Sabtu, 17 Agustus 2019

Petualangan di Hong Kong: Selamat datang di Hong Kong

Hai sahabat backpacker, selamat pagi semuanya.

Ya nggak pagi juga sih, soalnya pagi ini aku bangunnya lumayan kesiangan. Ya maklum aja lah, tidur di kabin kapal dengan rasa hotel bintang lima ini emang mantap banget. Kasurnya tuh empuk. Terus, walaupun lagi di kapal dan kapalnya lagi berlayar di lautan lepas, kapalnya nggak goyang-goyang, bikin tidur jadi nyenyak banget.

Rasa lelah di badan yang kemarin kecapekan karena keliling Kota Kaohsiung pun hilang. Jadinya siap deh buat jelajahi destinasi selanjutnya. Setelah setelah bersiap-siap, aku segera naik ke sun deck, mau liat-liat lautan lepas. Ternyata cuacanya cukup berkabut dan masih jauh dari daratan. Di sekililing cuma keliatan air laut doang.

Setelah beberapa lama kapal pesiar superstar Virgo ini berlayar, akhirnya aku mulai melihat beberapa kapal berukuran raksasa yang muncul dari balik kabut. Sepertinya kami udah deket ama tujuan. Dan benar aja, nggak lama kemudian aku melihat gugusan pulau-pulau kecil.

Gugusan pulau kecil ini cakep banget lho, pulau-pulaunya berbukit hijau, sedangkan pantainya berupa bebatuan. Dan di sekelilingnya dikelilingi air laut yang kebiruan. Serius, cakep banget.
Gugusan Pulau Hong Kong
Tak berapa lama, kapal pesiar ini mulai memasuki kawasan perairan Selat Victoria. Hong Kong. Di sini aku semakin terkagum-kagum. Karena masih daerah pinggiran pesisir Kowloon dan pesisir Pulau Hong Kong aja tapi kota ini sudah dipenuhi bangunan gedung-gedung pencakar langit. Di depan gedung-gedung itu terdapat jalan raya yang tiang pancangnya berdiri di atas Selat Victoria dan di sisi belakang, terdapat perbukitan hijau sebagai latar perkotaannya. Keren banget uy...
Kapal pesiar memasuki Selat Victoria
Lalu di perairan Selat Victoria yang memisahkan Semenanjung Kowloon dengan Pulau Hong Kong ini, ada berbagai macam kapal, mulai dari boat, perahu, yacht, hingga kapal-kapal berukuran besar seperti kapal ferry, kapal tanker, bahkan kapal pesiar pun ada. Keren....
Hong Kong dari Selat Victoria
Semakin memasuki perairan Selat Victoria ini, semakin membuatku terperangah, gilak! Kota ini super keren. Bahkan rasanya kota-kota yang pernah kukunjungi sebelumnya, kalah telak ama kota ini. Tapi karena cuaca yang semakin panas, aku akhirnya memilih masuk ke dalam kapal, dan memilih untuk makan siang seperti biasa di deck 7, di Resto Mediterranian Buffet. Resto gratis di kapal ini dengan menu yang bisa diambil sepuasnya.

Kali ini aku makan di sisi jendela, jadi bisa makan siang sambil menikmati lanskap kota Hong Kong dari atas kapal pesiar. Menu siang ini pun cukup enak, dengan lauk berupa udang dan daging ikan serta sayur. Menunya enak, pemandangannya cakep, beuh... Mantap banget lha.

Makan dengan pemandangan Hong Kong

Menu makan siang di kapal pesiar
Selesai kami makan siang, kapal pesiar Superstar Virgo ini pun tiba di pelabuhan Ocean. Sebagai penumpang kapal pesiar, kami mendapat keistimewaan dengan tidak lagi melewati imigrasi, langsung cus aja. Go...

