Tampilkan postingan dengan label Alam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Alam. Tampilkan semua postingan

Rabu, 17 Desember 2025

Touring Part 11: Air Terjun Sarasah Luluih, Pesona Air Terjun Tenang di Lembah Harau

Air Terjun Sarasah Luluih yang mengalir malu-malu

Puas menikmati indahnya Air Terjun Sarasah Bunta, aku melangkah ke sisi sebelahnya. Banyak yang nggak tahu kalau di tempat parkir yang sama, ada satu air terjun lain yang nggak kalah menarik. Nggak pakai pindah parkir, nggak pakai muter-muter. Tiba-tiba saja di hadapan muncul tebing raksasa berlumut dengan aliran air tipis-tipis dari ketinggian—seperti ada pintu rahasia yang baru kebuka. Itulah Air Terjun Sarasah Luluih.

Tempat ini berada di Resort Bunta, Desa Tarantang, Kecamatan Harau—masih satu kawasan dengan gemerlap keindahan tebing-tebing Lembah Harau. Nama luluih sendiri dalam bahasa Minang berarti mengalir pelan, meresap dari celah-celah tebing, sesuatu yang lembut tapi tetap hidup. Dan begitu lah kesan pertama yang aku dapatkan.

Berbeda dengan Sarasah Akar Berayun yang gemericiknya kuat, Sarasah Luluih justru seperti air yang malu-malu. Mengalirnya pelan, samar, tapi tetap konsisten membasahi dinding tebing yang menjulang hampir tegak lurus. Dari bawah, aku mendongak lama. Tebing ini besar—beneran besar. Permukaannya berlapis-lapis, seperti halaman-halaman buku alam yang sudah dibaca ribuan tahun. Lumut hijau, garis mineral cokelat kemerahan, tumbuhan liar yang bergelantungan, semua menyatu jadi sebuah lukisan vertikal yang natural banget. 

Airnya mengalir dari celah tebing tinggi

Kalau dilihat dari kejauhan, aliran airnya tipis seperti benang kaca. Tapi justru itu yang membuat Sarasah Luluih terasa lebih tenang. Tidak bising, tidak ramai, tidak mendominasi. Lebih cocok buat orang-orang yang dateng bukan cuma buat foto-foto, tapi juga buat menikmati “hening yang punya suara”. 

Begitu mendekat, aku melihat kolamnya—jernih banget, sampai dasar batunya keliatan jelas. Airnya kehijauan, dipantulkan oleh batu-batu besar yang menyimpan lumut halus. Kolamnya cukup luas, dan sudah dikelola dengan baik. Tepiannya disemen tapi tidak berlebihan, masih terasa natural. Beberapa anak lokal terlihat berenang sambil ketawa-ketawa, ada yang bawa ban, ada yang cuma nyemplung begitu saja. Yang menarik, mereka terlihat nyaman banget seperti main di halaman rumah sendiri. 

Tebing batu yang menjulang di sisi air terjun
Kolam berair jernih di bawah air terjunnya

Dari tebing di sebelah kolam, akar-akar pohon menjuntai panjang seperti tali—beberapa bahkan bergerak pelan tertiup angin. Sesekali ada titik-titik air jatuh dari daun, menyatu dengan riak kecil di permukaan kolam. Suasananya adem, tidak sepadat objek wisata mainstream. Cocok banget buatku yang kadang cuma ingin duduk, merendam kaki, dan membiarkan waktu jalan semaunya.

Untuk fasilitas, Sarasah Luluih cukup siap buat wisatawan. Ada penyewaan ban buat yang takut tenggelam, ada toilet dan kamar ganti, ada juga warung-warung yang menyediakan kopi hitam, mie goreng, sampai gorengan yang aromanya menggoda iman setelah main air. 

Ada penyewaan ban buat yang mau bermain air
Tersedia juga warung-warung yang menyediakan berbagai makanan dan minuman

Di antara banyak air terjun yang pernah aku kunjungi, Sarasah Luluih ini tipe yang tidak memaksa untuk disukai. Dia tidak berteriak minta perhatian. Dia hanya ada, mengalir pelan, dan menunggu siapa saja yang ingin merasakan ketenangan versi alam.

