Tampilkan postingan dengan label Kapal. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kapal. Tampilkan semua postingan

Selasa, 02 Agustus 2022

Menyeberangi Selat Sunda

Selat Sunda
Selat Sunda
Selat Sunda
Selat Sunda

Allooooo teman-teman.....

Kali ini aku mau bercerita tentang petualanganku menyeberangi Selat Sunda. Selat Sunda adalah sebuah selat yang memisahkan Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa dan menghubungkan antara Laut Jawa dengan Samudera Hindia. Selat ini merupakan jalur pelayaran yang penting karena menghubungkan kedua pulau yang padat penduduknya dan banyak sumber dayanya.

Untuk menyeberangi Selat Sunda, bisa melalui pelabuhan Bakauheni yang ada di Lampung dan Pelabuhan Merak yang ada di Banten dengan jarak tempuh sekitar 2-3 jam pelayaran. 

Selat Sunda
Kapal-kapal di Selat Sunda
Selat Sunda
Kapal penyeberangan di Selat Sunda

Ada banyak kapal penyeberangan yang beroperasi 24 jam di selat ini dan terbagi atas 2 kategori, yaitu kapal eksekutif dan kapal reguler. Kapal eksekutif biasanya waktu tempuhnya lebih pendek dan kapalnya lebih gede daripada kapal reguler namun harga tiketnya di atas harga tiket kapal reguler.

Namun harga tiketnya tetap terjangkau kok dan bagi yang naik bus kayak aku, harga tiket bus udah termasuk harga tiket kapal. Jadi nggak perlu bayar lagi cuy. Mantap!

Ini adalah pengalaman pertamaku menyeberangi Selat Sunda. Meski udah pernah beberapa kali ke Pulau Jawa, tapi itu semua naik pesawat. Baru kali ini aku mencoba ke Pulau Jawa pake naik bus.

Bus CSH 88 yang kutumpangi tiba di pelabuhan Bakauheni sekitar jam 6 pagi. Bus kemudian diarahkan ke dermaga 3 dan kemudian bus pun masuk ke dalam lambung kapal. Setelah bus terparkir, semua penumpang harus naik ke atas geladak kapal, tidak boleh di dalam bus. Selain untuk keselamatan, juga untuk meminimalisir kehilangan barang-barang penumpang.

Meski kapal reguler, kapal ini cukup lengkap dan nyaman. Di bagian depan ada ruangan lesehan untuk supir, kemudian ada ruang VIP, tapi kayaknya bayar sih. Lalu ada juga toilet dan musholla. Di bagian belakang terdapat banyak bangku-bangku yang nyaman lengkap dengan penjual makanan dan minuman. Tapi harga makanannya mahal banget cuy. Wkwkwkwk... 

Selat Sunda
Deck B
Selat Sunda
Ruang lesehan
Selat Sunda
Dilengkapi sekoci dan jaket keselamatan
Selat Sunda
Bagian depan kapal
Selat Sunda
Deck paling atas

Aku kemudian memilih untuk naik ke bagian paling atas kapal, ada beberapa kursi dan meja di atas sini. Hanya saja tanpa atap, kalo siang pasti panas banget. Tapi karena masih pagi, jadi masih nyaman dan bisa memandangan sekitar lebih jelas.

Tak lama kapal pun meninggalkan pelabuhan Bakauheni. Di sepanjang pelayaran, mata ini dimanjakan pemandangan indah dari Selat Sunda. Di bagian belakang terlihat Pulau Sumatera yang berbukit-bukit dan di salah satu bukitnya terdapat menara singer yang berwarna keemasan. Menara Singer ini katanya ikon Bakauheni. 

Selat Sunda
Menara Singer

Di sepanjang jalur pelayarannya juga banyak pulau-pulau beragam ukuran, seperti Pulau Dua, Pulau Kandanglunik, Pulau Prajurit hingga Pulau Sangiang. Pulau yang hijau berpadu dengan air laut kebiruan membentuk pemandangan yang luar biasa. Apalagi ada banyak kapal-kapal lain yang berlalu lalang juga. Jadi makin cakep uy pemandangannya. Oh ya, di kejauhan juga terlihat Anak Gunung Krakatau yang terkenal itu loh. Tapi jauh sih posisinya. 

