Tampilkan postingan dengan label Luar Negeri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Luar Negeri. Tampilkan semua postingan

Jumat, 23 Agustus 2019

Petualangan di Hong Kong: Mong Kok dan Pedestrian di Hong Kong

Brmm... Brmmm...

Kami kembali menyusuri jalanan Hong Kong dan kali ini kami naik bus tingkat. Bus tingkat memang salah satu moda transportasi yang cukup diandalkan di Hong Kong. Busnya nyaman, haltenya banyak dan menjangkau ke tempat-tempat wisata serta ongkosnya juga masih terjangkau untuk ukuran Hong Kong.

Kami naik bus ini dari halte yang ada di dekat Peak Tower. Dan kali ini aku memilih duduk di tingkat 2 di dekat jendela, biar puas nikmati pemandangan saat turun dari Victoria Peak. Victoria Peak ini pun memang keren, di sini kawasannya elit, rumahnya pun megah-megah. Sesekali juga terlihat gedung-gedung pencakar langit yang memenuhi kota Hong Kong.
Hong Kong dari Victoria Peak
Tujuan kami sekarang adalah halte di dekat stasiun MRT Admiralty, soalnya dari sana kami mau ngelanjutin naik MRT ke Mong Kok, pusatnya oleh-oleh di Hong Kong. Meski tadi udah beli beberapa benda di Peak Market, tapi masih kurang sih buat orang-orang di rumah. Ya sekalian nyari yang murah di Mong Kok.

Bus pun terus melaju dengan nyaman, pemandangan keren terus kami lihat di sepanjang perjalanan, hingga akhirnya bus pun berhenti di halte dekat Admiralty. Tapi dasar kaminya yang geblek, kami malah nggak sadar dan masih asyik nikmati pemandangan. Setelah bus berjalan beberapa meter, baru deh kami sadar kalo kami terlewat dari halte yang dituju. -_-

Mas Zudi huru-buru turun untuk memberitahu supir. Tapi kata supirnya, kalo mau berhenti harus nunggu halte selanjutnya, walaupun cuma terlewat 5 meter doang. Ya mau gimana lagi, jadi kami pun akhirnya nunggu bus berhenti di halte di selanjutnya yang syukurnya sih nggak begitu jauh. Baru deh kami turun.

Hup... Begitu menginjakkan kaki, kepala ku kembali mendongak, liatin gedung-gedung tinggi di sini. Lama-lama bisa sakit leher juga nih. -_-

Btw kami turunnya juga nggak jauh dari The Hong Kong Observation Wheel alias bianglala Hong Kong yang punya 42 gondola itu. Tapi kami nggak ke situ sih, katanya mahal uy.

Backpacker hemat
Bus tingkat Hong Kong dan The Hong Kong Observation Wheel

Gedung-gedung tinggi di Hong Kong

Dari halte, kami lantas berjalan kaki menuju Stasiun MRT Admiralty. Kerennya, pedestrian untuk pejalan kaki di sini tidak cuma ada di bawah doang, tapi ada juga pedestrian layang. Pedestrian layang ini keren banget, tempatnya bersih, banyak petunjuk arah dan terhubung ama halte, stasiun dan pusat perbelanjaan. Pemandangan dari pedestrian layang ini juga cakep.
Pedestrian layang di Hong Kong

Pemandangan dari pedestrian layang Hong Kong
Di sini aku bisa mengerti bagaimana Hong Kong bisa mengatasi kemacetan untuk kota sebesar ini. Pertama mereka memiliki moda transportasi umum yang lengkap, mulai dari mrt, bus, tram hingga ferry. Transportasi umum ini juga menjangkau hingga ke pinggiran kota dan harganya cukup terjangkau.