Info Singkat

Nama: Air Terjun Sarasah Luluih

Lokasi: Resort Bunta, Desa Tarantang – Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Koto

Karakter: Air terjun tipe rembesan, tebing tinggi, suasana tenang

Fasilitas: Penyewaan ban, warung, toilet, kamar ganti

Cocok untuk: Santai, renang air jernih, foto tebing, healing sejenak

Parkir: Satu area dengan Air Terjun Sarasah Bunta

Backpacker yang ganteng dan unyu berfoto dengan latar air terjun Sarasah Luluih

Senin, 01 Desember 2025

Touring Part 10: Air Terjun Sarasah Bunta: Pesona Indah di Lembah Harau

Air Terjun Sarasah Bunta

Turut berduka untuk para korban banjir bandang dan longsor di Sumatera. Semoga semua yang terdampak cepat pulih, dan semoga para oknum perusak alam segera sadar diri. Aamiin…


Brmmm… brmmm…

Setelah puas bermain di Air Terjun Akar Berayun, aku kembali memutar motor ke pertigaan sebelumnya. Dari tadi aku penasaran karena ada banyak papan petunjuk arah yang rasanya kayak lagi main open world dan harus milih quest.

Ke kiri: Akar Berayun dan Sarasah Murai.

Ke kanan: Kampung Eropa, Sarasah Luluih, dan tentu saja tujuan berikutku—Air Terjun Sarasah Bunta.

Kampung Eropa?

Skip.

Aku masih punya mimpi ke Eropa beneran, bukan versi KW yang nanti malah bikin halu. Wkwkwk…

Tak sampai dua kilometer dari pertigaan tadi, aku tiba di area parkir Sarasah Bunta. Parkirin si Beamoy, jalan kaki sebentar—serius, kurang dari seratus meter—aku sudah bisa melihat air terjunnya yang jatuh tenang dari ketinggian.

Sarasah Bunta terletak di Resort Bunta, Desa Tarantang, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Koto. Air terjun ini berada di dalam kawasan Lembah Harau, salah satu lembah terindah di Indonesia.

Dinamakan “Sarasah Bunta” karena saat debit air sedang besar, jatuhan airnya terlihat seperti beruntai-untai. Cantik banget. 

untaian jatuhan air terjunnya

Air terjunnya memang tidak setinggi Akar Berayun, tetapi punya pesona sendiri. Tebing batu di kanan-kirinya berdiri gagah, seolah sedang memberi panggung khusus untuk si air terjun. Dan yang paling menarik, tebing itu berwarna-warni—lapisan jingga, coklat, sampai abu-abu—seperti lukisan alam yang digores pakai kuas raksasa.

Di tebing itu juga banyak pepohonan dan tanaman hijau yang tumbuh liar. Jujur, aku kadang heran bagaimana tanaman-tanaman ini bisa hidup menempel di dinding batu yang curam begitu. Skill mereka jelas di atas rata-rata—kayak tanaman versi parkour. Wkwkwk. Tapi justru karena itulah pemandangannya jadi hidup. Airnya turun melewati celah-celah sempit di antara tanaman hijau sebelum jatuh lurus seperti benang air tipis yang elegan. 

Pesona Air Terjun Sarasah Bunta
Dikelilingi tebing tinggi

Di bawahnya terbentuk kolam alami dengan air jernih dan segar. Tempat ini sudah dikelola cukup baik—kolamnya disemen rapi, warung tersedia buat ngisi perut, toilet ada, ruang ganti oke, bahkan penyewaan ban pun tersedia untuk yang mau berenang tapi takut tenggelam. 

Air terjunnya sudah dikelola dengan baik

Duduk sebentar sambil dengar suara air jatuh, melihat tebing tinggi yang dilapisi pepohonan, rasanya… tenang banget. Kayak ada suara alam yang bilang:
“Bro… hidup itu jangan buru-buru amat.”

Dan aku cuma bisa mengangguk kecil, menikmati damainya suasana Lembah Harau.