Selat Sunda
Pemandangan di Selat Sunda
Selat Sunda
Ada pulau-pulau kecil
Selat Sunda
Pagi di Selat Sunda

Buat para petualang, sesekali boleh deh dicoba sensasi menyeberangi Selat Sunda ini. Nggak nyesel deh.

Setelah hampir 3 jam di atas Selat Sunda, akhirnya kapal yang kami tumpangi bersandar di Dermaga 3 Pelabuhan Merak. Aku segera kembali naik ke atas Bus CSH dan bersiap melanjutkan perjalanan menuju Jakarta. Let’s Go!!! 

Selat Sunda
Siganteng yang unyu di Selat Sunda

Jumat, 11 Desember 2020

Menyeberangi Danau Toba dari Parapat ke Pulau Samosir

Menyeberangi Danau Toba
Hamparan luas Danau Toba

Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum musim hujan melanda

            Jangan traveling ke wisata air selama musim hujan. Berbahaya!!!

Hai sahabat backpacker, gimana kabar kalian?

Kalo kabarku sih baik-baik aja. Tapi di sini sekarang lagi musim musim hujan cuy. Meskipun kampungku kagak kerendam banjir, tapi akses jalan keluar kampungnya pada tenggelam, baik yang ke arah kotamadya maupun ke arah kota kabupaten. Jadinya ribet deh kalo mau kemana-mana.

Berhubung lagi kagak bisa kemana-mana, jadi kali ini aku mau cerita tentang perjalananku beberapa waktu yang lalu. Perjalanan ini kulakuin saat belum musim hujan. Jadi masih aman lah. Dan tujuan perjalananku kali ini adalah Pulau Samosir yang ada di tengah Danau Toba.

Danau Toba

Danau Toba sendiri adalah sebuah danau tersebar se-Indonesia bahkan se-Asia Tenggara. Danau ini memiliki panjang hingga 100 kilometer dan lebar hingga 30 kilometer dan kedalamannya mencapai 505 meter. Danau ini berada di tengah pulau Sumatera bagian utara, tepatnya di kaldera Gunung Supervulkan Toba.

Ngomongin Danau Toba mungkin udah banyak juga sih kubahas di blog ini. Soalnya aku udah ngunjungi Danau Toba dari berbagai sisi yang berbeda. Mulai dari Parapat, Tigaras, Tongging, Silalahi, Porsea, Sigura-Gura hingga dari kota Balige. Semua tempat-tempat tersebut menampilkan keindahan alam Danau Toba secara sempurna dengan pemandangan yang berbeda-beda.

Tapi dari sekian banyak kunjunganku ke Danau Toba, selalu ada satu tempat yang selalu terlewat. Padahal tempat ini bisa dibilang salah satu tempat yang wajib dikunjungi kalo ke Danau Toba yaitu Pulau Samosir. 

Menyeberangi Danau Toba
Bukit hijau di sekeliling Danau Toba
Menyeberangi Danau Toba
Kapal-kapal yang sedang berlabuh

Pulau Samosir

Pulau Samosir adalah sebuah pulau vulkanik yang berada di tengah-tengah Danau Toba. Pulau ini termasuk dalam 10 pulau besar yang ada di tengah-tengah danau. Pulau Samosir juga punya banyak potensi pariwisata alam yang sangat menarik. Selain itu, di pulau ini juga tinggal suku Batak Toba dengan segala adat dan budayanya. Oleh karena itu, aku cukup tertarik untuk mengunjungi pulau yang satu ini.

Brmmm... brrmmm....

Dengan menggunakan sepeda motor aku melalui rute Kisaran-Perdagangan-Pematang Siantar-Parapat. Menjelang siang aku pun tiba di kota Parapat. Rencananya aku mau naik kapal ferri aja di Pelabuhan Ajibata. Tapi karena ribet buka peta di hp, akhirnya aku make GPS alias Gunakan Penduduk Setempat dan malah diarahkan ke Pelabuhan Tigaraja.

Menyeberangi Danau Toba

Pelabuhan Tigaraja ini melayani kapal motor yang membawa penumpang dari Parapat ke Tomok di Pulau Samosir. Di sini kapal motornya bertingkat dua dan bisa membawa sepeda motor, jadi motornya dijejerin di bagian samping kapal. Biaya penyeberangannya pun cukup terjangkau, perorangnya cuma dikenakan biaya Rp. 8000 aja dan untuk motor dikenakan biaya Rp. 10.000. 