Yang kedua mereka memiliki pedestrian yang nyaman dan aman buat pejalan kaki. Malah nyaman banget. Jadi keinget pedestrian pejalan kaki di sini, jangankan mau nyaman, aman aja kagak dapat. Baru jalan kaki bentar, udah dikleksonin ama motor, bahkan mobil pun ada. -_-

Lanjut

Setelah tiba di stasiun Admiralty, kami pun kembali naik MTR menuju stasiun Mong Kok. Setibanya di Mong Kok, bingung juga sih mau nyari oleh-oleh dimana, soalnya nih tempat ternyata luas banget.
Jalan-jalan di Mong Kok

Saat itu lah aku bertemu 3 orang mbak-mbak berjilbab yang wajahnya Indonesia. Bisa nanya ama mereka nih, pikirku. Soalnya kalo nanya ama penduduk asli, ntar mereka jawabnya pake bahasa Mandarin, aku yang pusing. Bahasa Inggrisku aja masih kacau kok. -_-

“permisi mbak, numpang nanya dong, kalo nyari oleh-oleh di sekitar sini yang berupa makanan halal, dimana ya mbak?” tanyaku pada mereka.

“ @_#(#)-$$(#)” jawab si mbak. Jawaban yang bikin aku pusing.

Okelah mereka nggak jawab pake bahasa Mandarin, tapi mereka jawabnya pake bahasa Jawa. Hadewh... Aku bukan orang jawa atuh mbak, dan nggak bisa bahasa jawa juga. -_-

Tapi untungnya mas Dipta bisa bahasa Jawa, wong dia uwong Jawa Timur, akhirnya mereka yang ngobrol, saya mah pura-pura nyimak aja. Padahal kagak ngerti uy.

Setelah mereka pergi, baru deh mas Dipta jelasin ke aku dimana tempatnya dan aku pun segera otw ke toko yang dimaksud. Di sini aku cuma beli sejenis kue gitu dua box, buat orang-orang di rumah aja sih.

Selesai dengan oleh-oleh, kami kembali menyusuri Mong Kok ini dan nemu sesuatu yang unik. Jadi di tengah jalannnya, ada jalanan yang di tutup, di situ ada penyanyi dengan alat musiknya. Terus siapapun boleh berjoget bersama, kayak di Jogja gitu. Dan yang joget ternyata ini. -_-
Semangat amat si kakek
Puas di Mong Kok, kami kembali ke Tsim Sha Tsui, ada agenda yang harus kamu tonton di sana, yaitu A Symphony of Lights.

Lets go... 
Si ganteng yang unyu lagi di Mong Kok


Selasa, 20 Agustus 2019

Petualangan di Hong Kong: Victoria Peak dan Sky Terrace 428

Brmm... Brmmm...

Taksi yang kami naiki semakin melaju membelah jalanan Hong Kong untuk menuju ke destinasi yang kami inginkan. Sebenarnya taksi bukan transportasi yang bisa diandalkan saat traveling di Hong Kong. Soalnya biayanya mahal, tapi karena kami ada 4 orang, jadi nggak masalah deh. Bisalah sesekali doang. Apalagi waktu yang kami miliki dikit, cuma sehari doang.

Berhubung aku duduk di tengah di kursi bagian belakang, aku jadi nggak bisa liat pemandangan di kanan dan kiri, tapi bisa kurasakan kalo jalannya semakin menanjak. Wajar sih, soalnya tujuan kami adalah The Peak atau dikenal juga dengan nama Victoria Peak yang berada di ketinggian Pulau Hong Kong.

Victoria Peak

Victoria Peak atau dikenal juga dengan nama The Peak merupakan sebuah gunung yang terletak di sisi barat daya Pulau Hong Kong. Gunung ini memiliki ketinggian hingga 552 meter dan merupakan titik tertinggi di Pulau Hong Kong.

