| Istano Basa Pagaruyung |
Brrmm...
brmmm...
Setelah
puas menikmati indahnya alam DanauSingkarak, aku kembali menarik gas Beamoy, si motor kesayanganku, untuk melanjutkan perjalanan
touring. Dari tepi danau ini, ada dua pilihan jalan — kalau lurus ke arah Kota Bukittinggi, tapi kalau belok ke
kanan, jalan itu akan membawaku menuju Batusangkar.
Emmmm.....
Setelah
berpikir sebentar, akhirnya kupilih jalur kanan. Gas kuy ke Batusangkar!
Brmmm...
brmmm...
Menuju Batusangkar
Jalanan
mulai menanjak, berkelok-kelok lembut di antara perbukitan. Di kiri-kanan,
pepohonan rindang membentuk lorong hijau yang seolah menyambut setiap putaran
roda motorku. Udara siang itu terasa segar, lembab khas pegunungan. Sesekali,
sinar matahari menembus sela-sela dedaunan dan memantul di kaca spion — membuat
suasana perjalanan makin syahdu.
Tak
sampai satu jam, akhirnya aku tiba di Kota
Batusangkar, ibukota Kabupaten Tanah Datar. Kotanya nyaman, tidak
terlalu ramai tapi hidup. Banyak bangunan yang masih mempertahankan arsitektur khas rumah gadang — atapnya
menjulang seperti tanduk kerbau, menandakan kuatnya budaya Minangkabau di
setiap sudut kota ini.
Istano Basa Pagaruyung
Dari
pusat kota, aku melanjutkan perjalanan menuju Istano Basa Pagaruyung, ikon sejarah sekaligus kebanggaan
masyarakat Minangkabau. Lokasinya berada di Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, sekitar
5 kilometer dari kota Batusangkar. Berada tepat di pinggir jalan utama, istana
ini mudah ditemukan — apalagi dengan latar belakang bukit dan tulisan besar “Pagaruyung” yang tampak megah dari kejauhan.
Istano
Basa Pagaruyung yang berdiri sekarang adalah replika dari istana asli Kerajaan Pagaruyung, yang dahulu sempat
hancur karena kebakaran. Replika ini dibangun kembali dengan tetap menjaga
keaslian arsitektur tradisional Minangkabau.
Bangunannya
berdiri gagah — tiga tingkat,
berdinding kayu, dipenuhi ukiran bermotif khas Minangkabau, dengan atap
ijuk hitam menjulang berbentuk gonjong
(tanduk kerbau). Dari depan saja sudah terasa aura megah dan sakralnya,
seolah membawa kita mundur ke masa kejayaan kerajaan Minangkabau.
| Arsitektur bangunannya sangat indah |
| Terdapat banyak ukiran khas Minangkabau |
Menjelajahi Bagian Dalam
Setelah
membeli tiket seharga Rp20.000,
aku pun melangkah masuk ke dalam istano. Saat pertama kali menginjakkan kaki di
lantai kayu yang mengilap, aku langsung terpesona oleh suasananya — hangat,
wangi kayu, dan terasa penuh sejarah.
Bagian
dalam kini difungsikan sebagai museum
budaya Minangkabau. Di ruang pertama, aku disambut deretan keramik kuno yang tersusun rapi. Di
sisi lain, ada pajangan kain yang
beragam. Salah satunya adalah kain sulaiman benang emas yang berkilau
keemasan.
| Koleksi keramik |
| Koleksi kain |
Naik ke lantai dua, yang disebut Anjungan Paranginan, dulunya menjadi tempat tinggal para putri raja yang belum menikah. Di sini aku menemukan koleksi benda-benda bersejarah seperti kapak batu, alat musik tradisional, hingga peralatan upacara adat.
| Anjungan Paranginan |
| berbagai koleksi di dalam Istano Basa Pagaruyung |
Sementara di lantai tiga, yang disebut Ruang Mahligai, tersimpan berbagai perhiasan dan alat kebesaran raja — termasuk mahkota kerajaan yang dulu menjadi simbol kekuasaan. Dari lantai ini aku menatap keluar jendela, terlihat pemandangan menakjubkan: di belakang istana berdiri Bukit Bungsu dengan tulisan “Pagaruyung”, dan di depan terbentang kota Batusangkar yang dikelilingi barisan perbukitan hijau.
| Ruang Mahligai |
| Pemandangan halaman istano |
| Pemandangan dari lantai tiga istano |
| Pemandangan di belakang istano |
Setelah
puas berkeliling dan menikmati setiap detail sejarah yang tersimpan di dalam
istano, aku pun kembali ke halaman depan. Angin sore berhembus lembut, membuat
bendera umbul-umbul berwarna hitam, merah dan kuning – warna khas Minangkabau
di halaman istana berkibar pelan.
Aku
menyalakan Beamoy lagi. Brmmm... brmmm...
Waktunya
melanjutkan perjalanan berikutnya — meninggalkan jejak roda di tanah yang dulu
pernah menjadi pusat kebesaran Kerajaan Minangkabau.
Info Singkat Istano Basa Pagaruyung
📍 Lokasi: Nagari Pagaruyung,
Kecamatan Tanjung Emas, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat
🕒 Jam buka: Setiap hari, pukul 08.00 – 17.00 WIB
🎟️ Harga tiket: Rp20.000/orang
🏛️ Daya tarik utama: Arsitektur rumah gadang bertingkat tiga, museum sejarah dan budaya Minangkabau, pakaian adat, serta panorama Bukit Pagaruyung.
🚗 Akses: Sekitar 15 menit dari pusat Kota Batusangkar, bisa dijangkau dengan kendaraan pribadi atau transportasi umum lokal.
| Backpacker ganteng dan imut di depan Istano Basa Pagaruyung |