Menyeberangi Danau Toba
Kapal motor penyeberangan Parapat-Tomok
Menyeberangi Danau Toba
Suasana di dalam kapal
Menyeberangi Danau Toba
Kapal melaju di tengah Danau Toba

Setelah beberapa penumpang menaiki kapal, kapal pun mundur secara perlahan dan meninggalkan pelabuhan Tigaraja untuk mengarungi Danau Toba. Dari lantai dua kapal ini pemandangannya indah juga, soalnya aku bisa memandangi luasnya danau Toba dengan airnya yang berwarna kehijauan. 

Di kanan dan kiri juga terlihat barisan perbukitan hijau di sisi danau sedangkan di bagian depan tak terlihat ujung danau ini. Sejauh mata memandang hanya terlihat hamparan danau yang begitu luas, rasanya seperti di tengah lautan saja.

Kondisi angin di tengah danaunya juga cukup kencang, sehingga kapalnya bergoyang-goyang terkena ombak. Rasanya jadi kayak mengarungi lautan aja cuy. Lautan ala Danau Toba. Seru!!!

Sekitar 30 menit kemudian aku pun tiba di Pelabuhan Sumber Sari yang ada di Tomok, Pulau Samosir. Hup... dan sekarang aku udah resmi nginjakin kaki di Pulau Samosir. Selamat datang di Pulau Samosir, Negeri Indah Kepingan Surga. Petualanganku di Pulau Samosir pun dimulai. 

Menyeberangi Danau Toba
Kapal lain yang sedang melaju
Menyeberangi Danau Toba
Pelabuhan Sumber Sari Tomok

To be continued....

Minggu, 15 September 2019

Petualangan di Kapal Pesiar: Gala Dinner dan Hari Terakhir di Kapal

Hai sahabat backpacker, selamat pagi semuanya.
Pagi ini aku masih ada di atas kapal pesiar Superstar Virgo. Setelah bangun tidur, akupun Segera mandi dan berganti pakaian. Setelah itu, seperti rutinitas biasaku saat di kapal, aku pun naik ke sun deck untuk sekedar menghirup angin laut di pagi hari dan melihat sunrise. Tapi karena anginnya cukup kencang dan dingin, kali ini aku nggak berlama-lama di atas sini. Dingin uy...
Pagi di atas kapal pesiar
Setelah itu, aku pun turun ke resto favorit di kapal pesiar ini, yaitu Resto Mediterranian Buffet. Resto favoritku, soalnya di resto ini aku bisa ambil makanan sepuasnya dan semuanya gratis karena sudah termasuk dalam biaya tiket kapal. Mantap banget...

Menu sarapan pagi ini adalah nasi, mie goreng dan kentang goreng pake saos. Sedangkan minumannya adalah jus jeruk hangat. Beuh... Mantap uy. Meski sederhana tapi cukup nikmat kok, apalagi makannya di atas kapal pesiar. Awas iri ya. :p
Sarapan pagi ini
Saat sedang asyik menyantap sarapan sambil menikmati indahnya laut lepas di Laut China Selatan ini,  tiba-tiba pasangan yang duduk di sebelah, sarapan sambil suap-suapan. Sarapanku yang tadinya nikmat, tiba-tiba terasa hambar. -_-

Mending balik ke kabin dah...
Balik ke kabin cuy
Hari ini kami tidak memiliki agenda sih, soalnya hari ini kapal pesiar Superstar Virgo yang kami naiki ini memang tidak akan singgah di pelabuhan manapun. Tetapi akan terus berlayar seharian di lautan bebas kembali menuju Manila.
Laut China Selatan
Oleh karena itu, untuk mengisi waktu luang, kami hanya berkeliling kapal saja, melihat-lihat fasilitas dan berbagai ruangan yang belum kami lihat sebelumnya. Di kapal ini terdapat pusat perbelanjaan, ya kayak mall-mall gitu sih. Yang dijual juga banyak, ada koper, pakaian hingga jam tangan. Semuanya bermerek dan harganya muahal banget. Misalnya jam tangan, harganya sampe 1,5 jutaan yang paling murah. -_-