Peak Tower

Akhirnya setelah beberapa waktu, taksi yang kami naiki sampe juga di Victoria Peak. Kami pun segera menuju Peak Tower. Peak Tower ini adalah sebuah bangunan atau menara yang dirancang dengan bentuk wajan setengah lingkaran dengan bagian atasnya terdapat anjungan. Bangunan ini memiliki 7 lantai.
Peak Tower
Tujuan kami datang ke Peak Tower ini adalah naik ke anjungan atas yang ada di lantai 7 tersebut. Sebelum naik, kami harus membeli tiketnya dulu. Tiketnya ada dua macam, yang satunya tiket terusan untuk ngunjungi Madame Tussaud's, Peak Galleria dan yang lainnya. Karena waktu yang terbatas dan duit yang tipis, kami memilih untuk membeli tiket masuk ke anjungan atas aja yang bernama Sky Terrace 428.

Sky Terrace 428

Wow... Itu yang bisa kubilang saat ngeliat pemandangan dari Sky Terrace 428 ini. Pemandangannya emang super keren karena dari atas ini bisa terlihat pemandangan Pulau Hong Kong dan Semenanjung Kowloon secara 360° dari ketinggain 428 mdpl. Gedung-gedung pencakar langit, Selat Victoria dengan kapal-kapalnya dan perbukitan hijau menjadi pemandangan yang ada. Sedangkan di sisi bagian belakang, bisa terlihat gugusan pulau-pulau kecil dan kapal-kapal besar. Katanya sih kalo malam lebih cakep lagi, tapi siang gini aja pun aku udah terkagum-kagum. Gilak. Cantik banget viewnya.
Sky Terrace 428

View Hong Kong dari Peak Tower

Gugusan pulau sekitar Hong Kong
Madame Tussaud's

Puas foto-foto dan menikmati indahnya Hong Kong dari ketinggian, kami kemudian turun ke lantai bawah. Di bagian bawah, kami nemu Museum Patung Lilin Madame Tussaud's. Di dalam museum ini banyak patung lilin dari tokoh-tokoh terkenal di dunia. Bahkan patung lilin Presiden Soekarno dan patung lilin Presiden Jokowi juga ada di sini. Tapi karena kami emang nggak beli tiketnya, jadi kami liat-liat dari luar aja.

Mahal uy tiketnya 
Madame Tussaud's Hong Kong


Peak Market

Kami turun lagi ke lantai di bawahnya dan sekarang kami berada di Peak Market. Peak Market ini bisa dibilang pusatnya perbelanjaan oleh-oleh di Peak Tower. Di sini ada berbagai macam benda seperti gantungan kunci, magnet kulkas, jam antik, gelas, dan banyak benda lainnya. Tapi sayangnya harganya lebih mahal daripada pusat perbelanjaan lainnya.

Sebenarnya aku udah ngajak temen-temen buat beli oleh-oleh di Mong Kok aja, biar lebib murah, tapi karena mereka nggak mau ribet, jadinya beli di sini aja deh. Aku sendiri beli gantungan kunci yang satu gantungan dapat 3. Jadi ntar pas nyampe rumah, tinggal pasang gantungannya aja, biar lebih hemat.
Peak Market

The Peak Galleria
Naik bus tingkat

Akhirnya kami kembali ke lantai dasar. Rencananya sih kami mau balik ke pusat kota naik Peak Tram. Tapi lagi-lagi antriannya panjang banget udah kayak ular anaconda yang di film-film. Meliuk-liuk gitu. -_-
Antrian Peak Tram -_-
Jadi kami memilih untuk nyobain naik bus tingkat aja, kayaknya naik bus tingkat juga seru.

Brmm.. brmmm... 
Naik bus tingkat brmm... Brmmm..

Si ganteng yang unyu di Sky Terrace 428


Sabtu, 17 Agustus 2019

Petualangan di Hong Kong: Selamat datang di Hong Kong

Hai sahabat backpacker, selamat pagi semuanya.

