bung Karno untuk membangunkan sebuah monumen peringatan. Namun Bung Karno malah menumpuk tiga buah batu kecil dan berkata, meminta seorang tahanan yang meminta kemerdekaan atas rakyatnya untuk membangunkan sebuah tugu karena bangsa lain merebut kemerdekaan negeri mereka, maka cuma itu yang mau dikerjakannya.

Sungguh heroik sekali Bung Karno.

Fort Marlborough Saat Ini

Setelah mengusap keringat yang menetes di jidat, aku pun segera membeli tiket masuknya yang seharga Rp. 5000 perorang dan segera memasuki Benteng Marlborough ini. Benteng ini dibangun di atas bukit buatan dan menghadap ke Kota Bengkulu dan memunggungi Samudera Hindia. Bentengnya dibangun berbentuk kura-kura dengan lima sudut penjagaan. Di sekeliling bentengnya dibuat parit sehingga untuk memasuki bentengnya melalui jembatan kayu. Konon dulunya jembatan ini bisa diangkat dengan rantai. 

Harga tiket masuknya
Parit benteng dan jembatan penghubung

Setelah melalui jembatan tersebut, terdapat dua ruangan di kanan dan kiri. Dulunya ruangan ini difungsikan sebagai penjara. Namun sekarang ruangan ini dijadikan sebagai museum yang berisi tentang alasan kedatangan Bangsa Eropa ke Nusantara hingga perjuangan Bangsa Indonesia, khususnya Rakyat Bengkulu dalam melawan penjajahan Bangsa Asing. 

Senjata tradisional Bengkulu


Blok penjara di Benteng Marlborough
Harta, salah satu alasan penjajahan

Di depannya terdapat sebuah lapangan luas berumput hijau, di lapangan ini juga berjejer meriam-meriam. Di bagian ujung terdapat ruangan yang dulunya menjadi kantor EIC dan sekarang menjadi kantor pengurus Benteng Marlborough, ruang baca, mushalla hingga toilet. Sedangkan di sisi kanan terdapat dua ruang pameran yang berisi sejarah pembangunan Benteng Marlborough ini termasuk bahan bangunannya, detail arsitekturnya hingga miniatur Benteng Marlborough. Di ruang pameran satunya terdapat sejarah tokoh-tokoh yang pernah ada di Bengkulu, seperti yang tokoh yang membangun benteng ini, tokoh Sir Stamford Raffles hingga Bung Karno yang pernah diundang ke benteng ini. 

Halaman benteng dan denahnya

Jejeran meriam di halaman Benteng Marlborough

Rumput hijaunya cantik

Kantor EIC

Penjelasan peluru meriam

Bahan pembangunan benteng

Miniatur Benteng Marlborough
Sir Stamford Raffles

Bagian terakhir yang kukunjungi di benteng ini adalah bagian atasnya. Posisinya yang berada di atas bukit membuat pemandangan dari atas benteng terlihat jelas. Di depan sana terdapat pemandangan Kota Bengkulu, sedangkan di bagian belakang terhampar lautan luas dari Samudera Hindia.  

Keren cuy.

Benteng Marlborough dari sisi atas

Samudera Hindia di belakang benteng
Kota Bengkulu di sisi depan benteng
Meriam di sisi atas benteng


Kalian kapan ke sini? 

Backpacker ganteng di Benteng Marlborough

Kamis, 24 September 2020

Wisata Baru di Asahan, Pesona Alam Sureng

Pesona Alam Sureng

Hai sahabat backpacker... selamat datang di blognya orang ganteng dan unyu yang suka berpetualang. :D

Setelah kemarin aku berbagi cerita tentang objek wisata baru di Kabupaten Asahan yang bernama Wisata Alam Mangrove Silau Laut. Maka kali ini aku mau berbagi lagi cerita tentang objek wisata baru yang masih berada di Kabupaten Asahan dan bernama Pesona Alam Sureng.

baca juga: Wisata Alam Mangrove Silau Laut, Pesona Baru di Asahan

Perjalanan ini bermula ketika salah satu temanku mengunggah foto Pesona Alam Sureng ini dan membuatku cukup penasaran. Saat itu bertepatan pula salah seorang temanku mengajak untuk jalan-jalan kalo lagi ke Kisaran.

