Tampilkan postingan dengan label Kabupaten Karo. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kabupaten Karo. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 Oktober 2015

Bukit Gundaling



Bukit Gundaling adalah salah satu objek wisata Kota Berastagi. Bukit ini hanya berjarak 3 kilometer dari pusat kota dan berada di ketinggian sekitar 1.575 meter dari permukaan laut dan untuk mencapainya tersedia angkot.
Akses Transportasi

Setelah puas menikmati indahnya arsitektur Pagoda Emas di Taman Alam Lumbini, kami kemudian melanjutkan perjalanan. Dari Tugu Tongkoh kami naik angkot hingga Tugu Berastagi dan dari tugu ini kami naik angkot lagi yang mengantar hingga ke puncak Bukit Gundaling. Menurut supir angkot, lebih beruntung naik angkot karena jika berjalan dari tugu ke atas cukup jauh dan ditambah harus membayar uang masuk. Sedangkan jika naik angkot, kita cukup membayar ongkos angkot saja sebesar Rp. 3000 tanpa membayar tiket masuk.
Tugu Berastagi
Landscape alam

Udara yang segar dan harum pohon-pohon pinus seolah menyambut saya di puncak Gundaling. Hmmm.... benar-benar menyegarkan pikiran, rasanya seperti direfresh.
Nah, dari puncak Bukit Gundaling saya dapat melihat panorama alam ciptaan tuhan yang sangat indah yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Saat itu Gunung Sinabung menjadi objek yang menarik untuk dilihat, karena gunung itu sedang aktif sehingga terlihat asap mengepul di puncak gunungnya. Selain itu, pemandangan Kota Berastagi juga terlihat dari sini. Katanya sih pemandangan senja dan malam hari dari bukit ini lebih indah, namun sayangnya kami harus kembali ke Medan sebelum gelap, karena kami takut kehabisan angkot.
Gunung Sinabung di kejauhan
Kota Berastagi dilihat dari Bukit Gundaling
Sarana dan prasarana

Di bukit ini juga menyediakan penyewaan kuda untuk mengelilingi Bukit Gundaling. Biasanya pemilik kuda akan menemani kita saat berkeliling. Jika beramai-ramai kita dapat menyewa delman di bukit ini.
Untuk souvenir, di bukit ini juga tersedia berbagai macam pernak-pernik serta beragam oleh-oleh yang bisa dijadikan buah tangan. kita juga dapat membeli buah dan bermacam-macam jenis tanaman hias yang juga dijual pada tempat tersebut.
Naik delman bro

Jumat, 16 Oktober 2015

Pagoda Emas Lumbini



Di Berastagi, Sumatera Utara ada sebuah objek wisata berupa pagoda emas yang merupakan replika dari pagoda Shwedagon di Myanmar. Pagoda ini mendapat rekor muri sebagai pagoda tertinggi di Indonesia dan termasuk replika tertinggi nomor dua di Asia Tenggara.
Sebelum pulang kampung mengisi libur semester, teman kost mengajak saya traveling ke lokasi wisata. Awalnya saya mengajak mereka ke Kebun Teh di Sidamanik sekaligus melihat Air Terjun Bah Biak. Namun sayang, tidak ada kereta api jurusan Medan-Pematang Siantar yang berangkat pagi. Sehingga acara ke kebun teh pun dibatalkan.
Karena terhalang transportasi, akhirnya saya mengusulkan agar ke Berastagi saja. Di sana ada Pagoda Emas dan Bukit Gundaling. Tetapi seorang teman kost kurang tertarik, sehingga perjalanan ke Berastagi yang awalnya bertiga menjadi hanya kami lakukan berdua saja.
Akses Transportasi

Dari kost ke Terminal Padang Bulan kami naik angkot 104 yang kemudian perjalanan ke Berastagi dilanjutkan dengan bus Sutera (Sumatera Transport). Sekitar 2 jam kemudian kami berdua tiba di Tugu Tongkoh, tugu ini berbentuk pohon jeruk. Dari tugu tersebut kami memutuskan berjalan kaki saja karena cuaca Berastagi yang segar, berbeda dengan kota Medan. Jarak dari tugu rongkoh dengan pagoda emas juga tidak begitu jauh, sehingga tidak akan terlalu menguras tenaga.
Tugu Tongkoh
Jalan menuju pagoda

Pagoda Emas

Begitu kami sampai di objek wisata ini, rasanya seperti berada di Myanmar karena pagoda emas ini adalah replika dari Pagoda Shwedagon yang ada di Myanmar. Bahkan, pagoda ini mendapat rekor muri sebagai pagoda tertinggi di Indonesia dan termasuk replika tertinggi nomor dua di Asia Tenggara. Ciri khas pagoda ini adalah stupa Budha sepanjang 69 meter dan tinggi 46,8 meter. Terdapat pula lebih dari 2.500 patung Budha dan relief lainnya di kawasan pagoda ini.