Ya nggak pagi juga sih, soalnya pagi ini aku bangunnya lumayan kesiangan. Ya maklum aja lah, tidur di kabin kapal dengan rasa hotel bintang lima ini emang mantap banget. Kasurnya tuh empuk. Terus, walaupun lagi di kapal dan kapalnya lagi berlayar di lautan lepas, kapalnya nggak goyang-goyang, bikin tidur jadi nyenyak banget.

Rasa lelah di badan yang kemarin kecapekan karena keliling Kota Kaohsiung pun hilang. Jadinya siap deh buat jelajahi destinasi selanjutnya. Setelah setelah bersiap-siap, aku segera naik ke sun deck, mau liat-liat lautan lepas. Ternyata cuacanya cukup berkabut dan masih jauh dari daratan. Di sekililing cuma keliatan air laut doang.

Setelah beberapa lama kapal pesiar superstar Virgo ini berlayar, akhirnya aku mulai melihat beberapa kapal berukuran raksasa yang muncul dari balik kabut. Sepertinya kami udah deket ama tujuan. Dan benar aja, nggak lama kemudian aku melihat gugusan pulau-pulau kecil.

Gugusan pulau kecil ini cakep banget lho, pulau-pulaunya berbukit hijau, sedangkan pantainya berupa bebatuan. Dan di sekelilingnya dikelilingi air laut yang kebiruan. Serius, cakep banget.
Gugusan Pulau Hong Kong
Tak berapa lama, kapal pesiar ini mulai memasuki kawasan perairan Selat Victoria. Hong Kong. Di sini aku semakin terkagum-kagum. Karena masih daerah pinggiran pesisir Kowloon dan pesisir Pulau Hong Kong aja tapi kota ini sudah dipenuhi bangunan gedung-gedung pencakar langit. Di depan gedung-gedung itu terdapat jalan raya yang tiang pancangnya berdiri di atas Selat Victoria dan di sisi belakang, terdapat perbukitan hijau sebagai latar perkotaannya. Keren banget uy...
Kapal pesiar memasuki Selat Victoria
Lalu di perairan Selat Victoria yang memisahkan Semenanjung Kowloon dengan Pulau Hong Kong ini, ada berbagai macam kapal, mulai dari boat, perahu, yacht, hingga kapal-kapal berukuran besar seperti kapal ferry, kapal tanker, bahkan kapal pesiar pun ada. Keren....
Hong Kong dari Selat Victoria
Semakin memasuki perairan Selat Victoria ini, semakin membuatku terperangah, gilak! Kota ini super keren. Bahkan rasanya kota-kota yang pernah kukunjungi sebelumnya, kalah telak ama kota ini. Tapi karena cuaca yang semakin panas, aku akhirnya memilih masuk ke dalam kapal, dan memilih untuk makan siang seperti biasa di deck 7, di Resto Mediterranian Buffet. Resto gratis di kapal ini dengan menu yang bisa diambil sepuasnya.

Kali ini aku makan di sisi jendela, jadi bisa makan siang sambil menikmati lanskap kota Hong Kong dari atas kapal pesiar. Menu siang ini pun cukup enak, dengan lauk berupa udang dan daging ikan serta sayur. Menunya enak, pemandangannya cakep, beuh... Mantap banget lha.

Makan dengan pemandangan Hong Kong

Menu makan siang di kapal pesiar
Selesai kami makan siang, kapal pesiar Superstar Virgo ini pun tiba di pelabuhan Ocean. Sebagai penumpang kapal pesiar, kami mendapat keistimewaan dengan tidak lagi melewati imigrasi, langsung cus aja. Go...

