Tampilkan postingan dengan label Tradisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tradisi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 08 Januari 2021

Batu Kursi Raja Siallagan, Wisata Seram di Pulau Samosir

Huta Siallagan
Huta Siallagan

Hai sahabat backpacker, setelah sebelumnya aku ke Bukit Beta untuk melihat matahari terbit, aku pun segera kembali ke penginapan untuk bersih-bersih dan bersiap untuk melanjutkan petualangan di Bumi Samosir.

Baca Juga: Menanti Sunrise di Bukit Beta Samosir

Setelah mandi dengan air hangat namun tetap terasa dingin, Brrrr... Samosir di pagi hari dingin banget cuy. Aku kemudian cek out dan memulai petualangan di Pulau Samosir. Tujuanku pagi ini adalah Batu Kursi Raja Siallagan, salah satu destinasi sejarah di Pulau Samosir.

Alamat Batu Kursi Raja Siallagan

Batu Kursi Raja Siallagan beralamat di Huta Siallagan, Desa Ambarita, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Objek wisata sejarah ini letaknya tak jauh dari Desa Tuktuk Siandong, sentra penginapan yang ada di Pulau Samosir.

Batu Kursi Raja Siallagan

Batu Kursi Raja Siallagan ini berada di Huta Siallagan. Huta Siallagan adalah sebuah huta alias kampung yang dulunya ditinggali oleh Raja Siallagan dan para rakyatnya. Huta ini memiliki dinding batu setinggi 1,5 hingga 2 meter sebagai pagarnya. Pagar batu ini dulunya berfungsi untuk melindungi huta dari serangan binatang buas maupun serangan dari huta lain karena dulunya di Pulau Samosir sering terjadi peperangan antar huta. 

Huta Siallagan
Pagar batu

Begitu memasuki gapuranya yang dijaga dua patung dan bertuliskan Huta Siallagan, langsung terlihat deretan rumah adat Batak Toba. Konon rumah-rumah ini udah berusia ratusan tahun dan masih terawat hingga sekarang. Rumah-rumahnya juga memiliki fungsi yang beragam, ada yang menjadi tempat tinggal raja dan keluarganya hingga ada juga yang menjadi tempat pemasungan penjahat. 

Huta Siallagan
Rumah Adat Batak Toba

Yang paling menarik adalah adanya kursi dan meja yang dipahat dari batu. Kursi dan meja inilah yang dinamain sebagai Batu Kursi Raja Siallagan alias Batu Persidangan. Batu Kursi Raja Siallagan ini dulunya menjadi tempat raja dan petinggi adat untuk mengadili para pelaku kejahatan atau pelanggar hukum adat.

Jika kejahatannya tergolong kejahatan kecil, maka hukumannya hanya berupa sanksi pemasungan. Tapi kalo kejahatannya tergolong kejahatan berat, maka sang pelaku akan dijatuhi hukuman pancung alias potong kepala. Glekk..

Sebelum hukuman pancung dilaksanakan, penjahat tersebut akan di bawa ke batu persidangan yang ada di bagian belakang. Di sini ia akan dibaringkan, kemudian dihilangkan ilmu hitamnya. Untuk membuktikan ilmu hitamnya telah hilang, maka telapak kakinya akan diiris dan diberi air asam.

Setelah itu, barulah hukuman pancung dilaksanakan. Oh ya, pemancungan ini dilakukan dalam sekali tebasan. Jika dalam sekali tebas, penjahatnya nggak mati atau kepalanya nggak putus, maka sang algojo yang akan menggantikan tempatnya. Glekk.

Bagian seramnya belum selesai. Setelah kepala sang penjahat terpenggal, maka dadanya akan dibelah, jantung dan hatinya dikeluarin dan diletakkan di atas piring. Setelah itu jantung dan hati tersebut akan dimakan raja dan petinggi adat lalu dibagikan juga kepada rakyatnya agar kesaktian si penjahat berpindah ke raja. Serem cuy.. serem. 

Huta Siallagan
Batu Kursi Raja Siallagan
Huta Siallagan
Tempat pemasungan
Huta Siallagan
Tempat pemancungan

Fasilitas di Wisata Batu Kursi Raja Siallagan

Selain batu persidangan dengan sejarah seram tersebut, di Huta Siallagan ini juga ada beberapa objek wisata menarik lainnya seperti melihat rumah adat Batak Toba yang berusia ratusan tahun, lalu juga ada patung sigale-gale, hingga sentra oleh-oleh yang berada di bagian belakang huta.