Sebenarnya toko-toko di dalam kapal pesiar ini adalah toko duty free, alias bebas dari pajak. Tapi karena yang dijual tuh barang bermerek dan mewah, ya tetap aja nggak cocok buat kantong backpacker kayak aku. -_-
Mall di dalam kapal pesiar
Di sini juga ada toko yang menjual cenderamata khas kapal pesiar ini. Hampir semua barangnya punya cap kapal pesiar, mulai dari gantungan kunci, mug, kaos, handuk, dan banyak lagi yang lainnya.
Souvenir khas kapal pesiar
Oh ya, di dalam kapal juga ada salon lho, sekali pangkas cuma sekitar 150-250 ribuan. Kayaknya kalo aku pangkas di situ, jadi ganteng banget deh. Wkwkwkwk...

Setelah kami selesai berkeliling, kami pun kembali bersantai dan bersiap untuk jamuan makan malam ntar. Soalnya ntar malam kami akan mengikuti acara gala dinner di restoran Genting Palace. Acara makan malam ini merupakan acara yang istimewa, untuk mengikutinya pun harus daftar terlebih dahulu.

Tepat jam setengah 7 malam, kami pun bersiap dengan pakaian batik yang rapi dan segera menuju Restoran Genting Palace yang ada di deck 6. Baru saja sampe di pintu masuknya, kami langsung disambut dua orang berpakaian jas hitam yang dengan sigap mengantarkan kami ke meja yang kami pesan.
Bangga pake batik di luar negeri

Satu persatu menu yang kami pesan pun datang. Mulai dari sup, salad, hidangan utama, hingga hidangan penutup. Semua menu yang disajikan rasanya sangat berkelas. Hidangan utamanya aja beef steak dan lobster. Btw lobster ternyata rasanya mirip rasa udang harimau, cuma lebih juice dikit. Oh ya, untuk hidangan penutupnya kami milih es krim dan lumayan bikin heboh, soalnya hiasan es krimnya berupa buah ciplukan, buah yang biasanya ada di hutan dan ladang belakang rumah. Tapi di sini malah jadi hiasan es krim berkelas.
Es cream dengan buah ciplukan
Selesai mengikuti Gala Dinner yang berkesan tapi ribet dengan sendok dan garpunya. -_- Kami kemudian pergi ke untuk menonton Gala Show: Memory Lane di Lido Theater. Show kali ini diisi acara tarian dan dansa yang diselingi dengan aksi akrobatik. Cukup menghibur.
Dengan selesainya pertunjukan, selesai pulalah agenda malam terakhir kami di kapal pesiar ini. Besok kami akan kembali ke Manila dan melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah.
Gala Show terakhir

Jumat, 23 Agustus 2019

Petualangan di Hong Kong: Mong Kok dan Pedestrian di Hong Kong

Brmm... Brmmm...

Kami kembali menyusuri jalanan Hong Kong dan kali ini kami naik bus tingkat. Bus tingkat memang salah satu moda transportasi yang cukup diandalkan di Hong Kong. Busnya nyaman, haltenya banyak dan menjangkau ke tempat-tempat wisata serta ongkosnya juga masih terjangkau untuk ukuran Hong Kong.

Kami naik bus ini dari halte yang ada di dekat Peak Tower. Dan kali ini aku memilih duduk di tingkat 2 di dekat jendela, biar puas nikmati pemandangan saat turun dari Victoria Peak. Victoria Peak ini pun memang keren, di sini kawasannya elit, rumahnya pun megah-megah. Sesekali juga terlihat gedung-gedung pencakar langit yang memenuhi kota Hong Kong.
Hong Kong dari Victoria Peak
Tujuan kami sekarang adalah halte di dekat stasiun MRT Admiralty, soalnya dari sana kami mau ngelanjutin naik MRT ke Mong Kok, pusatnya oleh-oleh di Hong Kong. Meski tadi udah beli beberapa benda di Peak Market, tapi masih kurang sih buat orang-orang di rumah. Ya sekalian nyari yang murah di Mong Kok.

