| Danau Di Atas |
Yuhuuu... selamat pagi, kawan-kawan! 🌤️
Pagi ini suasana di Perkebunan Kayu Aro begitu indah. Setelah semalam hujan deras mengguyur, hamparan
kebun tehnya tampak segar dan berkilau tertimpa cahaya matahari pagi. Di
kejauhan berdiri gagah Gunung Kerinci,
gunung api tertinggi di Pulau Sumatera. Bagian puncaknya sedang terselimuti
awan putih yang memanjang ke arah timur — terlihat megah sekaligus misterius.
Setelah sarapan pagi sederhana, aku bersiap melanjutkan
perjalanan touring bareng si Beamoy
(BeAT Gemoy). Rencananya hari ini aku akan menempuh rute dari Kerinci, Jambi menuju Payakumbuh, Sumatera Barat lewat jalur
Solok.
Brmmm... brmmm...
Aku mulai memacu si Beamoy dengan santai, menikmati udara
pagi yang sejuk sambil menatap pemandangan kebun teh dan gunung yang menjulang
megah di belakangnya. Tapi belum juga jauh, kabut tebal turun perlahan menutupi
pandangan. Kabutnya begitu pekat sampai jarak pandang hanya beberapa meter
saja. Tak lama, hujan deras kembali turun.
Brrrrr... hadewh, kuyup lagi nih.
Aku buru-buru mengenakan mantel hujan dan memutuskan tetap
melanjutkan perjalanan. Padahal kalau cuacanya cerah, di sepanjang rute ini
banyak pemandangan yang bisa dinikmati. Jalur ini menuruni kaki Gunung Kerinci,
dan di beberapa titik ada air terjun yang terkenal seperti Air Terjun Telun Berasap. Tapi kali
ini aku harus fokus ke jalan, karena jalannya berkelok tajam dan menurun.
Jalannya juga cukup sepi, hanya sesekali terlihat rumah
penduduk di antara hutan dan perkebunan kayu manis. Selebihnya, hanya suara
mesin Beamoy dan rintik hujan yang menemani perjalanan pagi itu.
Melewati Nagari dan
Jalanan Licin
Setelah beberapa waktu, aku tiba di Muara Labuh, sebuah nagari di Kecamatan Sungai Pagu. Di sini
sebenarnya ada kawasan wisata yang terkenal, yaitu Nagari Seribu Rumah Gadang. Katanya, di dalam perkampungan itu
masih banyak rumah gadang asli yang masih dihuni warga dan terawat dengan baik.
Tapi karena cuaca yang kurang bersahabat, aku memutuskan melanjutkan
perjalanan.
Selepas Muara Labuh, aku tiba di Surian, salah satu kecamatan di Kabupaten Solok Selatan. Di sini
aku melihat beberapa rumah rusak akibat banjir bandang.
Syeremmmm... rasanya membayangkan
derasnya air yang turun dari pegunungan beberapa waktu lalu.
Dari Surian, jalan kembali menanjak. Aspalnya sudah mulai
rusak di beberapa bagian, banyak lubang yang harus kuhindari, membuatku tak
bisa memacu Beamoy dengan bebas. Tapi dari tanjakan inilah, pemandangan mulai
berubah — udara semakin dingin, dan bukit-bukit hijau mulai tampak di kejauhan.
Menyapa
Keindahan Danau Di Atas
| Di sekelilingnya hijau |
Tak lama kemudian, dari ketinggian di sebelah kiriku mulai
terlihat genangan air luas berwarna keperakan di bawah kabut tipis — Danau Di Atas.
Danau ini berada di Nagari Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti,
Kabupaten Solok, tepat di tepi jalan yang menghubungkan Kota Solok dengan Kerinci.
Meskipun hujan masih turun, pemandangannya tetap
menakjubkan. Airnya tampak seperti cermin
raksasa kelabu, memantulkan awan mendung yang menggantung di atasnya. Di
sekeliling danau berdiri perbukitan hijau yang memagarinya dengan rapat,
sementara pohon-pohon pinus di tepi jalan berdiri tegak seolah menjaga
keheningan tempat itu. Tak salah mereka menjuluki tempat ini dengan nama Swiss
dari Sumatera Barat.
Sesekali terlihat kabut tipis melayang di atas permukaan air,
membuat suasananya terasa magis dan tenang. Udara dingin menusuk kulit, tapi
pemandangan itu cukup membuatku terdiam sejenak.
| Meski hujan tapi tetap mempesona |
Berhubung hujan masih deras, aku hanya bisa mengabadikan
pemandangan sebisanya. Jujur aja, rasanya belum puas. Rencananya aku juga ingin
mampir ke Danau Di Bawah, yang
letaknya tidak terlalu jauh dari sini, tapi aku tidak menemukan
persimpangannya. Lagipula hujan malah makin deras.
Akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Danau Singkarak.
Brmmm... brmmm...
| Mendung tebal membuatku tidak puas menikmati keindahannya |
Seronok melayan perasaan berseorangan. Hati-hati mas.
BalasHapus