Info Singkat

Nama: Air Terjun Sarasah Bunta

Lokasi: Resort Bunta, Desa Tarantang, Kec. Harau, Kab. Lima Puluh Koto

Akses: Parkir → jalan kaki < 100 meter

Fasilitas: Warung, toilet, ruang ganti, kolam rapi, sewa ban

Cocok untuk: Foto-foto, mandi, healing santai, pelarian sejenak dari rutinitas

Backpacker ganteng dan unyu di Sarasah Bunta

Selasa, 25 November 2025

Touring Part 9: Air Terjun Akar Berayun Lembah Harau-Destinasi Cantik di Antara Tebing Menjulang

Air Terjun Akar Berayun

Brmmm… brmmm…

Saat sedang menikmati indahnya alam Lembah Harau, mataku menangkap sesuatu yang memikat. Di salah satu dinding tebing batu yang menjulang tinggi, terlihat semburan air tipis yang jatuh dari ketinggian. Dari kejauhan bentuknya tampak seperti benang putih yang melambai ditiup angin. Tanpa berpikir lama, aku langsung mengarahkan si Beamoy menuju air terjun itu.

Air Terjun Akar Berayun

Air terjun ini dikenal dengan nama Air Terjun Akar Berayun, atau dalam bahasa Minang disebut Aka Beayun. Nama unik itu muncul karena saat debit air sedang besar, aliran airnya membelok ke sisi jalan dan terlihat seperti rangkaian akar yang berayun-ayun di udara. Cantik sekaligus unik—benar-benar khas Harau.

Air Terjun Akar Berayun berada di kawasan Lembah Harau, tepatnya ada di Resort Harau, Desa Tarantang, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Dari pintu gerbang utama Lembah Harau, tinggal terus saja mengikuti jalan utama hingga bertemu pertigaan besar, lalu belok ke kiri. Dari sana jaraknya sekitar satu kilometer, dan air terjunnya langsung terlihat di sisi kanan jalan. Lokasinya sangat mudah ditemukan.

Setelah memarkirkan motor, aku langsung disambut gemuruh air yang jatuh dari ketinggian. Tinggi air terjunnya diperkirakan mencapai 200 meter, menjadikannya salah satu air terjun paling fotogenik di Harau. Di bawahnya ada kolam yang cukup luas dengan air yang dingin dan jernih. Kolamnya sudah disemen sehingga tampak rapi dan aman untuk berenang atau sekadar bermain air. 

Air terjun setinggi ±200 meter yang menjadi ikon megah Lembah Harau
Di bawahnya terdapat kolam dengan air yang jernih dan segar

Suasana di sekitarnya benar-benar khas Lembah Harau: tebing-tebing batu berwarna cokelat keemasan menjulang vertikal, pepohonan tumbuh di sela bebatuan, dan udara lembah yang adem bikin betah duduk lama sambil menikmati pemandangan. 

Airnya mengalir dari ketinggian tebing Lembah Harau
Di sekitarnya menjulang tebing-tebing tinggi

Di area ini juga tersedia penyewaan ban untuk pengunjung yang ingin berenang. Beberapa warung kecil berjajar rapi menyediakan mie instan, kopi panas, minuman dingin, sampai jajanan ringan. Fasilitas lain seperti toilet, ruang ganti, dan musholla juga sudah tersedia, jadi sangat nyaman untuk wisata keluarga maupun pelancong yang hanya ingin singgah sebentar. 

Kolamnya dirawat baik
Bisa berenang di kolamnya
Ada warung-warung yang menjual makanan ringan
Ada musholla juga

Aku pun menikmati waktu di sana sambil mendengarkan suara jatuhnya air dan melihat pengunjung lain bermain di kolam. Alam memang selalu punya cara menenangkan pikiran.

Brmmm… brmmmm…

Waktunya lanjut gas ke destinasi berikutnya.

Info Singkat Air Terjun Akar Berayun

Lokasi: Lembah Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat

Akses: Dari gerbang Harau → lurus → pertigaan besar → belok kiri → ±1 km di sisi kanan

Tinggi Air Terjun: ±200 meter

Fasilitas: Kolam renang, penyewaan ban, warung, toilet, ruang ganti, musholla

Cocok untuk: Foto landscape, main air, wisata keluarga, dan touring singgah sebentar

Backpacker ganteng dan unyu di Air Terjun Akar Berayun

Senin, 17 November 2025

Touring Part 8: Lembah Harau, Lembah Terindah di Sumatera Barat

Lembah Harau, Salah satu lembah terindah di Indonesia

             Brmmm… brmmmm…

Aku kembali memacu si Beamoy melanjutkan perjalanan touring panjang dari Bengkulu menuju Asahan, Sumatera Utara. Setelah sebelumnya berhenti sejenak menikmati kemegahan Gunung Marapi dari tepi jalan Batusangkar—Payakumbuh, perjalanan siang menjelang sore itu terasa sangat menyenangkan.