Pelabuhan Ocean Terminal ini cukup besar, bahkan menurutku sih lebih mirip mall daripada pelabuhan, soalnya di setiap sudutnya terdapat gerai-gerai penjualan, mulai dari pakaian, barang branded, sampe gerai makanan pun banyak. Ternyata Ocean Terminal ini emang terhubung ama Harbour City, salah satu pusat perbelanjaan di Kota ini.
Superstar Virgo di Ocean Terminal

Pelabuhan Ocean Terminal

Harbour City
Tapi kami nggak berlama-lama di OceanTerminal ini, karena tujuan kami di Hong Kong ini adalah ngunjungi The Peak. Jadi kami segera keluar dari area pelabuhan berjalan menyusuri jalanan kota Hong Kong menuju stasiun mtr. Btw, mrt di Hong Kong emang dinamain MTR, singkatan dari Mass Transit Railway, perusahaan yang menjalankan mrt di Hong Kong.

Rencananya kami ke The Peak dengan menaiki Peak Tram. Jadi kami akan naik mtr dari stasiun Tsim Sha Tsui. Sebelum naik tentunya beli tiket dulu, tiket mtr ini ada yang untuk sekali jalan dan ada juga yang harian, berhubung kami cuma sehari doang di kota ini, jadi kami milih tiket sekali jalan aja.
Tsim Sha Tsui Stasiun
Untuk ngebeli tiketnya ada vending machina yang tersedia, caranya pun cukup mudah, cukup pilih stasiun tujuan, tentukan jenis tiket, pastikan destinasi dan biaya, masukin uangnya, dan taraa... Tiket dan uang kembaliannya akan keluar dari mesin.
Vending Machina tiket mtr
Suasana di dalam MTR
Berhubung ini pengalaman pertamaku naik mrt, jadi rasanya keren aja gitu, meskipun aku nggak dapat tempat duduk sih. Tak beberapa lama, kami tiba di stasiun tujuan, Stasiun Admiralty yang ada di Pulau Hong Kong. Jadi ternyata jalur mrt nya lewah terowongan bawah laut. Keren uy....

Keluar dari stasiun, kami pun menyusuri jalanan kota Hong Kong menuju stasiun Peak Tram. Tapi sepanjang jalan, kepalaku ngeliat ke atas mulu sih, gedungnya tingi-tinggi uy dan bangunannya sangat megah.
Gedung pencakar langit di Hong Kong
Selain itu, jalanan di Hong Kong ini juga cukup nyaman, pedestrian pejalan kaki yang disediakan cukup luas dan aman dan rambu-rambu petunjuk arah juga cukup banyak tersedia. Saat menuju peak tram, kami juga melewati satu bangunan unik yang ternyata adalah bangunan St. John's Cathedral, katanya sih ini salah satu gereja tua dan bersejarah di Hong Kong.
Rambunya lengkap

Lanskap Kota Hong Kong

Jalan-jalan di Hong Kong

St. John's Cathedral Hong Kong
Akhirnya setelah beberapa lama berjalan, kami sampe juga di stasiun Peak Tram. Nggak capek sih, cuma leher ku doang yang capek liat gedung tinggi. Tapi pas kami nyampe, kami sangat kecewa, karena ternyata yang antri banyak banget, udah mirip orang-orang nungguin pembagian sembako, cuma yang ini lebih tertib. -_-
Antriannya cuy. -_-
Karena waktu kami yang singkat, akhirnya kami batal naik Peak Tram dan memilih transportasi lain untuk menuju The Peak yaitu taksi. Btw ada cerita menarik juga sih saat mau naik taksi, jadi saat itu kami ngelihat ada taksi kosong yang berhenti di pinggir jalan, jadi langsung aja kami mau masuk dan bilang ke supir tujuan kami. Tapi kami ditolak olehnya, dia bilang kalo mau naik taksi, harus nunggu di titik penjemputan taksi, yang jaraknya cuma 10 meter dari kami. Dia nggak mau kami naik taksinya kecuali nunggu dulu di situ, ya ampun... Tertib banget dah nih kota. Salut uy. Akhirnya kami pun nunggu di situ, baru deh dikasi naik.