Pelabuhan Ocean Terminal ini cukup besar, bahkan menurutku sih lebih mirip mall daripada pelabuhan, soalnya di setiap sudutnya terdapat gerai-gerai penjualan, mulai dari pakaian, barang branded, sampe gerai makanan pun banyak. Ternyata Ocean Terminal ini emang terhubung ama Harbour City, salah satu pusat perbelanjaan di Kota ini.
Superstar Virgo di Ocean Terminal

Pelabuhan Ocean Terminal

Harbour City
Tapi kami nggak berlama-lama di OceanTerminal ini, karena tujuan kami di Hong Kong ini adalah ngunjungi The Peak. Jadi kami segera keluar dari area pelabuhan berjalan menyusuri jalanan kota Hong Kong menuju stasiun mtr. Btw, mrt di Hong Kong emang dinamain MTR, singkatan dari Mass Transit Railway, perusahaan yang menjalankan mrt di Hong Kong.

Rencananya kami ke The Peak dengan menaiki Peak Tram. Jadi kami akan naik mtr dari stasiun Tsim Sha Tsui. Sebelum naik tentunya beli tiket dulu, tiket mtr ini ada yang untuk sekali jalan dan ada juga yang harian, berhubung kami cuma sehari doang di kota ini, jadi kami milih tiket sekali jalan aja.
Tsim Sha Tsui Stasiun
Untuk ngebeli tiketnya ada vending machina yang tersedia, caranya pun cukup mudah, cukup pilih stasiun tujuan, tentukan jenis tiket, pastikan destinasi dan biaya, masukin uangnya, dan taraa... Tiket dan uang kembaliannya akan keluar dari mesin.
Vending Machina tiket mtr
Suasana di dalam MTR
Berhubung ini pengalaman pertamaku naik mrt, jadi rasanya keren aja gitu, meskipun aku nggak dapat tempat duduk sih. Tak beberapa lama, kami tiba di stasiun tujuan, Stasiun Admiralty yang ada di Pulau Hong Kong. Jadi ternyata jalur mrt nya lewah terowongan bawah laut. Keren uy....

Keluar dari stasiun, kami pun menyusuri jalanan kota Hong Kong menuju stasiun Peak Tram. Tapi sepanjang jalan, kepalaku ngeliat ke atas mulu sih, gedungnya tingi-tinggi uy dan bangunannya sangat megah.
Gedung pencakar langit di Hong Kong
Selain itu, jalanan di Hong Kong ini juga cukup nyaman, pedestrian pejalan kaki yang disediakan cukup luas dan aman dan rambu-rambu petunjuk arah juga cukup banyak tersedia. Saat menuju peak tram, kami juga melewati satu bangunan unik yang ternyata adalah bangunan St. John's Cathedral, katanya sih ini salah satu gereja tua dan bersejarah di Hong Kong.
Rambunya lengkap

Lanskap Kota Hong Kong

Jalan-jalan di Hong Kong

St. John's Cathedral Hong Kong
Akhirnya setelah beberapa lama berjalan, kami sampe juga di stasiun Peak Tram. Nggak capek sih, cuma leher ku doang yang capek liat gedung tinggi. Tapi pas kami nyampe, kami sangat kecewa, karena ternyata yang antri banyak banget, udah mirip orang-orang nungguin pembagian sembako, cuma yang ini lebih tertib. -_-
Antriannya cuy. -_-
Karena waktu kami yang singkat, akhirnya kami batal naik Peak Tram dan memilih transportasi lain untuk menuju The Peak yaitu taksi. Btw ada cerita menarik juga sih saat mau naik taksi, jadi saat itu kami ngelihat ada taksi kosong yang berhenti di pinggir jalan, jadi langsung aja kami mau masuk dan bilang ke supir tujuan kami. Tapi kami ditolak olehnya, dia bilang kalo mau naik taksi, harus nunggu di titik penjemputan taksi, yang jaraknya cuma 10 meter dari kami. Dia nggak mau kami naik taksinya kecuali nunggu dulu di situ, ya ampun... Tertib banget dah nih kota. Salut uy. Akhirnya kami pun nunggu di situ, baru deh dikasi naik.