Huta Siallagan
Patung Sigale-Gale
Huta Siallagan
Souvenir Shop

Tiket Masuk ke Batu Kursi Raja Siallagan

Tiket masuknya murah meriah, karena perorangnya hanya perlu membayar Rp. 2000 doang. Yupz.. Rp. 2000 perorangnya. Murah banget.

Setelah puas melihat-lihat Huta Siallagan, aku pun kembali melanjutkan petualanganku di Pulau Samosir dan tujuanku selanjutnya adalah Museum Huta Bolon Simanindo

Huta Siallagan
Backpacker ganteng dan unyu di Huta Siallagan

To be continued...

Selasa, 22 Desember 2020

Boneka Sigale-Gale di Pulau Samosir

Boneka Sigale-Gale di Pulau Samosir
Boneka Sigale-Gale di Pulau Samosir

Hai sahabat backpacker, setelah sebelumnya aku ngunjungi Museum Batak Tomok, aku pun berencana untuk melanjutkan petualangan di Pulau Samosir ini dengan mengunjungi objek-objek wisata lainnya yang ada di pulau ini. Namun sebelum beranjak dari Pasar Tomok, aku singgah sebentar di objek wisata Sigale-Gale yang masih berada di dalam kawasan Pasar Tomok.

Baca juga: Museum Batak Tomok di Pulau Samosir

Alamat Wisata Boneka Sigale-Gale

Wisata pertunjukan tari boneka Sigale-gale berada di Desa Tomok, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Wisata satu ini masih berada di dalam kawasan Pasar Tomok dan terletak tidak jauh dari Makam Batu Raja Sidabutar serta Museum Batak Tomok. 

Boneka Sigale-Gale di Pulau Samosir
Selamat datang di Sigale-Gale

Sejarah Boneka Sigale-Gale

Boneka Sigale-Gale adalah sebuah boneka kayu yang diukir mirip manusia seukuran orang dewasa. Boneka ini juga dipakein pakaian khas Batak lengkap ama kain ulosnya.

Menurut sejarahnya, kisah boneka Sigale-Gale ini bermula dari kisah Raja Rahat dan putranya yang bernama Manggalae. Jadi suatu hari kerajaan mereka diserang oleh kerajaan lain. Untuk menghadapi invasi dari kerajaan lain tersebut, sang raja memerintahkan anaknya memimpin pasukan untuk berperang di perbatasan.

Setelah peperangan yang berlangsung berbulan-bulan, tersiar kabar kalo Manggalae tewas secara ksatria di medan perang. Mendengar kematian putranya, sang raja menjadi sedih dan jatuh sakit. Beragam cara dilakukan agar sang raja sehat kembali, namun hasilnya nihil.

Hingga akhirnya rakyatnya bersama para dukun membuat sebuah boneka kayu yang mirip dengan rupa Manggalae. Boneka tersebut lalu dipakein pakaian khas Batak lengkap dengan ulosnya. Lalu dipanggillah roh Manggalae dan dimasukkan ke dalam boneka tersebut. Setelah itu, boneka Sigale-Gale pun menortor mengikuti iringan musik hingga sang raja sehat kembali.

Agak serem sih kalo dibayangin.

Sejak saat itu, tradisi menortor bareng boneka Sigale-Gale tetap dilakukan dan kini menjadi salah satu atraksi budaya yang ramai ditonton wisatawan. Hanya saja, boneka Sigale-Gale saat ini digerakkan dengan mekanisme tali atau kawat, bukan lagi dengan memasukkan roh ke dalam boneka. 

Boneka Sigale-Gale di Pulau Samosir
Boneka Sigale-Gale

Melihat Boneka Sigale-Gale

Seperti yang kukatakan di awal, sebelum beranjak dari Desa Tomok, aku menyempatkan diri untuk melihat boneka Sigale-Gale yang ada di Desa Tomok ini. Ditempat ini terdapat boneka Sigale-Gale lengkap dengan pakaian khas Bataknya. Sedangkan di belakangnya terdapat rumah adat khas Batak Toba.

Bagi yang ingin menortor bersama Boneka Sigale-Gale akan dikenakan biaya sekitar 100 hingga 200 ribuan. Namun karena aku cuma sendirian doang, jadi biayanya terasa cukup berat. Oleh karena itu, aku hanya melihat-lihat bonekanya doang tanpa meminta atraksi Sigale-Gale yang sedang menortor. 