Brmmm... Brmmm... Berangkat....
Si ganteng yang unyu di Selat Victoria Hong Kong

Rabu, 14 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Sunset, Malam dan Showtime: 1001 Night


Hai sahabat backpacker, sebagai seorang pengagum langit, aku selalu menyukai momen ketika matahari terbit maupun matahari terbenam. Oleh karena itu, kali ini aku pun berusaha untuk menyaksikan momen matahari terbenam di Kota Kaohsiung Taiwan.

Setelah sebelumnya menjelajahi beberapa objek wisata yang ada di kota ini selama seharian, kami pun segera kembali ke kapal. Karena malam nanti, kapal akan segera berlayar menuju destinasi selanjutnya.

Begitu kembali ke kapal, aku pun segera naik ke deck 14 yang merupakan sun deck, tempat terbaik menikmati cahaya matahari dari atas kapal pesiar Superstar Virgo ini. Deck yang memiliki ketinggian hingga 30 meter ini mantap banget, soalnya bisa memandangi sekitarnya dengan bebas dari ketinggian. Bahkan lanskap perkotaan Kaohsiung pun bisa terlihat dari atas sini.
Lanskap Kota Kaohsiung dari atas kapal pesiar
Kota Kaohsiung

Tak lama kemudian moment matahari terbenam yang kutunggu-tunggu pun tiba. Moment ketika matahari terbenam di Taiwan ini menurut cakep banget lho. Saat itu sang penguasa siang itu perlahan turun ke ufuk barat dan disertai cahaya jingga kemerahan yang indah. Cahayanya pun memantul di atas Selat Cijin, selat yang memisahkan Kota Kaohsiung dengan Pulau Cijin. Keberadaan kapal-kapal yang sedang berlabuh pun menambah indah pemandangan sunset saat itu. Kerennn....
Sunset dari atas kapal pesiar

Senja di Kaohsiung
Menikmati senja

Makan malam

Selesai menikmati indahnya matahari terbenam, aku pun segera kembali ke kabin untuk bersih-bersih biar semakin ganteng dan agenda selanjutnya adalah makan malam. Apalagi perutku emang  udah cukup lapar setelah seharian menjelajah kota dan cuma makan roti siangnya. Seperti biasa, aku memilih makan malam di Resto Mediterranean Buffet yang ada di deck 12. Soalnya di resto ini kita bebas ngambil makanan sepuasnya dan seluruhnya gratis karena sudah termasuk dalam biaya tiket kapal.

Menu malam ini yang ku pilih adalah tumis udang dengan brokoli, kepiting masak presto dan daging. Mantap banget. Udangnya gede-gede dan rasanya juga enak. Duh... Kenyang lha makan di kapal pesiar ini. Udah enak, bebas ambil semaunya, gratis lagi. Awas iri ya. :D
Makan malam di kapal pesiar
Malam di Kaohsiung

Setelah mengisi perut, aku kembali naik ke deck 14, alias sun deck. Agendaku sekarang adalah menikmati indahnya Kota Kaohsiung di malam hari dari pelabuhan ini. Karena kapal pesiar ini sangat tinggi, jadi aku bisa puas memandangi indahnya kota Kaohsiung tanpa terhalang apapun.

Pemandangan malam di kota ini pun memang juara, cahaya lampu dari gedung-gedung pencakar langit yang ada di Kota Kaohsiung ini terlihat begitu indah. Cahayanya memenuhi gelapnya malam. Cakepnya lagi, cahaya lampunya itu memantul di atas perairan Love River dan Selat Cijin. Ditambah cahaya lampu kapal yang berlabuh di sekitar sini, makin cakep lha pemandangannya.
Lanskap Kaohsiung saat malam
Gedung pencakar langit di Kaohsiung

Indahnya Kaohsiung saat malam

Lampu kapal di Pelabuhan Kaohsiung
Tak lama kemudian kapal pesiar Superstar Virgo ini mulai bergerak dari pelabuhan menuju lautan lepas, menuju destinasi selanjutnya. Perlahan Kota Kaohsiung terlihat semakin menjauh. Hingga hanya gemerlap cahaya gedungnya saja yang terlihat.

Ah.... Selamat tinggal Kaohsiung, selamat tinggal Taiwan, semoga kita bertemu lagi suatu hari nanti.