Setibanya di Kota Payakumbuh, suasana mulai berubah menjadi lebih tenang dengan pemandangan khas Sumatera Barat yang hijau. Dari kota ini aku berencana melanjutkan perjalanan menuju Provinsi Riau. Hingga akhirnya, aku tiba di sebuah pertigaan besar.

Ke kanan menuju Kelok Sembilan, ikon jalan layang yang terkenal di Sumatera Barat.

Ke kiri menuju Lembah Harau, salah satu lembah terindah di Indonesia.

Tanpa pikir panjang, aku langsung belok kiri.

Kapan lagi touring sambil menikmati salah satu surga tersembunyi di Payakumbuh? Saatnya mengunjungi salah satu wisata terindah di Sumatera Barat.

Lembah Harau, Destinasi Wisata Alam yang Wajib Dikunjungi di Sumbar

Lembah Harau berada di Kabupaten Lima Puluh Kota, sekitar 15–20 menit perjalanan dari pusat Kota Payakumbuh. Kalo dari Kota Bukittinggi sekitar 2-3 jam perjalanan dengan mengambil rute Bukittinggi ke Payakumbuh. Nanti terus aja ke arah Kelok Sembilan hingga ketemu pertigaan dengan gapura berhiasan khas Minang bertuliskan “Selamat datang di kawasan Geopark Lembah Harau”. 

Harau Valley

Tempat ini terkenal karena memiliki dinding-dinding batu raksasa yang menjulang tinggi hingga 150–200 meter, membingkai lembah hijau yang sangat luas. Menurut cerita dan hasil penelitian geologi, Lembah Harau dulunya adalah dasar lautan purba. Hal ini dibuktikan dari jenis batuan sandstone yang ditemukan pada tebing-tebingnya serta keberadaan fosil-fosil laut. Karena proses tektonik dan perubahan permukaan bumi, wilayah ini perlahan terangkat hingga akhirnya menjadi lembah megah seperti sekarang. 

Tebing terjal dan sungai kecil
Lembah Harau

Tidak heran kalau suasananya terasa unik—kombinasi antara tebing batu raksasa, hamparan sawah hijau, sungai kecil berair jernih, hingga air terjun alami yang mengalir dari sela-sela tebing.

Begitu memasuki kawasan lembah, pemandangannya langsung memikat.
Di sisi kanan jalan terbentang pesawahan luas yang tampak hijau segar, sementara di belakangnya berdiri tebing batu vertikal berwarna cokelat kemerahan. Tebingnya terlihat sangat masif, seperti dinding raksasa yang memagari seluruh lembah. 

pemandangan persawahan yang dikelilingi bukit dan tebing

Di beberapa titik aku juga melihat rumah-rumah penduduk dengan arsitektur rumah gadang khas Minang, berdiri anggun dengan latar dinding batu yang menjulang. Pemandangan seperti ini rasanya cuma bisa ditemui di Sumatera Barat—unik, eksotis, dan menenangkan. 

Perpaduan alam dan adat dalam satu tempat di Lembah Harau
Rumah Gadang di Lembah Harau

Di tengah lembah mengalir sebuah sungai kecil dengan air yang sangat jernih. Airnya mengalir pelan di antara bebatuan, memantulkan cahaya matahari menjelang sore yang hangat. Suaranya pun membuat suasana terasa damai.

Dan di kejauhan, aku melihat sesuatu yang membuatku makin semangat.
Sebuah air terjun tinggi tampak mengalir dari puncak tebing, jatuh melewati celah-celah batuan sebelum hilang di balik pepohonan.

Melihat itu, aku kembali menarik gas motor.

Brmmm… brmmmm… gas menuju air terjun!

Info Singkat Lembah Harau

Lokasi: Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat

Akses: ±20 menit dari Kota Payakumbuh

Jam kunjungan: Bebas, namun terbaik pagi–sore

Harga tiket: Variatif tergantung spot (biasanya mulai dari Rp5.000–Rp10.000)

Daya tarik utama: Tebing batu raksasa, sawah hijau, sungai kecil, dan beberapa air terjun

Cocok untuk: Wisata keluarga, fotografi alam, perjalanan touring, dan eksplorasi sejarah geologi.