Brmmm... Brmmm... Berangkat....
Si ganteng yang unyu di Selat Victoria Hong Kong

Rabu, 14 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Sunset, Malam dan Showtime: 1001 Night


Hai sahabat backpacker, sebagai seorang pengagum langit, aku selalu menyukai momen ketika matahari terbit maupun matahari terbenam. Oleh karena itu, kali ini aku pun berusaha untuk menyaksikan momen matahari terbenam di Kota Kaohsiung Taiwan.

Setelah sebelumnya menjelajahi beberapa objek wisata yang ada di kota ini selama seharian, kami pun segera kembali ke kapal. Karena malam nanti, kapal akan segera berlayar menuju destinasi selanjutnya.

Begitu kembali ke kapal, aku pun segera naik ke deck 14 yang merupakan sun deck, tempat terbaik menikmati cahaya matahari dari atas kapal pesiar Superstar Virgo ini. Deck yang memiliki ketinggian hingga 30 meter ini mantap banget, soalnya bisa memandangi sekitarnya dengan bebas dari ketinggian. Bahkan lanskap perkotaan Kaohsiung pun bisa terlihat dari atas sini.
Lanskap Kota Kaohsiung dari atas kapal pesiar
Kota Kaohsiung

Tak lama kemudian moment matahari terbenam yang kutunggu-tunggu pun tiba. Moment ketika matahari terbenam di Taiwan ini menurut cakep banget lho. Saat itu sang penguasa siang itu perlahan turun ke ufuk barat dan disertai cahaya jingga kemerahan yang indah. Cahayanya pun memantul di atas Selat Cijin, selat yang memisahkan Kota Kaohsiung dengan Pulau Cijin. Keberadaan kapal-kapal yang sedang berlabuh pun menambah indah pemandangan sunset saat itu. Kerennn....
Sunset dari atas kapal pesiar

Senja di Kaohsiung
Menikmati senja

Makan malam

Selesai menikmati indahnya matahari terbenam, aku pun segera kembali ke kabin untuk bersih-bersih biar semakin ganteng dan agenda selanjutnya adalah makan malam. Apalagi perutku emang  udah cukup lapar setelah seharian menjelajah kota dan cuma makan roti siangnya. Seperti biasa, aku memilih makan malam di Resto Mediterranean Buffet yang ada di deck 12. Soalnya di resto ini kita bebas ngambil makanan sepuasnya dan seluruhnya gratis karena sudah termasuk dalam biaya tiket kapal.

Menu malam ini yang ku pilih adalah tumis udang dengan brokoli, kepiting masak presto dan daging. Mantap banget. Udangnya gede-gede dan rasanya juga enak. Duh... Kenyang lha makan di kapal pesiar ini. Udah enak, bebas ambil semaunya, gratis lagi. Awas iri ya. :D
Makan malam di kapal pesiar
Malam di Kaohsiung

Setelah mengisi perut, aku kembali naik ke deck 14, alias sun deck. Agendaku sekarang adalah menikmati indahnya Kota Kaohsiung di malam hari dari pelabuhan ini. Karena kapal pesiar ini sangat tinggi, jadi aku bisa puas memandangi indahnya kota Kaohsiung tanpa terhalang apapun.

Pemandangan malam di kota ini pun memang juara, cahaya lampu dari gedung-gedung pencakar langit yang ada di Kota Kaohsiung ini terlihat begitu indah. Cahayanya memenuhi gelapnya malam. Cakepnya lagi, cahaya lampunya itu memantul di atas perairan Love River dan Selat Cijin. Ditambah cahaya lampu kapal yang berlabuh di sekitar sini, makin cakep lha pemandangannya.
Lanskap Kaohsiung saat malam
Gedung pencakar langit di Kaohsiung

Indahnya Kaohsiung saat malam

Lampu kapal di Pelabuhan Kaohsiung
Tak lama kemudian kapal pesiar Superstar Virgo ini mulai bergerak dari pelabuhan menuju lautan lepas, menuju destinasi selanjutnya. Perlahan Kota Kaohsiung terlihat semakin menjauh. Hingga hanya gemerlap cahaya gedungnya saja yang terlihat.