Boneka Sigale-Gale di Pulau Samosir
Rumah adat Batak Toba
Boneka Sigale-Gale di Pulau Samosir
Tempat duduk buat penonton boneka Sigale-Gale

Setelah puas mengamati boneka Sigale-Gale dari dekat, aku pun beranjak dari Desa Tomok untuk melanjutkan petualanganku di Pulau Samosir dan tujuanku selanjutnya adalah melihat matahari terbenam di Pantai Pasir Putih Parbaba

Boneka Sigale-Gale di Pulau Samosir
Backpacker yang ganteng dan unyu di dekat Boneka Sigale-Gale

To be continued...

Rabu, 16 Desember 2020

Kubur Batu Raja Sidabutar di Pulau Samosir

Kubur Batu Raja Sidabutar pulau Samosir
Komplek makam batu Raja Sidabutar

Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum musim hujan

            Hati-hati saat traveling di musim hujan, terutama di wisata air.

Hai sahabat backpacker, setelah sebelumnya aku menyusuri Pasar tomok yang merupakan sentra oleh-oleh di pulau Samosir, aku pun melanjutkan perjalananku menuju Kuburan Batu Raja Sidabutar,

Baca juga: Pasar Tomok, Pusat Oleh-Oleh Khas Batak di Pulau Samosir

Alamat Kubur Batu Raja Sidabutar

Kubur Batu Raja Sidabutar ini terletak di desa Tomok, kecamatan Simanindo, kabupaten Samosir, Sumatera Utara. Komplek pemakamannya berada di antara pasar Tomok, sehingga cukup mudah untuk dikunjungi. Apalagi di bagian depan gerbangnya juga terdapat plang besar yang bertuliskan “Objek Wisata Budaya Kuburan Tua Raja Sidabutar.” 

Kubur Batu Raja Sidabutar pulau Samosir
Selamat datang di Objek Wisata Budaya Kuburan Tua Raja Sidabutar

Sebelum memasuki komplek makam, pengunjung harus memakai kain ulos yang telah disediakan di pintu masuk. Kain ini cukup diselempangkan di bahu saja. Selain itu, pengunjung juga harus menjaga sopan santun dan menerapkan budaya antri. Oh ya, tiket masuknya juga seikhlasnya saja, jadi tidak memberatkan pengunjung. 

Kubur Batu Raja Sidabutar pulau Samosir
Gerbang masuk ke komplek kubur batu
Kubur Batu Raja Sidabutar pulau Samosir
Tata tertib buat pengunjung
Kubur Batu Raja Sidabutar pulau Samosir
Tempat duduk buat dengerin cerita Raja Sidabutar

Keunikan Kubur Batu Raja Sidabutar

Di komplek sorkofagus alias kuburan batu ini terdapat beberapa makam dari Raja Sidabutar dan keluarganya. Kubur-kubur batu ini merupakan peninggalan megalithikum dari kebudayaan Batak Toba dengan usia lebih dari 450 tahun. Tua banget cuy!

Makam-makam batu ini dibuat dari batu utuh tanpa sambungan yang dipahat lalu diberi penutup. Makamnya pun tidak dikubur di dalam tanah, melainkan diletakkan di atas tanah. Namun seiring waktu, bagian bawah makamnya terbenam juga sedikit. Makam-makam ini juga memiliki ukiran yang penuh makna.

Makam yang pertama dan paling tua adalah makam Raja Oppu Soributtu Sidabutar, beliau adalah raja pertama di Tomok dan dipercaya sebagai orang pertama yang membuka desa Tomok. Pada makamnya terdapat ukiran kepala manusia yang dipercaya sebagai ukiran dari sang raja. Sedangkan di bagian atas makamnya terdapat ukiran kecil yang konon adalah ukiran cucunya sebagai harapan agar generasi selanjutnya lebih baik dari dirinya. 

Kubur Batu Raja Sidabutar pulau Samosir
Makam Raja Sidabutar pertama

Kisah Cinta Terukir di Makam Batu

Selanjutnya adalah patung Raja Sidabutar kedua yang bernama Oppu Naibuttu Sidabutar. Beliau adalah anak dari raja Tomok pertama dan memiliki kesaktian seperti ayahnya. Pada makamnya juga terdapat ukiran kepala yang dipercaya sebagai ukiran wajah sang raja. Di bagian bawah terdapat ukiran seorang pria yang sedang berjongkok. Konon ukiran ini adalah ukiran panglima perang sang raja yang berasal dari Aceh dan beragama Islam.

Sedangkan pada bagian atas makamnya terdapat ukiran seorang wanita yang bernama Anting Malela Boru Sinaga. Wanita ini adalah wanita yang sangat dicintai sang raja, namun kisah cinta mereka tak berakhir bahagia. 