Showtime: 1001 Night

Aku tak terlalu lama di luar, karena cuaca di luar semakin dingin dan angin lautnya cukup kencang. Ntar si ganteng dan unyu ini terbang kebawa angin pula. Aku pun kembali masuk ke dalam kapal.

Kami segera menuju Lido Theatre, soalnya seperti biasa, setiap malam ada hiburan yang disediakan ama pihak kapal dan malam ini pertunjukkan adalah showtime: 1001 Night. Show kali ini bercerita tentang raja yang nikah lagi, tapi si selirnya ini jahat dan malah mencelakai sang ratu dan membuangnya ke laut. Duh... Nih raja juga kegatelan sih. Kapok lha. Tapi endingnya sih bahagia, si raja dan ratu akhirnya bersama lagi.
Pertunjukan 1001 Night di kapal pesiar

Aksi akrobatik saat show
Yang seru dari show ini adalah pertunjukan akrobatik yang ditampilkan di sela-sela show. Keren sih ngelihat mereka akrobatik. Tubuhnya lentur, keren banget. Selesai menonton pertunjukan, aku pun kembali ke kabin, untuk beristirahat, karena besok petualangan yang baru akan dimulai kembali.

Good night kawan-kawan.

See you...

...to be continued 
Si ganteng yang unyu menatap Kota Kaohsiung


Senin, 12 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Hamasen Railway Cultural Park

Hai sahabat backpacker...

Petualanganku di Kota Kaohsiung, Taiwan belumlah berakhir, setelah sebelumnya puas menikmati mulusnya paha cewek-cewek Taiwan. Eh... Maksudku puas menjelajahi Takao Railway Museum, kami bermaksud untuk melanjutkan petualangan ke British Consulate of Takow alias gedung bekas konsulat Inggris. Katanya sih tata kota dan bangunan di sekitarnya terlihat mirip suasana di Eropa dan letaknya tidak begitu jauh dari museum ini. Lokasinya yang berada di atas bukit juga membuat kita bisa melihat Kota Kaohsiung dari ketinggian. Wih... Keren banget nih.

Dari informasi yang diberikan mbak-mbak petugas museum, untuk menuju gedung konsulat ini cukup naik bus dari halte yang ada di dekat museum ini. Tapi saat kami masuk ke dalam bus, sopirnya bilang salah bus, padahal nomornya udah sesuai. Kami berusaha menjelaskan pada sopir bus tujuan kami, namun tetap lumayan sulit menjelaskannya, si sopir juga sulit dimengerti perkataannya. Akhirnya bahasa tetap menjadi kendala utama kami saat berpetualang di Tanah Taiwan ini. -_-“
Halte dan busnya, tapi salah -_-
Jadinya bingung deh mau kemana, ditambah cuaca yang panas dan perut yang mulai lapar, teman-teman memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar museum, menelusuri jalan Linhai  sambil mencari kedai yang menyediakan makanan yang bisa dimakan, alias tanpa bahan yang haram.
Jalan-jalan aja dulu
Hingga akhirnya kami nemuin satu kedai makanan, tapi lagi-lagi kendala bahasa, sehingga kawan-kawan pun harus susah payah menjelaskan menu yang dimau dengan bantuan google. Soalnya tulisan menunya pake bahasa Tionghoa.

Akhirnya mereka memesan sejenis sup seafood gitu sih. Meski begitu, aku belum mesan apapun, soalnya ragu juga mau ikutan makan, jadi rencanaku nunggu dulu pesanan mereka. Kalo enak, baru ikutan mesan. 2 teman yang lain juga gitu, nggak ikutan mesan.

Saat makanannya datang, emang terlihat aman, isinya pun hewan-hewan laut, seperti udang, kerang dan ikan. Tapi ada bau amis sedikit yang tercium, wajar sih namanya juga makanan laut. Tapi aku yang emang nggak terbiasa ama bau amis seperti itu memilih tidak jadi memesan. Takutnya daripada mesan tapi nggak kemakan.
Seafood Taiwan

Di saat seperti inilah aku pun membuka tas kecil yang ku bawa. Dan taraaa... Ada beberapa roti yang kuambil dari kapal sebelum turun di Taiwan. Meski udah sedikit dingin, tapi masih enak kok. Apalagi saat perut lapar gini. Nyam.. nyam...