Ah.... Selamat tinggal Kaohsiung, selamat tinggal Taiwan, semoga kita bertemu lagi suatu hari nanti.

Showtime: 1001 Night

Aku tak terlalu lama di luar, karena cuaca di luar semakin dingin dan angin lautnya cukup kencang. Ntar si ganteng dan unyu ini terbang kebawa angin pula. Aku pun kembali masuk ke dalam kapal.

Kami segera menuju Lido Theatre, soalnya seperti biasa, setiap malam ada hiburan yang disediakan ama pihak kapal dan malam ini pertunjukkan adalah showtime: 1001 Night. Show kali ini bercerita tentang raja yang nikah lagi, tapi si selirnya ini jahat dan malah mencelakai sang ratu dan membuangnya ke laut. Duh... Nih raja juga kegatelan sih. Kapok lha. Tapi endingnya sih bahagia, si raja dan ratu akhirnya bersama lagi.
Pertunjukan 1001 Night di kapal pesiar

Aksi akrobatik saat show
Yang seru dari show ini adalah pertunjukan akrobatik yang ditampilkan di sela-sela show. Keren sih ngelihat mereka akrobatik. Tubuhnya lentur, keren banget. Selesai menonton pertunjukan, aku pun kembali ke kabin, untuk beristirahat, karena besok petualangan yang baru akan dimulai kembali.

Good night kawan-kawan.

See you...

...to be continued 
Si ganteng yang unyu menatap Kota Kaohsiung


Senin, 12 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Hamasen Railway Cultural Park

Hai sahabat backpacker...

Petualanganku di Kota Kaohsiung, Taiwan belumlah berakhir, setelah sebelumnya puas menikmati mulusnya paha cewek-cewek Taiwan. Eh... Maksudku puas menjelajahi Takao Railway Museum, kami bermaksud untuk melanjutkan petualangan ke British Consulate of Takow alias gedung bekas konsulat Inggris. Katanya sih tata kota dan bangunan di sekitarnya terlihat mirip suasana di Eropa dan letaknya tidak begitu jauh dari museum ini. Lokasinya yang berada di atas bukit juga membuat kita bisa melihat Kota Kaohsiung dari ketinggian. Wih... Keren banget nih.

Dari informasi yang diberikan mbak-mbak petugas museum, untuk menuju gedung konsulat ini cukup naik bus dari halte yang ada di dekat museum ini. Tapi saat kami masuk ke dalam bus, sopirnya bilang salah bus, padahal nomornya udah sesuai. Kami berusaha menjelaskan pada sopir bus tujuan kami, namun tetap lumayan sulit menjelaskannya, si sopir juga sulit dimengerti perkataannya. Akhirnya bahasa tetap menjadi kendala utama kami saat berpetualang di Tanah Taiwan ini. -_-“
Halte dan busnya, tapi salah -_-
Jadinya bingung deh mau kemana, ditambah cuaca yang panas dan perut yang mulai lapar, teman-teman memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar museum, menelusuri jalan Linhai  sambil mencari kedai yang menyediakan makanan yang bisa dimakan, alias tanpa bahan yang haram.
Jalan-jalan aja dulu
Hingga akhirnya kami nemuin satu kedai makanan, tapi lagi-lagi kendala bahasa, sehingga kawan-kawan pun harus susah payah menjelaskan menu yang dimau dengan bantuan google. Soalnya tulisan menunya pake bahasa Tionghoa.

Akhirnya mereka memesan sejenis sup seafood gitu sih. Meski begitu, aku belum mesan apapun, soalnya ragu juga mau ikutan makan, jadi rencanaku nunggu dulu pesanan mereka. Kalo enak, baru ikutan mesan. 2 teman yang lain juga gitu, nggak ikutan mesan.