Bang, kapan ke Kisaran? Jalan-jalan yok!” begitulah kira-kira chat dari Ratri, salah seorang temanku yang tinggal di Kota Kisaran.

Boleh. Kebetulan Abang hari senin ini ada agenda verifikasi di Kisaran.” Jawabku.

Aku ama temenku si Dila yang Bang, soalnya kalo pacarku si Gusti nanyain, kan ada alibi.” Chatnya lagi.

Ahahaha… iya-iya.” Balasku cepat.

Btw, si Ratri ini emang udah punya pacar sih dan katanya pacarnya ada di luar provinsi. Oh ya, alasan aku mau diajak jalan bukan karena mau jadi orang ketiga loh. Tapi lebih seru aja kalo jalan-jalan itu ada temennya. Toh dia yang ngajak juga kan? Dan dia bareng temennya juga kok. jadi amanlah.

Kalo bisa pagi yang Bang, soalnya aku masuk shift jam 2.” Kata Ratri lagi.

oke deh! Jam 9 juga udah beres kok itu” balasku yakin.

Tapi….

Pukul 8 pagi.

Pukul 9 pagi

Pukul 10 pagi

Aku dan beberapa orang yang punya agenda yang sama di hari itu masih mengunggu. Namun petugas verifikasinya tak kunjung hadir meski kami telah menunggu sejak pagi hari. Sedangkan hp ku sudah penuh dengan chat dari Ratri yang menanyakan kepastian buat jalan-jalan.

Dan akhirnya lewat pukul 10.20 pagi barulah kami mendapat kepastian kalo ternyata lokasi verifikasinya dipindah ke kantor.

Owalah…. Capek nunggunya dari tadi cuy. -_-

Setelah menyelesaikan agenda tersebut, aku pun bergegas menemui Ratri dan kami pun segera menuju objek wisata Pesona Alam Sureng. Namun lagi-lagi muncul kendala, ban belakang motorku bocor dan harus ditampal.

Sambil menunggu abang Kang Tambal menambal ban motorku yang bocor, aku menatap lekat-lekat parasnya Ratri.

Kenapa Bang?” Tanya Ratri dengan wajah yang bersemu merah.

Kagak. Cuma mau liat kira-kira kamu dijampi-jampi apaan sih ama si Gusti, kok banyak amat kendalanya saat jalan ama kamu. Mulai dari verifikasi yang telat sampe ban yang bocor.” Jawabku.

Ahahaha…” Dila cuma tertawa mendengar penjelasanku sedangkan Ratri memanyunkan bibirnya.

Tapi emang bener sih, mungkin nih cewek dijampi ama cowoknya kalo jalan ama orang lain biar kena kendala. Wkwkwkwk… atau mungkin ini hukuman karena jalan ama pacar orang ya?

Hmmmm…. Tapi nggak mungkinlah, soalnya aku kan orang yang baik hati dan tujuanku cuma buat temen jalan-jalan doang.

Iya kan?

Iya kan?

Dan akhirnya setelah menunggu beberapa saat, si motor udah bisa dibawa melaju kembali. Tak lama kami pun tiba di objek wisata yang di maksud.

Alamat Pesona Alam Sureng

Objek wisata Pesona Alam Sureng ini terletak di Sei Renggas, Kecamatan Kota Kisaran Barat, Kabupaten Asahan. Kalo dari pusat Kota Kisaran tempat ini cuma sekitar 10 menit berkendara doang melalui Jalan Lintas  yang menghubungkan antara Kota Kisaran dengan Kecamatan Mandoge dan Kabupaten Simalungun. Objek wisata ini juga tak jauh dari SMK Negeri 2 Kisaran.

Tiket Masuk Pesona Alam Sureng

Untuk tiket masuknya cukup murah sih, persepeda motornya dikenakan biaya Rp. 5000 aja dan sudah termasuk biaya parkir. Sedangkan mobil dikenakan biaya Rp. 10.000 aja. Di sini juga ada beberapa pondok-pondok untuk keluarga dan perpondoknya dikenakan biaya Rp. 10.000. Namun jika tak ingin duduk di sana, masih terdapat banyak kursi-kursi lain yang tersebar di sekitar sini dan untuk duduk di sana, cukup pesan minuman doang.