Dasar backpacker kere.

Yeee... Ini namanya hemat cuy.

Setelah selesai makan, baru deh kami ngelanjutin petualangan, dan karena gagal ke gedung konsulat Inggris, kami memilih mengunjungi Hamasen Railway Cultural Park, sebuah taman yang ada tepat di belakang Museum Kereta Takao tadi.

Hamasen Railway Cultural Park

Tempat ini bisa dibilang adalah sebuah taman dari bekas stasiun kereta api. Di sini terdapat banyak besi-besi bekas jalur rel kereta api. Tempat ini dulunya merupakan sebuah Stasiun Central Kereta Api pelabuhan dan tempat penyimpanan gerbong dan gudang sebelum diubah menjadi taman.

Di tengah-tengah lapangan yang luas ini cukup banyak yang bermain layangan dan gelembung sabun. Yang uniknya sih, di sini juga ada banyak instalasi seni yang terbuat dari besi-besi bekas. Instalasi seni tersebut dibentuk menjadi berbagai benda seperti koper, roket, bola, hingga terompet yang berukuran besar.
Cewek main layangan
Hamasen Museum of Taiwan Railway
Hamasen Museum of Taiwan Raliway

Tepat di seberang Taman Hamasen ini ada pula sebuah museum yang menempati salah satu bangunan bekas gudang kereta api pelabuhan. Museum ini menyimpan koleksi dari sejarah perkeretaapian Taiwan dari masa ke masa. Tapi aku nggak masuk sih, soalnya museum yang ini harus bayar.

Petualang gratisan.

Jadi aku memilih di luar aja. Dan saat itu mataku tertuju ama lintasan rel kecil yang dilengkapi palang pintu kereta api yang juga berukuran kecil. Tak lama, melintaslah sebuah kereta api berukuran mini yang bisa diduduki anak-anak. Yang anehnya, orang tuanya juga ikutan naik. -_-

Kereta api ini ada dua, yang pertama berbentuk kereta api uap dan yang satunya berbentuk kereta api modern. Kedua kereta api ini akan membawa pengunjung mengelilingi kawasan Hamasen Museum.
Kereta kecil yang modern

Kereta kecil model uap
Jujur, cukup lucu juga sih ngelihat uwak-uwak ikutan naik kereta-kereta apian gitu. Nggak ingat umur uwak-uwak ini. Padahal pengen nyoba juga, tapi mahal. Wkwkwkwkw...
Ada penjual makanan juga

Penglai Area of Pier 2 Art


Oh ya, kawasan ini juga terhubung langsung dengan Penglai Area of Pier 2 Art. Katanya sih kawasan ini merupakan perluasan dari Pier 2 Art Center yang tak jauh dari sini. Di Penglai ini juga terdapat beberapa instalasi seni dari berbagai benda-benda.

Berhubung hari yang semakin sore, kami memutuskan untuk segera kembali ke kapal. Wah... Petualangan 1 hari di Taiwan yang menyenangkan. Tapi kisah ini belum berakhir kok, setelah ini aku akan menyaksikan matahari terbenam. See you...

....to be continued
Si ganteng yang unyu

Selasa, 06 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Takao Railway Museum

            Hai sahabat backpacker, petualanganku di Tanah Taiwan belum usai, setelah mengunjungi Gereja Holy Rosary Katedral, kami kembali berjalan ke Love River, cuaca yang panasnya lumayan menyengat dan ditambah kami yang buta akan tempat-tempat wisata di Kaohsiung ini membuat kami bingung juga mau ngelanjutin petualangan kemana lagi. Padahal kami Cuma punya waktu satu hari doang buat nikmati Kota Kaohsiung ini sebelum nanti sore kami harus kembali ke kapal.