Kubur Batu Raja Sidabutar pulau Samosir
Makam Raja Sidabutar kedua

Anting Malela adalah seorang gadis yang sangat cantik. Kecantikannya pun telah terdengar ke berbagai daerah sehingga banyak raja-raja dari daerah lain yang ingin menikahinya. Namun lamaran-lamaran dari para raja tersebut ditolak oleh Anting Malela.

Hingga akhirnya Raja Sidabutar kedua memberanikan diri menemui dan meminang Anting Malela. Pinangan tersebut ternyata diterima oleh Anting Malela namun dengan syarat pernikahan dilakukan 10 tahun lagi.

Raja-raja yang pernah ditolak oleh Anting Malela pun sakit hati mendengar pinangan Raja Sidabutar kedua diterima. Di antara raja tersebut ada yang kemudian mengirimkan ilmu hitam yang membuat Anting Malela menjadi gila dan pergi ke hutan hingga tak pernah ditemukan lagi.

Raja Sidabutar Kedua yang sedih akhirnya menikah dengan gadis lain. Namun semasa hidupnya, beliau meminta pada pemahat agar memahat patung Anting Malela dan meletakkannya di atas makamnya sebagai bukti kesetian cintanya pada Anting Malela.

Selain kedua makam lainnya, juga terdapat makam-makam batu lainnya termasuk makam Raja Sidabutar ketiga. Namun makam ini sudah terbuat dari semen dan tanpa ukiran selain tanda salib. Raja Sidabutar Ketiga memang telah memeluk agama Kristen pada saat itu.

Setelah puas melihat keunikan makam batu Raja-Raja Batak ini, aku pun melanjutkan petualangan di pulau Samosir dan tujuanku selanjutnya adalah Museum Batak Samosir

Kubur Batu Raja Sidabutar pulau Samosir
Sang backpacker di depan makam batu

To be continued..

Jumat, 01 Mei 2020

Bubur Sop, Kuliner Khas Ramadhan di Masjid Raya Medan


Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah, stay at home ya kawan-kawan

Ngomongin tentang Ramadhan, rasanya nggak afdol kalo nggak membicarakan tentang makanan. Bukan bermaksud untuk ngebuat temen-temen ngiler di siang hari di saat berpuasa ya. Anggap aja sebagai referensi untuk berbuka nanti. Wkwkwkwkwk
Bubur Sop di Masjid Raya Al-Mashun Medan

Hari ini aku mau berbagi cerita tentang kuliner khas bulan Ramadhan di tahun sebelumnya. Tahun ketika dunia masih aman dan kita bebas untuk menikmati acara buka puasa bersama.

Sebagai anak kost yang tinggal di Kota Medan, mencari bukaan dan takjil gratis adalah hobby yang sangat bermanfaat buatku. Lumayan buat ngirit dompet. 🤣 Dan kali ini aku berencana untuk menikmati buka puasa di Masjid Raya Al-Mashun Medan. Masjid tua bersejarah yang juga menjadi ikon Kota Medan.
Masjid Raya Al-Mashun Medan
Biasanya di Masjid ini selalu menyediakan bukaan berupa Bubur Sop. Kuliner khusus yang hanya tersedia saat Bulan Ramadhan. Tradisi menyediakan bukaan ini sudah dilakukan sejak tahun 1909. Saat itu menu yang disediakan adalah bubur pedas dan bubur sop, kuliner khas bangsawan Melayu. Namun karena rumitnya bahan dan cara pembuatannya, sejak tahun 1960-an, menu yang diberikan hanya bubur sop saja.

Bubur sop ini dibuat dari bahan dasar berupa beras ditambah daging dan sayuran, seperti wortel, kentang dan bumbu sop seperti merica dan seledri. Cara memasaknya pun menggunakan tungku dengan kayu bakar dan dimasak di dalam kancah tembaga besar.
Bubur Sop

Ada banyak porsinya
Meski setiap harinya selama ramadhan selalu menyediakan hingga 1000 porsi, namun bubur sop ini cepat banget habisnya. Aku aja hampir nggak kebagian. Rasa bubur sop ini memang enak. Rasanya sedikit mirip dengan bubur pedas, namun kuahnya putih dan lebih kuat rasa sopnya.
Peminat bubur sop ini rame cuy
Sayangnya selama pandemi ini, tradisi membagikan bubur sop selama Ramadhan di Masjid Raya Al-Mashun ditiadakan. Kegiatan Ramadhan Fair yang rutin digelar di depan masjid ini juga ditiadakan karena pandemi. Sayang banget. 
Ra