Bus pun terus melaju dengan nyaman, pemandangan keren terus kami lihat di sepanjang perjalanan, hingga akhirnya bus pun berhenti di halte dekat Admiralty. Tapi dasar kaminya yang geblek, kami malah nggak sadar dan masih asyik nikmati pemandangan. Setelah bus berjalan beberapa meter, baru deh kami sadar kalo kami terlewat dari halte yang dituju. -_-

Mas Zudi huru-buru turun untuk memberitahu supir. Tapi kata supirnya, kalo mau berhenti harus nunggu halte selanjutnya, walaupun cuma terlewat 5 meter doang. Ya mau gimana lagi, jadi kami pun akhirnya nunggu bus berhenti di halte di selanjutnya yang syukurnya sih nggak begitu jauh. Baru deh kami turun.

Hup... Begitu menginjakkan kaki, kepala ku kembali mendongak, liatin gedung-gedung tinggi di sini. Lama-lama bisa sakit leher juga nih. -_-

Btw kami turunnya juga nggak jauh dari The Hong Kong Observation Wheel alias bianglala Hong Kong yang punya 42 gondola itu. Tapi kami nggak ke situ sih, katanya mahal uy.

Backpacker hemat
Bus tingkat Hong Kong dan The Hong Kong Observation Wheel

Gedung-gedung tinggi di Hong Kong

Dari halte, kami lantas berjalan kaki menuju Stasiun MRT Admiralty. Kerennya, pedestrian untuk pejalan kaki di sini tidak cuma ada di bawah doang, tapi ada juga pedestrian layang. Pedestrian layang ini keren banget, tempatnya bersih, banyak petunjuk arah dan terhubung ama halte, stasiun dan pusat perbelanjaan. Pemandangan dari pedestrian layang ini juga cakep.
Pedestrian layang di Hong Kong

Pemandangan dari pedestrian layang Hong Kong
Di sini aku bisa mengerti bagaimana Hong Kong bisa mengatasi kemacetan untuk kota sebesar ini. Pertama mereka memiliki moda transportasi umum yang lengkap, mulai dari mrt, bus, tram hingga ferry. Transportasi umum ini juga menjangkau hingga ke pinggiran kota dan harganya cukup terjangkau.

Yang kedua mereka memiliki pedestrian yang nyaman dan aman buat pejalan kaki. Malah nyaman banget. Jadi keinget pedestrian pejalan kaki di sini, jangankan mau nyaman, aman aja kagak dapat. Baru jalan kaki bentar, udah dikleksonin ama motor, bahkan mobil pun ada. -_-

Lanjut

Setelah tiba di stasiun Admiralty, kami pun kembali naik MTR menuju stasiun Mong Kok. Setibanya di Mong Kok, bingung juga sih mau nyari oleh-oleh dimana, soalnya nih tempat ternyata luas banget.
Jalan-jalan di Mong Kok

Saat itu lah aku bertemu 3 orang mbak-mbak berjilbab yang wajahnya Indonesia. Bisa nanya ama mereka nih, pikirku. Soalnya kalo nanya ama penduduk asli, ntar mereka jawabnya pake bahasa Mandarin, aku yang pusing. Bahasa Inggrisku aja masih kacau kok. -_-

“permisi mbak, numpang nanya dong, kalo nyari oleh-oleh di sekitar sini yang berupa makanan halal, dimana ya mbak?” tanyaku pada mereka.

“ @_#(#)-$$(#)” jawab si mbak. Jawaban yang bikin aku pusing.

Okelah mereka nggak jawab pake bahasa Mandarin, tapi mereka jawabnya pake bahasa Jawa. Hadewh... Aku bukan orang jawa atuh mbak, dan nggak bisa bahasa jawa juga. -_-

Tapi untungnya mas Dipta bisa bahasa Jawa, wong dia uwong Jawa Timur, akhirnya mereka yang ngobrol, saya mah pura-pura nyimak aja. Padahal kagak ngerti uy.

Setelah mereka pergi, baru deh mas Dipta jelasin ke aku dimana tempatnya dan aku pun segera otw ke toko yang dimaksud. Di sini aku cuma beli sejenis kue gitu dua box, buat orang-orang di rumah aja sih.