           Dan akhirnya dengan mengandalkan google map, kami nemuin satu tempat yaitu sebuah museum kereta api yang tidak begitu jauh dari Love River. Mas Zudi langsung saja semangat ngajakin kami buat ke museum itu aja. Btw Mas Zudi ini emang fans kereta api banget, IG nya aja isinya tentang kereta api doang.

            Teman-teman pun segera memesan taksi, beruntungnya si sopir taksi bisa bahasa inggris, jadi aman deh, nggak kayak sebelumnya yang nyasar kemana-mana. Brmmm... Brmm... Taksi pun segera berangkat.
Suasana Kota Kaohsiung

            Kami kembali lagi menyusuri jalanan Kota Kaohsiung, kota ini bener-bener bagus sih, jalanannya lenggang namun tetap tertib. Kotanya pun bersih. Selain itu uniknya kebanyakan kereta (baca: sepeda motor) di sini berjenis matic. Lalu di beberapa objek wisata maupun di dekat stasiun selalu tersedia penyewaan sepeda. Penyewaan Sepeda ini ada yang manual dari toko penyewaan maupun otomatis dengan mesin mirip atm.

            Jadi cara penyewaan secara otomatis ini, kita cukup mencari lokasi parkir sepeda yang dilengkapi ama mesin mirip atm, tempelin kartunya di mesin dan sepeda bisa digunakan. Untuk balikin sepedanya cukup cari lokasi parkir yang tersedia yang biasanya ada di sekitar objek wisata maupun stasiun.
Penyewaan sepeda otomatis
            Coba aja di sini ada kayak gitu, kan keren juga, tapi nggak yakin bisa lama sih sepedanya, soalnya bisa-bisa ada yang ngekiloin. Toh bangku di taman aja ada yang ngekiloin kok. Wkwkwkw...

            Lokasi

            Nggak begitu lama, kami akhirnya nyampe juga di Takao Railway Museum yang berada di Distrik Gushan, Kota Kaohsiung. Lokasi museumnya ini nggak jauh dari Stasiun MRT Sizihwan, di dekatnya juga ada halte bus, jadi mudah lah buat dikunjungi.

            “Jadi berapa tiket masuknya mas?” tanyaku pada Mas Zudi yang bertanya ke dalam museum, sedangkan aku sih nungguin di luar sambil malu-malu dan berharap tiket masuknya murah.

            “Gratis.” Jawab Mas Zudi.

            “Hah... Gratis? Hayuk masuk.. masuk..” ucapku dengan semangat dan malu-maluin. Maklum, backpacker kere -_-.
Takao Railway Museum
            Sejarah

            Jadi Museum Kereta Takao ini dulunya adalah stasiun kereta api pelabuhan Kaohsiung. Bahkan ini adalah stasiun kereta pertama di Kaohsiung yang dibangun pada masa penjajahan Jepang pada tahun 1900. Pada tahun 2003, stasiun ini ditetapkan sebagai bangunan bersejarah dan pada tahun 2008 menjadi tahun terakhir stasiun ini beoperasi karena kereta api sebagai transportasi publik digantikan oleh MRT. Dan akhirnya pada tahun 2010 stasiun ini dibuka sebagai Museum Kereta Takao.

            Koleksi Museum

            Museum ini masih menggunakan bangunan asli dari Stasiun Takao yang memiliki gaya arsitektur Jepang Klasik dengan atap bergaya China.

            Di bagian aulanya terdapat ruang informasi dengan berbagai foto-foto perkembangan kereta api di Taiwan zaman dahulu dan buku-buku yang membahas sejarah transportasi di Taiwan. Di sini terdapat juga beberapa miniatur lokomatif kereta api yang cantik serta satu cewek cakep yang merupakan petugas museum. Hehehehe...
Bagian aula museum
            Kemudian di bagian dalam ada ruang kepala stasiun, di sini ada arsip-arsip dari sejarah kereta api di Taiwan. Perlengkapan kantor stasiun kereta api seperti meja kepala stasiun, sofa, lemari, seragam masinis dan seragam pekerja kereta api hingga banyak lagi barang-barang lainnya pun ada.
Meja kepala stasiun