Saat makanannya datang, emang terlihat aman, isinya pun hewan-hewan laut, seperti udang, kerang dan ikan. Tapi ada bau amis sedikit yang tercium, wajar sih namanya juga makanan laut. Tapi aku yang emang nggak terbiasa ama bau amis seperti itu memilih tidak jadi memesan. Takutnya daripada mesan tapi nggak kemakan.
Seafood Taiwan

Di saat seperti inilah aku pun membuka tas kecil yang ku bawa. Dan taraaa... Ada beberapa roti yang kuambil dari kapal sebelum turun di Taiwan. Meski udah sedikit dingin, tapi masih enak kok. Apalagi saat perut lapar gini. Nyam.. nyam...

Dasar backpacker kere.

Yeee... Ini namanya hemat cuy.

Setelah selesai makan, baru deh kami ngelanjutin petualangan, dan karena gagal ke gedung konsulat Inggris, kami memilih mengunjungi Hamasen Railway Cultural Park, sebuah taman yang ada tepat di belakang Museum Kereta Takao tadi.

Hamasen Railway Cultural Park

Tempat ini bisa dibilang adalah sebuah taman dari bekas stasiun kereta api. Di sini terdapat banyak besi-besi bekas jalur rel kereta api. Tempat ini dulunya merupakan sebuah Stasiun Central Kereta Api pelabuhan dan tempat penyimpanan gerbong dan gudang sebelum diubah menjadi taman.

Di tengah-tengah lapangan yang luas ini cukup banyak yang bermain layangan dan gelembung sabun. Yang uniknya sih, di sini juga ada banyak instalasi seni yang terbuat dari besi-besi bekas. Instalasi seni tersebut dibentuk menjadi berbagai benda seperti koper, roket, bola, hingga terompet yang berukuran besar.
Cewek main layangan
Hamasen Museum of Taiwan Railway
Hamasen Museum of Taiwan Raliway

Tepat di seberang Taman Hamasen ini ada pula sebuah museum yang menempati salah satu bangunan bekas gudang kereta api pelabuhan. Museum ini menyimpan koleksi dari sejarah perkeretaapian Taiwan dari masa ke masa. Tapi aku nggak masuk sih, soalnya museum yang ini harus bayar.

Petualang gratisan.

Jadi aku memilih di luar aja. Dan saat itu mataku tertuju ama lintasan rel kecil yang dilengkapi palang pintu kereta api yang juga berukuran kecil. Tak lama, melintaslah sebuah kereta api berukuran mini yang bisa diduduki anak-anak. Yang anehnya, orang tuanya juga ikutan naik. -_-

Kereta api ini ada dua, yang pertama berbentuk kereta api uap dan yang satunya berbentuk kereta api modern. Kedua kereta api ini akan membawa pengunjung mengelilingi kawasan Hamasen Museum.
Kereta kecil yang modern

Kereta kecil model uap
Jujur, cukup lucu juga sih ngelihat uwak-uwak ikutan naik kereta-kereta apian gitu. Nggak ingat umur uwak-uwak ini. Padahal pengen nyoba juga, tapi mahal. Wkwkwkwkw...
Ada penjual makanan juga

Penglai Area of Pier 2 Art


Oh ya, kawasan ini juga terhubung langsung dengan Penglai Area of Pier 2 Art. Katanya sih kawasan ini merupakan perluasan dari Pier 2 Art Center yang tak jauh dari sini. Di Penglai ini juga terdapat beberapa instalasi seni dari berbagai benda-benda.

Berhubung hari yang semakin sore, kami memutuskan untuk segera kembali ke kapal. Wah... Petualangan 1 hari di Taiwan yang menyenangkan. Tapi kisah ini belum berakhir kok, setelah ini aku akan menyaksikan matahari terbenam. See you...

....to be continued
Si ganteng yang unyu