Pondok Rp. 10.000

Pemandangan Pesona Alam Sureng

Setelah membayar tiket masuk, aku pun segera memasuki kawasan Pesona Alam Sureng. Gerbang depan dengan tulisan “Selamat Datang di Pesona Alam Sureng” pun menyambut kami. Di belakangnya terdapat jejeran payung yang tergantung di antara dahan-dahan sawit. 

Selamat datang di Pesona Alam Sureng

Payung warna-warni bergantungan

Objek wisata utama di Pesona Alam Sureng ini adalah aliran Sungai Silau. Sungai ini mengalir dari wilayah Simalungun dan Mandoge, membelah Kota Kisaran dan kemudian menyatu dengan aliran Sungai Asahan di wilayah Tanjung Balai hingga akhirnya mengalir ke Selat Malaka.

Sungai Silau di Pesona Alam Sureng

 Sungai Silau yang ada di dekat Pesona Alam Sureng ini berkelok-kelok dan alirannya cukup lebar. Airnya memang tidaklah jernih, apalagi di musim penghujan seperti ini. Namun karena permukaan sungainya yang lebar dan berkelok, membuat suasana di sekitar Pesona Alam Sureng ini jadi adem karena angin yang bertiup dari arah sungai cukup kencang.

Sebagai sebuah objek wisata yang baru dibuka, tempat ini sudah memiliki fasilitas yang cukup lengkap seperti pondok, bangku-bangku, warung jualan, toilet dan yang paling utama adalah spot foto kekinian. Spot-spot foto kekinian yang disediakan pun ada beragam seperti payung-payung yang menggantung diantara pohon sawit, pintu kemana saja, spot berbentuk love, rumah kincir dan  yang paling utama yaitu perahu cinta, sebuah spot berupa haluan perahu yang menghadap langsung ke aliran Sungai Silau. 

Perahu Cinta

Tetap pake masker cuy

Minggu, 20 September 2020

Wisata Alam Mangrove Silau Laut, Pesona Baru di Asahan

Wisata Alam Mangrove Silau Laut

Hai sahabat backpacker, selamat datang di blog nya orang ganteng dan unyu yang suka berpetualang. :D

Kali ini aku mau berbagi cerita tentang objek wisata yang baru aja di buka di desa sebelah tempat tinggalku. Namanya adalah Wisata Alam Mangrove Silau Laut.

Alamat Wiata Alam Mangrove Silau Laut

Objek wiata baru ini terletak di perbatasan antara Desa Silau Baru di Kecamatan Silau Laut dengan Desa Pematang Sei Baru, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan. Bahkan jalan masuknya pun dari sisi Desa Pematang Sei Baru sih. Btw, Pematang Sei Baru itu adalah nama desaku dan di sini ada banyak kepiting dan udang segar. 

Udang asli kampungku

Promosi. Wkwkwkwkwk

Untuk menuju tempat ini telah disediain jalan tanah melalui perkebunan sawit dan tambak udang milik masyarakat. Namun biar lebih greget, aku dan sepupuku memutuskan untuk mengunjungi objek wisata ini via laut dengan menggunakan perahu milik sepupuku. Karena kami perginya pun beramai-ramai bareng keluarga, jadi cocok juga menggunakan perahu. 

Berperahu rame-rame

Brmmm.... brmmmm....

Meski sore itu anginnya bertiup cukup kencang, namun perjalanan via laut ini cukup lancar. Cuma baju aja yang sedikit basah, terkena cipratan ombak. Serta ponakanku yang menangis ketakutan karena perahunya bergoyang-goyang. Sebagai Incek alias Oom yang baik, aku pun menakutinya hingga dia menangis lebih keras.

Wkwkwkwkwkwk…

Dasar oom nggak ada akhlak 


Perjalanan via laut
Pohon manggrove di tepi laut

Tak begitu lama kami pun tiba di sebuah sungai kecil dengan alirannya yang tenang. Deburan ombak dari lautan terhalang akar-akar pohon mangrove yang ada di sekitar sini. Setelah menambatkan perahu, petualangaan kami di Wisata Alam Mangrove Silau Laut pun di mulai. 