Selesai dengan oleh-oleh, kami kembali menyusuri Mong Kok ini dan nemu sesuatu yang unik. Jadi di tengah jalannnya, ada jalanan yang di tutup, di situ ada penyanyi dengan alat musiknya. Terus siapapun boleh berjoget bersama, kayak di Jogja gitu. Dan yang joget ternyata ini. -_-
Semangat amat si kakek
Puas di Mong Kok, kami kembali ke Tsim Sha Tsui, ada agenda yang harus kamu tonton di sana, yaitu A Symphony of Lights.

Lets go... 
Si ganteng yang unyu lagi di Mong Kok


Sabtu, 17 Agustus 2019

Petualangan di Hong Kong: Selamat datang di Hong Kong

Hai sahabat backpacker, selamat pagi semuanya.

Ya nggak pagi juga sih, soalnya pagi ini aku bangunnya lumayan kesiangan. Ya maklum aja lah, tidur di kabin kapal dengan rasa hotel bintang lima ini emang mantap banget. Kasurnya tuh empuk. Terus, walaupun lagi di kapal dan kapalnya lagi berlayar di lautan lepas, kapalnya nggak goyang-goyang, bikin tidur jadi nyenyak banget.

Rasa lelah di badan yang kemarin kecapekan karena keliling Kota Kaohsiung pun hilang. Jadinya siap deh buat jelajahi destinasi selanjutnya. Setelah setelah bersiap-siap, aku segera naik ke sun deck, mau liat-liat lautan lepas. Ternyata cuacanya cukup berkabut dan masih jauh dari daratan. Di sekililing cuma keliatan air laut doang.

Setelah beberapa lama kapal pesiar superstar Virgo ini berlayar, akhirnya aku mulai melihat beberapa kapal berukuran raksasa yang muncul dari balik kabut. Sepertinya kami udah deket ama tujuan. Dan benar aja, nggak lama kemudian aku melihat gugusan pulau-pulau kecil.

Gugusan pulau kecil ini cakep banget lho, pulau-pulaunya berbukit hijau, sedangkan pantainya berupa bebatuan. Dan di sekelilingnya dikelilingi air laut yang kebiruan. Serius, cakep banget.
Gugusan Pulau Hong Kong
Tak berapa lama, kapal pesiar ini mulai memasuki kawasan perairan Selat Victoria. Hong Kong. Di sini aku semakin terkagum-kagum. Karena masih daerah pinggiran pesisir Kowloon dan pesisir Pulau Hong Kong aja tapi kota ini sudah dipenuhi bangunan gedung-gedung pencakar langit. Di depan gedung-gedung itu terdapat jalan raya yang tiang pancangnya berdiri di atas Selat Victoria dan di sisi belakang, terdapat perbukitan hijau sebagai latar perkotaannya. Keren banget uy...
Kapal pesiar memasuki Selat Victoria
Lalu di perairan Selat Victoria yang memisahkan Semenanjung Kowloon dengan Pulau Hong Kong ini, ada berbagai macam kapal, mulai dari boat, perahu, yacht, hingga kapal-kapal berukuran besar seperti kapal ferry, kapal tanker, bahkan kapal pesiar pun ada. Keren....
Hong Kong dari Selat Victoria
Semakin memasuki perairan Selat Victoria ini, semakin membuatku terperangah, gilak! Kota ini super keren. Bahkan rasanya kota-kota yang pernah kukunjungi sebelumnya, kalah telak ama kota ini. Tapi karena cuaca yang semakin panas, aku akhirnya memilih masuk ke dalam kapal, dan memilih untuk makan siang seperti biasa di deck 7, di Resto Mediterranian Buffet. Resto gratis di kapal ini dengan menu yang bisa diambil sepuasnya.

Kali ini aku makan di sisi jendela, jadi bisa makan siang sambil menikmati lanskap kota Hong Kong dari atas kapal pesiar. Menu siang ini pun cukup enak, dengan lauk berupa udang dan daging ikan serta sayur. Menunya enak, pemandangannya cakep, beuh... Mantap banget lha.

Makan dengan pemandangan Hong Kong

Menu makan siang di kapal pesiar
Selesai kami makan siang, kapal pesiar Superstar Virgo ini pun tiba di pelabuhan Ocean. Sebagai penumpang kapal pesiar, kami mendapat keistimewaan dengan tidak lagi melewati imigrasi, langsung cus aja. Go...