Siganteng yang unyu di Lembah Harau

Senin, 10 November 2025

Touring Part 7: Gunung Marapi, Si Penjaga Nagari Minangkabau


View Gunung Marapi dan persawahan dari pinggir jalan

Brrmmmm... brmmm...

Setelah puas menikmati arsitektur megah beserta koleksi sejarah dan budaya di Istano Basa Pagaruyung, aku kembali memacu si Beamoy melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman di Asahan, Sumatera Utara. Dari Batusangkar, arah stangku menuju Kota Payakumbuh — salah satu kota dengan pemandangan indah berupa Lembah Harau yang terkenal di Sumatera Barat.

Namun di tengah perjalanan, mataku justru terpaku pada pemandangan luar biasa di sisi kiri jalan. Di kejauhan, Gunung Marapi berdiri gagah memantulkan sinar sore yang hangat, dikelilingi hamparan sawah hijau yang menenangkan hati.

Gunung Marapi

Gunung Marapi merupakan salah satu gunung berapi aktif di Sumatera Barat, terletak di antara Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar. Jangan keliru ya, gunung ini beda ama Gunung Merapi yang ada di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta.

Gunung Marapi memiliki ketinggian 2.891 meter di atas permukaan laut, menjadikannya gunung tertinggi kedua di Sumatera Barat setelah Gunung Talamau. Dulu, gunung ini termasuk salah satu destinasi pendakian favorit di Sumatera. Banyak pendaki yang datang untuk menikmati sunrise dari puncaknya. Namun sejak tragedi letusan tahun 2023 yang menewaskan 23 orang pendaki, jalur pendakian resmi ditutup demi keselamatan. Kini, Marapi seakan kembali menjadi gunung yang hanya bisa dinikmati dari kejauhan — tenang, megah, dan penuh misteri.

Saat aku berhenti sejenak di tepi jalan, pemandangan di depanku benar-benar luar biasa. Gunung Marapi tampak kokoh, seolah menjadi penjaga nagari yang tak pernah lelah berdiri mengawasi Tanah Minangkabau. Di kaki gunungnya terbentang sawah-sawah hijau luas, dengan para petani yang masih sibuk bekerja di antara barisan padi muda yang tertiup angin.

Gunung Marapi dengan latar persawahan

Cantiknya lagi, puncak gunung sore itu tertutup awan lentikular, jenis awan yang terbentuk ketika angin lembab naik ke atas gunung dan mengembun di puncaknya. Bentuknya unik seperti topi putih besar yang menutupi kepala sang Marapi. Meski terlihat cantik dan fotogenik, sebenarnya itu pertanda bahwa angin kencang sedang berhembus di puncak gunung.

Aku sempat mematikan mesin si Beamoy, berdiri sejenak menikmati ciptaan Tuhan yang luar biasa ini. Udara sore yang sejuk, aroma sawah basah, dan pemandangan gunung berawan itu membuatku terdiam dalam kekaguman.

Subhanallah...

Kadang, keindahan seperti ini datang tanpa direncanakan. Cukup berhenti sebentar di pinggir jalan, dan kamu bisa merasakan kedamaian yang tidak akan kamu temukan di kota mana pun.

📍 Lokasi: Gunung Marapi, perbatasan Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat

🗻 Ketinggian: 2.891 mdpl

🚫 Status: Gunung berapi aktif (pendakian ditutup sejak 2023)

🎯 Akses terbaik: Jalur Batusangkar – Padang Panjang – Bukittinggi

📷 Spot foto terbaik: Area persawahan sepanjang jalur menuju Payakumbuh

Gunung Marapi sedang bertopikan awan lentikular

Jumat, 31 Oktober 2025

Touring Part 5: Danau Singkarak, Danau Terbesar di Sumatera Barat

Danau Singkarak

Brrrrr... dingin cuy! 🌧

Di antara deru hujan aku kembali memacu Beamoy melintasi jalan lintas Kerinci–Solok setelah sempat berhenti sebentar di tepian Danau Di Atas. Dari sana, jalanan masih didominasi pemandangan indah berupa kebun teh Danau Kembar yang terhampar luas di kanan dan kiri jalan, dengan latar perbukitan hijau yang tampak samar tertutup kabut.

Andai saja cuaca tak semendung ini, pasti perjalanan ini akan jauh lebih sempurna. Daun-daun teh yang basah tertimpa sisa hujan berkilau memantulkan cahaya redup dari langit kelabu — pemandangan yang tetap menenangkan meski dinginnya menusuk tulang.