Sungai kecil menuju objek wisatanya

Oh ya, sebelum itu bayar tiket masuknya dulu sih, perorangnya dikenakan biaya masuk Rp. 5000 saja dan anak-anak gratis biaya masuk. Mantap.

Pemandangan di Wisata Alam Mangrove Silau Laut

Sesuai namanya, Wisata Alam Mangrove Silau Laut ini menawarkan pemandangan alam hutan mangrove dan tepi lautnya dengan berbagai pohon mangrove yang rimbun dan aneka satwa liarnya.

Di sini pihak pengelola sudah membuatkan sebuah jembatan dari batang-batang kayu yang memanjang menuju tepi laut. Di sisi jembatan itu kita bisa melihat rimbunnya hutan mangrove dengan berbagai jenis pepohonan seperti bakau, api-api dan lain-lain. Di sisi satunya juga terdapat satu sungai kecil dengan aliran airnya yang tenang. Sedangkan di bagian ujung bisa terlihat lautan luas dari Selat Malaka.

Wisata Alam Mangrove Silau Laut
Berbagai jenis mangrove


Selain pepohonan, di sini juga bisa melihat berbagai satwa liar, terutama jenis unggas seperti bangau putih, elang, camar dan jenis burung lainnya. Jika beruntung juga bisa bertemu kera, lutung serta biawak yang habitatnya memang ada di sekitar hutan mangrove ini. 

Burung Elang terbang di atas pepohonan mangrove

Di bagian ujung jembatan, pihak pengelola juga telah menyediakan pondok-pondok untuk bersantai. Pondok ini bebas dipakai siapa saja dan tidak dikenakan biaya lagi. 

Pondok di Wisata Alam Mangrove

Karena ini merupakan piknik bersama keluarga, jadi kami memutuskan untuk memakan bekal yang di bawa dari rumah di pondok tersebut. Rasanya mantap juga, menikmati makanan dengan pemandangan berupa hutan mangrove, lautan luas dan suara kicauan burung. 

Pemandangan di Wisata Alam Mangrove
Backpacker ganteng di Wisata Alam Mangrove Silau Laut

Jumat, 03 Juli 2020

Pantai Tapak Paderi, Pondok Sendal Jodoh dan Bunker Jepang


Hai sahabat backpacker...

Selamat datang di blog backpack sejarah, blognya orang imut dan tampan. Gimana kabar kalian? Semoga sehat selalu ya. Aamiin...
Pantai Tapak Paderi

Setelah sebelumnya aku sholat dan beristirahat sejenak di Masjid Jamik Bengkulu yang punya hubungan erat dengan Ir. Soekarno, dan kemudian dilanjutkan dengan menikmati semangkok bakso di pelataran masjidnya, aku lantas melanjutkan penjelajahan di Bumi Rafflesia dan sekarang tujuanku adalah Pantai Tapak Paderi.

Baca juga :

Masjid Jamik Bengkulu, Masjid Bersejarah Yang Punya Hubungan Erat Dengan Soekarno


Lokasi Pantai Tapak Paderi

Pantai Tapak Paderi ini terletak di Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. Kalo dari Masjid Jamik sekitar 2 kilometer jauhnya. Tapi karena cuaca siang itu cukup terik, jadi aku mutusin buat naik ojol aja ke pantai tersebut.

Brrrmmmm.... Brrmmm...

Bang, bang, kayaknya pantainya udah lewat.” Ucapku pada si abang ojol saat melihat posisi yang ditunjukin di GPS.

Oh iya, Pantai Tapak Paderi ya, bukan Pantai Zakat.” Jawab si abang ojol sambil memutar kembali motornya.