Arsip museum
            Lalu di bagian belakang museum terdapat beberapa lokomotif tua beragam tipe yang telah berusia puluhan tahun. Lokomotifnya cukup bersih dan terawat tapi di bagian relnya malah tumbuh subur rerumputan. -_-
Lokomotif tua
            Setelah selesai menjelajahi isi museum, kami pun segera keluar untuk melanjutkan petualangan di Kota Kaohsiung ini. Bersamaan dengan kami keluar, ternyata juga keluar penumpang MRT dari stasiun Sizihwan dan yang keluar kebanyakan cewek-cewek cakep Taiwan. Beuh... Puas mata. Wkwkwkww.

            Dasar jomblo.
Si ganteng yang unyu di depan museum

            ....to be continued

Senin, 05 Agustus 2019

Petualangan di Taiwan: Holy Rosary Katedral

          Hai sahabat backpacker, gimana kabar kalian? Semoga selalu sehat ya, amin...

          Maaf nih, udah lama aku nggak nulis, bukan nggak mau sih, tapi ketiadaan laptop emang ngebuat aku kesulitan untuk menulis kisah-kisah perjalananku. Padahal sebagai seorang backpacker yang hobby berpetualang rasanya ada aja yang kurang kalo nggak berbagi kisah petualangan. Dengan berbagi cerita, kan lumayan juga sih bisa bikin orang lain iri. Hehehehe...

          Jadi sekarang aku mau nyoba ngeblog dari hp aja dulu, ya walau nggak tau sih hasilnya bakal bagus atau nggak, tapi semoga aja bagus. Amin...

          Oke deh, mari kita lanjutin kisah petualanganku. Sedikit review dulu ke belakang, aku dan tiga orang beruntung lainnya menjadi juara d'Traveler of the year dan mendapat kesempatan untuk menaiki kapal pesiar Superstar Virgo dengan rute Filipina-Taiwan-Hongkong-Filipina. Sebelumnya kami telah menjejalahi kota Manila di hari pertama dan singgah di Ilocos Norte pada hari kedua dan sekarang kami singgah di Kota Kaohsiung, kota terbesar kedua di Taiwan setelah Taipei.

          Setelah puas menikmati indahnya Love River, sebuah sungai yang cantik dan punya sisi romantis buat yang punya pasangan dan disebut juga sebagai ikonnya Kaohsiung, kami pun melanjutkan petualangan di Kota Kaohsiung ini dengan mengunjungi Gereja Holy Rosary Katedral.
Holy Rosary Katedral

Alamat


          Holy Rosary Katedral ini beralamat di Distrik Lingya, Kota Kaohsiung. Lokasinya tidak begitu jauh dari Lover River, jadi cukup jalan kaki aja dan nyampe.

Sejarah

          Gereja Holy Rosary Katedral Minor Basilica adalah gereja katholik tertua di Kaohsiung, bahkan di Taiwan. Gereja ini pertama kali dibangun pada tahun 1860 dan kemudian diperbaharui pada tahun 1928.

Arsitektur

          Saat ngelihat arsitektur gereja ini aku ngerasa kayak kembali ke abad 19 karena gaya arsitekturnya yang kental dengan gaya Gothic dan Roman. Konon katanya arsitektur di bagian dalamnya lebih indah lagi dan terlihat mirip dengan desain interior dari Gereja Kathedral Manila. Tapi katanya sih, soalnya pas aku datang, pintu gerejanya lagi dikunci, jadi kagak bisa liat secara langsung.
Arsitekturnya keren

Bergaya gothic yang kental
Holy Rosary Katedral yang indah


          Oh ya, gereja ini juga merupakan tempat lahir dan berkembangkan agamanya Katholik di Taiwan serta tempat uskup agung berada. Gereja ini juga masuk dalam salah satu dari 100 tempat top keagamaan di Taiwan. Jadi gereja cukup keren lah untuk dikunjungi, karena selain berarsitektur indah, juga penuh dengan sejarah.
100 tempat top keagamaan di Taiwan
Siganteng yang unyu hadir kembali