Tak lama kemudian aku sampai di sebuah pertigaan jalan: ke kiri menuju Kota Padang via Sitinjau Lauik, dan ke kanan menuju Kota Solok. Karena tujuanku hari ini adalah Danau Singkarak, tentu aku memilih belok ke kanan.

Brmmm... brmmm... Beamoy melaju lagi, menembus sisa kabut yang perlahan mulai menipis.

Kota Solok — Serambi Madinah di Lembah Hijau

Kota Solok merupakan sebuah kotamadya di Sumatera Barat, dulunya adalah ibu kota Kabupaten Solok sebelum dipindahkan ke Arosuka. Kota ini dijuluki “Kota Beras Serambi Madinah”. Julukan itu bukan tanpa alasan — selain dikenal sebagai penghasil beras berkualitas tinggi, masyarakat Solok juga sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan.

Begitu memasuki kota, suasana terasa lebih hidup. Bangunan rapi, jalanan cukup ramai, dan di kejauhan tampak pegunungan hijau yang mengelilinginya. Syukurlah, hujan sudah mulai reda dan hanya menyisakan sedikit mendung di langit. Aku pun bisa melepas mantel hujan yang sudah kupakai sejak dari Kerinci.

Udara masih dingin, tapi semangat touring kembali menghangat. Tak lama kemudian, akhirnya aku sampai di tempat yang sudah lama ingin kukunjungi...

Danau Singkarak

Danau Singkarak berada di antara Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Letaknya sangat strategis karena jalan raya Solok–Bukittinggi membentang tepat di tepi danau. Jadi, sepanjang perjalanan, mata dimanjakan oleh pemandangan air danau yang luas dan tenang, berpadu dengan barisan bukit yang mengelilinginya.

Air danau tampak berwarna jernih kehijauan dengan permukaan yang beriak halus tertiup angin. Sesekali terlihat perahu wisata bersandar di pinggir danau, sementara di beberapa titik terdapat jaring-jaring ikan terapung milik warga. 

Danau Singkarak
Perahu wisata di Danau Singkarak
Keramba ikan di Danau Singkarak

Dulu aku sering melihat Tour de Singkarak di televisi — ajang balap sepeda yang melintasi tepian danau ini. Saat itu aku cuma bisa membayangkan betapa indahnya pemandangan di sepanjang jalur ini. Dan sekarang, akhirnya aku melihatnya langsung di depan mata. Rasanya luar biasa!

Danau Singkarak sendiri merupakan danau tektonik terbesar di Sumatera Barat. Menurut penjelasan geologi, danau ini terbentuk akibat pergerakan Sesar Sumatera yang menyebabkan dasar permukaan bumi ambles dan membentuk cekungan besar. Karena itu, permukaan airnya terlihat dalam dan diapit oleh barisan pegunungan yang berdiri kokoh mengelilinginya. 

Danau Singkarak merupakan danau terbesar di Sumatera Barat
Pemandangan di tepian Danau Singkarak
Danau Singkarak dan perbukitan di sekelilingnya

Udara di sekitar danau terasa sejuk, bahkan sedikit dingin menusuk kulit. Di beberapa tempat, terlihat rumah-rumah panggung khas Minangkabau berdiri di pinggir jalan, sementara pepohonan pinus dan cemara menambah kesan alami di sekeliling danau. Aku lantas menyempatkan diri untuk berhenti sejenak di salah satu warung, menikmati sebutir kelapa muda sembari memandangi indahnya Danau Singkarak. 

Menikmati kelapa muda
Warung-warung di tepian Danau Singkarak

Setelah puas menikmati keindahan alam Singkarak, aku kembali bersiap melanjutkan perjalanan. Mesin dan ban si Beamoy yang sudah dingin kusiapkan lagi.

Brmmm... brmmm...

Gas kuy, lanjut ke Batusangkar dulu! 🚴

Beamoy dengan latar Danau Singkarak
Siganteng nan unyu di Danau Singkarak

🔖 Info Singkat: Danau Singkarak

  • Lokasi: Kabupaten Solok & Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat
  • Luas: ±108 km²
  • Kedalaman maksimum: ±268 meter
  • Asal usul: Danau tektonik akibat pergerakan Sesar Sumatera
  • Daya tarik: Pemandangan danau dari jalan raya dan jalur legendaris Tour de Singkarak