Busyet.... Jauh banget melengnya si abang ini. 😑

Setelah menyerahkan helm, aku kemudian menyusuri jalan setapak menuju tepian pantai dan taraaaa...
Tanda masuk ke Pantai Tapak Paderi

View Pantai Tapak Paderi

Selamat datang di Pantai Tapak Paderi

Pantai Tapak Paderi ini cukup cantik juga, pasirnya berwarna putih kecoklatan dengan tekstur halus dan lembut di kaki. Di tepian pantainya juga terdapat beberapa perahu yang sedang bersandar. Pantainya yang membentuk teluk juga membuat pemandangan di pantai ini cukup cantik karena di seberang sana jadi terlihat daratan dengan kontur perbukitan yang hijau. Perpaduan pasir putih kecoklatan, lautan biru dari Samudera Hindia dan perbukitan hijau cukup indah juga buat dipandangi.

Pantai Tapak Paderi juga merupakan pantai yang cukup bersejarah bagi Kota Bengkulu. Karena pantai ini menjadi pelabuhan laut pertama di Bengkulu dan dulunya juga dijadikan jalur perdagangan oleh Bangsa Inggris dan Belanda ketika mereka menjajah Tanah Bengkulu.

Sendal Jodoh

Di salah satu sudut Pantai Tapak Paderi ini terdapat dinding dari bambu yang ditempelin ratusan sendal bekas. Tempat ini dinamakan pondok sendal jodoh. Nama tersebut digunakan karena katanya sendal-sendal bekas ini biasanya tersisa separuh doang, padahal sendal itu harus sepasang. Nah, harapannya adalah agar pengunjung pantai ini juga bisa menemukan pasangannya, biar jodoh.

“Cuy, sendal aja punya pasangan, kau kok kagak?”

-_-

“Njir, dikalahin ama sendal dong.”

Ah, lanjutlah. Ide pembuatan Pondok Sendal Jodoh ini sebenarnya karena keprihatinan nelayan setempat atas banyaknya sampah botol plastik dan sendal bekas yang hanyut terbawa arus laut. Jadilah mereka membuat tempat ini untuk mengingatkan masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan.

Udah gitu, siapa sih yang iseng amat ngebuangin sendal ke lautan. Emangnya ada yang mau make gitu? Putri duyung aja kagak bisa pake sendal kok, wong tubuhnya setengah ikan. Jadi, kawan-kawan, janganlah buang sampah sembarangan. Oke?

Selain ditempelkan pada dinding bambu, sendal-sendal bekas ini juga dikreasikan menjadi bentuk kupu-kupu hingga tulisan I love you. Awalnya aku pengen berfoto dengan latar kreasi itu sih. Tapi setelah ku pikir ulang, fix, hasilnya bakal keliatan kalo aku jomblo. Jadi kuurungkan aja niatku tersebut.
Pondok Sendal Jodoh

Kreasi I Love You dari sendal bekas
Satu hal yang cukup mengganggu saat aku mengunjungi pantai ini, yaitu sepinya pengunjung. Malah cuman aku doang yang ada di sini. Pas kutanyain ama abang-abang yang lagi duduk santai merokok di pinggir pantai, katanya pantai ini ramenya jam 4 sore ke atas. Soalnya mereka mau nikmati sunset di pantai ini. Kalo siang gini, nggak ada pengunjung, panas cuy. Karena sepi itulah aku pun memutuskan untuk tak berlama-lama di pantai ini. Khawatirnya ntar aku diculik putri duyung pulak. Bahaya.

Bunker Jepang

Aku pun melanjutkan kembali perjalananku dan sekarang tujuanku adalah Benteng Marlborough yang letaknya cuma beberapa ratus meter doang dari pantai ini.

Tap.. tap.. tap.. aku melangkah santai, hingga akhirnya mataku terfokus pada satu bangunan dari beton berbentuk persegi dengan atap setengah lingkaram. Kondisinya yang tak terawat sempat membuatku berpikir kalo bangunan ini toilet umum. Sampe akhirnya aku melihat plang yang bertuliskan kalo bangunan ini adalah sebuah bunker Jepang. Sebuah bangunan yang termasuk dalam cagar budaya peninggalan dari masa penjajahan Jepang ketika tahun 1942-1945.