Pelabuhan Ocean Terminal ini cukup besar, bahkan menurutku sih lebih mirip mall daripada pelabuhan, soalnya di setiap sudutnya terdapat gerai-gerai penjualan, mulai dari pakaian, barang branded, sampe gerai makanan pun banyak. Ternyata Ocean Terminal ini emang terhubung ama Harbour City, salah satu pusat perbelanjaan di Kota ini.
Superstar Virgo di Ocean Terminal

Pelabuhan Ocean Terminal

Harbour City
Tapi kami nggak berlama-lama di OceanTerminal ini, karena tujuan kami di Hong Kong ini adalah ngunjungi The Peak. Jadi kami segera keluar dari area pelabuhan berjalan menyusuri jalanan kota Hong Kong menuju stasiun mtr. Btw, mrt di Hong Kong emang dinamain MTR, singkatan dari Mass Transit Railway, perusahaan yang menjalankan mrt di Hong Kong.

Rencananya kami ke The Peak dengan menaiki Peak Tram. Jadi kami akan naik mtr dari stasiun Tsim Sha Tsui. Sebelum naik tentunya beli tiket dulu, tiket mtr ini ada yang untuk sekali jalan dan ada juga yang harian, berhubung kami cuma sehari doang di kota ini, jadi kami milih tiket sekali jalan aja.
Tsim Sha Tsui Stasiun
Untuk ngebeli tiketnya ada vending machina yang tersedia, caranya pun cukup mudah, cukup pilih stasiun tujuan, tentukan jenis tiket, pastikan destinasi dan biaya, masukin uangnya, dan taraa... Tiket dan uang kembaliannya akan keluar dari mesin.
Vending Machina tiket mtr
Suasana di dalam MTR
Berhubung ini pengalaman pertamaku naik mrt, jadi rasanya keren aja gitu, meskipun aku nggak dapat tempat duduk sih. Tak beberapa lama, kami tiba di stasiun tujuan, Stasiun Admiralty yang ada di Pulau Hong Kong. Jadi ternyata jalur mrt nya lewah terowongan bawah laut. Keren uy....

Keluar dari stasiun, kami pun menyusuri jalanan kota Hong Kong menuju stasiun Peak Tram. Tapi sepanjang jalan, kepalaku ngeliat ke atas mulu sih, gedungnya tingi-tinggi uy dan bangunannya sangat megah.
Gedung pencakar langit di Hong Kong
Selain itu, jalanan di Hong Kong ini juga cukup nyaman, pedestrian pejalan kaki yang disediakan cukup luas dan aman dan rambu-rambu petunjuk arah juga cukup banyak tersedia. Saat menuju peak tram, kami juga melewati satu bangunan unik yang ternyata adalah bangunan St. John's Cathedral, katanya sih ini salah satu gereja tua dan bersejarah di Hong Kong.
Rambunya lengkap

Lanskap Kota Hong Kong

Jalan-jalan di Hong Kong

St. John's Cathedral Hong Kong
Akhirnya setelah beberapa lama berjalan, kami sampe juga di stasiun Peak Tram. Nggak capek sih, cuma leher ku doang yang capek liat gedung tinggi. Tapi pas kami nyampe, kami sangat kecewa, karena ternyata yang antri banyak banget, udah mirip orang-orang nungguin pembagian sembako, cuma yang ini lebih tertib. -_-
Antriannya cuy. -_-
Karena waktu kami yang singkat, akhirnya kami batal naik Peak Tram dan memilih transportasi lain untuk menuju The Peak yaitu taksi. Btw ada cerita menarik juga sih saat mau naik taksi, jadi saat itu kami ngelihat ada taksi kosong yang berhenti di pinggir jalan, jadi langsung aja kami mau masuk dan bilang ke supir tujuan kami. Tapi kami ditolak olehnya, dia bilang kalo mau naik taksi, harus nunggu di titik penjemputan taksi, yang jaraknya cuma 10 meter dari kami. Dia nggak mau kami naik taksinya kecuali nunggu dulu di situ, ya ampun... Tertib banget dah nih kota. Salut uy. Akhirnya kami pun nunggu di situ, baru deh dikasi naik.

Brmmm... Brmmm... Berangkat....
Si ganteng yang unyu di Selat Victoria Hong Kong