Sayangnya karena hari minggu kami tidak dapat masuk ke dalam. Hanya pengunjung yang ingin beribadah dan turis luar negeri saja yang diijinkan masuk ke dalam bangunan pagoda. Di komplek pagoda ini juga ada taman alam. Kami berkeliling di taman tersebut untuk merasakan kedekatan lebih dengan alam.
Puas dari pagoda emas kami melanjutkan traveling ke Bukit Gundaling.
Lokasi : Taman Alam Lumbini, Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rakyat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara
Tiket Masuk: Gratis, tapi tidak boleh membawa makanan ke dalam komplek pagoda.
Saya berfoto di depan Pagoda Emas

Minggu, 04 Mei 2014

Air Terjun Sipiso-Piso yang Menawan



Air Terjun Sipiso-Piso

Selain Danau Toba, salah satu objek wisata lain yang cukup terkenal di Sumatera Utara adalah Air Terjun Sipiso-Piso. Air Terjun Sipiso-Piso memang sangat terkenal sebagai objek wisata di Sumatera Utara. Berada di Kabupaten Karo, air terjun ini memiliki ketinggian 120 meter dan dari tempat parkir kita dapat melihat Air Terjun Sipiso-Piso dan keindahan Danau Toba.
Setelah puas belajar sejarah di Rumah Pengasingan Bung Karno yang berada di Berastagi, kami meneruskan perjalanan ke Air Terjun Sipiso-piso. Kami tiba di lokasi wisata ini bertepatan dengan jam makan siang. Sebelum turun ke bawah, saya mengisi tenaga dulu, karena untuk mencapai dasar air terjun ini kami harus menuruni ratusan anak tangga, bahkan katanya, anak tangganya mencapai seribu buah. Semangat untuk makan! "Buk, pesan nasi pake ayam, yang banyak buk!" (rakus)
Ups... kekenyangan nih, nggak bisa gerak. -_-“
terpaksa liat-liat dari atas dulu, dari tempat parkir, kita bisa melihat Air Terjun Sipiso-Piso dan Danau Toba. keren uy!
Air Terjun Sipiso-Piso
Danau Toba
Setelah istirahat agar makanannya tercerna, saatnya turun ke bawah. Yuhu!!!! Setapak demi setapak saya menuruni anak tangga ini, cukup melelahkan memang, Tetapi begitu sampai di dasar, rasanya sangat menyenangkan bermain di air yang segar dari hempasan air terjun ini. Rasanya tak menyesal meski harus membuat kaki mengeluh karena menuruni anak tangga.
Oh ya, naiknya ntar gimana ya? -_-“
 

Alamat :  Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara
Tiket Masuk : Rp. 5000
Rute : Jika menggunakan kendaraan umum dapat menggunakan bus dari terminal pusat kota  Medan dengan trayek Kabanjahe. Setelah sampai di Kabanjahe dilanjutkan 24 km ke arah utara jalur menuju Danau Toba hingga sampai di desa Tongging.
Objek wisata di sekitarnya :
> Gunung Sipiso-Piso
> Desa Tongging

Sabtu, 03 Mei 2014

Rumah Adat Karo di Desa Lingga



Rumah Adat Karo
Desa Lingga di Kabupaten Karo adalah sebuah perkampungan yang menyimpan peninggalan budaya dan sejarah Karo. Di Desa ini terdapat Rumah adat karo yang berusia Lebih dari 150 tahun dan bangunannya masih asli.
Berawal dari tugas mata kuliah untuk memetakan lokasi bangunan bersejarah yang terdapat di Berastagi, kami memutuskan untuk sekalian mengunjungi rumah adat karo di Desa Lingga. Desa ini terletak di luar kota Berastagi sehingga butuh waktu hampir satu jam untuk mencapainya jika naik motor, jika jalan kaki, hitung sendiri aja ya....
Di depan desa ini terdapat sebuah gapura yang bertuliskan Majuah-Juah yang seolah-olah menyambut kami dan para wisatawan. Masuk ke dalam desa, terdapat dua rumah adat Karo, tetapi cuma satu yang kondisinya baik dan dan dihuni, sedangkan yang satunya dalam masa renovasi. Seperti biasa, peninggalan sejarah dan budaya kan emang sering terlupakan.



Mejuah-Juah
Sejarah
Yuk lanjut... Rumah Adat Karo di Desa Lingga ini didirikan tahun 1860 dan masih asli hingga saat ini. Biasanya Satu rumah dihuni 8 atau 12 keluarga. Rame banget kan? Sungguh kekeluargaan yang patut diancungi jempol. Tetapi saat ini rumah adat ini hanya dihuni 1 keluarga saja.
 Arsitektur
Arsitektur rumah adat ini cukup menarik lho. Rumah adatnya berupa rumah panggung, tingginya kira-kira 2 meter dari tanah yang ditopang oleh tiang dari kayu ukuran besar. Kolong rumah sering dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan kayu dan sebagai kandang ternak.
Didirikan tahun 1860
Rumah ini mempunyai dua buah pintu, satu menghadap ke barat dan satu lagi menghadap ke... atas? ya ke timur dong.. Di depan masing-masing pintu terdapat serambi, dibuat dari bambu-bambu bulat yang disebut ture. Atap rumah dibuat dari ijuk. Pada kedua ujung atapnya terdapat anyaman bambu berbentuk segitiga, disebut ayo-ayo. Pada puncak ayo-ayo terdapat tanduk atau kepala kerbau dengan posisi menunduk ke bawah.
Ayo-ayo dengan kepala kerbau di puncaknya
bagian dalam rumah adat Karo
Saat kami berkunjung ke rumah adat ini, kami tidak bertemu wisatawan lain kecuali turis dari Jerman dan Perancis. Mereka cukup antusias mendengarkan penjelasan dari pemandu. Ironisnya, peninggalan budaya dan sejarah seperti ini lebih diminati oleh para turis ketimbang masyarakat kita sendiri.
Tim Penjejak Sejarah lokal
 
AlamatDesa Lingga di Kabupaten Karo
Tiket Masuk : Gratis
Transportasi : lebih baik menggunakan kendaraan pribadi.