Aku kemudian singgah sejenak untuk melihat-lihat bangunan bersejarah ini. Sepertinya bunker ini dibangun Jepang untuk menjaga pelabuhan yang ada di sekitar Pantai Tapak Paderi dari serangan Pasukan Sekutu. Kondisi bunker ini kurang terawat sih, bagian dalamnya kosong dan kotor namun bangunannya terlihat masih cukup kokoh.
Bunker Jepang

Bagian dalam bunker
Setelah selesai melihat-lihat, aku pun kembali melanjutkan perjalananku menuju Benteng Marlborough. Tap.. tap.. tap... To be continued 
Sang backpacker di depan Bunker Jepang


Rabu, 17 Juni 2020

Masjid Jamik Bengkulu, Masjid Bersejarah Yang Punya Hubungan Erat Dengan Soekarno


Hai sahabat backpacker...
Masjid Jamik Bengkulu

Nggak kerasa, udah lama juga nih nggak nulis, keenakan makan kue lebaran soalnya. Wkwkwkwk... Becanda kok, beberapa waktu belakangan ini jaringan Telkomsel di tempatku bermasalah, jadi cukup mengganggu kegiatan. Akhirnya jadi males buat nulis, padahal pengen nulis. 🤣


Nah, sekarang aku mau ngelanjutin kisah petualanganku saat berada di Bumi Rafflesia alias Kota Bengkulu.

Setelah sebelumnya aku mengunjungi Rumah Ibu Fatmawati dan mengagumi patung beliau di Simpang Lima Ratu Samban, aku pun berjalan kaki menelusuri trotoar pusat kota Bengkulu menuju Masjid Jamik Bengkulu, masjid yang memiliki kisah erat dengan Presiden Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.

Baca juga:

Mengunjungi Rumah Ibu Fatmawati di Bengkulu

Berhenti Sejenak di Simpang Lima Ratu Samban

Lokasi Masjid Jamik Bengkulu

Masjid Jamik Bengkulu beralamat di Jalan Letjen Soeprapto, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu. Lokasinya berada tepat di sebuah persimpangan di pusat kota dan nggak jauh dari Simpang Lima Ratu Samban, sekitar 10 menit berjalan kaki.

Sejarah Masjid Jamik Bengkulu

Masjid Jamik Bengkulu awalnya sebuah surau kecil yang berada di Kelurahan Bajak. Barulah pada abad ke-18 masjid ini dipindahkan ke lokasi saat ini oleh Daeng Makulle, seorang Datuk Dagang dari Tengah Padang. Saat itu bangunan Masjid Jamik Bengkulu masih sederhana dan masih berbahan kayu dengan atap yang terbuat dari rumbia. Oleh karena itu, ketika musim hujan daerah sekitar masjid menjadi becek dan kotor.

Maka ketika Presiden Soekarno diasingkan oleh Belanda ke Bengkulu, beliau pun merenovasi Masjid Jamik ini. Dananya dari swadaya masyarakat dan bahan bangunannya didatangkan dari Desa Air Dingin di Kabupaten Rejang Lebong dan Ketahun, Bengkulu Utara. Hingga sekarang, masjid ini sudah tiga kali direnovasi.
Termasuk Bangunan Cagar Budaya

Arsitektur Masjid Jamik Bengkulu

Masjid ini memiliki perpaduan antara arsitektur khas Sumatera dan Jawa, bangunannya pun memiliki tiga bagian inti, yaitu ruang ibadah, serambi dan tempat wudhu'.
Ruang Ibadah

Serambi masjid
Sebagai seorang arsitek, Bung Karno tidak mengubah keseluruhan bagian masjid, dindingnya hanya ditinggikan 2 meter dan lantainya 30 cm. Sedangkan yang dirancang Bung Karno adalah bagian atap dan tiang-tiang masjid.

Atapnya bertingkat tiga melambangkan iman, Islam dan ihsan. Sedangkan pada pilar-pilarnya terdapat ukiran-ukiran ayat suci Al-Quran dan pahatan-pahatan berbentuk sulur yang dicat warna kuning mas gading. Cakep cuy!
Tempat imam

Mimbar masjid
Setelah selesai beribadah dan kemudian mengagumi arsitektur masjid yang punya kaitan erat dengan Bung Karno, aku pun melanjutkan perjalanan di Bumi Rafflesia, let's go...
Backpacker unyu di halaman masjid