Tampilkan postingan dengan label Kesenian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesenian. Tampilkan semua postingan

Senin, 09 November 2015

Huta Batak di Balige



Huta Batak adalah pemukiman yang khas berupa desa-desa yang tertutup dan membentuk masyarakat kelompok kecil. Biasanya kelompok ini adalah kumpulan marga/clan atau masih memiliki hubungan kekerabatan. Nah, ada satu nih Huta Batak buatan yang bisa dikunjungi wisatawan dan dibangun agar wisawatan bisa lebih mengenal budaya Batak.
Lokasi
Huta Batak ini berlokasi di Komplek T.B. Silalahi Center, Jalan Pagar Batu No. 88, Desa Silalahi, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir.
Isi Huta Batak
Emang ada apaan aja di dalam Huta Batak ini? Huta Batak ini berisi berbagai peninggalan budaya masyarakat Batak Toba yaitu...

1.      Rumah Adat Batak Toba
Rumah Adat Batak Toba
Rumah adat suku Batak Toba disebut juga ‘rumah bolon’. Rumah ini berbentuk panggung dengan bahan utama bangunan berupa kayu. Hal yang paling menarik perhatian adalah bentuk atapnya yang melengkung dan runcing di tiap ujungnya.  Proses pembangunan rumah adat suku Batak selalu dilaksanakan secara gotong royong. Bahan yang digunakan adalah bahan yang dengan kualitas baik, umumnya seorang tukang akan memilih kayu-kayu dengan cara memukul kayu tersebut dengan suatu alat untuk mencari bunyi kayu yang nyaring. Selengkapnya baca di sini

2.      Sopo
Sopo
Sopo adalah tempat penyimpanan (lumbung) dan dipisahkan oleh pelataran luas yang berfungsi sebagai ruang bersama warga huta. Bangunan sopo berlantai dua, hanya mempunyai satu baris tiang-tiang depan dan ruangan bawah terbuka tanpa dinding berfungsi untuk musyawarah, menerima orang asing dan tempat bermain musik. Selengkapnya baca di sini

3.      Boneka Sigale-Gale
Boneka Sigale-gale
Sigale-Gale adalah sebuah boneka kayu yang berdiri layaknya manusia dan memang berbentuk seperti manusia lengkap dengan panca indera dan mengenakan pakaian adat Batak. Boneka Sigale-gale ini bisa menari layaknya manusia, bahkan gerakannya pun hampir sama dengan gerakan tarian yang dilakukan oleh manusia karena dibantu oleh beberapa dalang yang berada di belakangnya. Oh ya... katanya boneka ini juga bisa menangis lho. Selengkapnya baca di sini

4.      Makam Batu
Makam Batu
Makam Batu merupakan salah satu peninggalan budaya masyarakat Batak dari Zaman Megalithikum. Makam batu ini akan diletakkan di atas tanah. Berbeda dengan keranda biasa yang terbuat dari kayu yang biasanya dikubur di dalam tanah. Makam batu ini juga diberi pahatan-pahatan yang khas yang penuh makna. Selengkapnya baca di sini

5.      Patung Pangulubalang
Pangulubalang
Pangulubalang adalah benda berupa patung yang sudah diberi kekuatan mistis. Pangulubalang berfungsi sebagai panglima untuk melindungi dan memberi kesejahteraan kepada kampung atau marga. Konon diyakini sebagai penjaga yang mampu mengusir roh jahat yang ingin masuk ke dalam huta atau kampung. Selengkapnya baca di sini

6.      Pohon Hariara
Pohon Hariara
Hariara adalah  pohon yang sangat erat kaitannya dengan adat Batak karena pohon ini sering ditanam sebagai tanda pembatas antara satu huta dengan huta yang lain, bahkan simbol pengawal desa, sebagai tempat mamele (berdoa pada penghuni alam gaib) atau sebagai tanda kepemilikan satu wilayah atau sebagai lambang bagi satu klan/marga, atau bahkan sebagai saksi dalam perjanjian antar komunitas.

Itu lah isi dari Huta Batak yang berada di dalam Kompleks T.B. Silalahi Center, Balige ini. Menarik  bukan?

Kamis, 05 November 2015

Manortor Bersama Sigale-Gale



Sumatera Utara merupakan provinsi yang terdiri dari banyak etnis seperti Melayu, Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Mandailing, Angkola dan etnis-etnis lainnya. Setiap etnis suku tersebut memiliki kesenian dan budayanya masing-masing dan beberapanya saat ini terkenal sebagai salah satu atraksi wisata yang membuat wisatawan mancanegara terpesona. Salah satu kesenian hasil budaya tersebut adalah menari Tor-Tor bersama Patung Sigale-Gale dari budaya Batak Toba.
Menari Tor-Tor atau disebut juga manortor bersama patung Sigale-Gale adalah sebuah kegiatan tarian tor-tor, tarian khas Batak yang diiringi musik Gondang. Sigale-Gale sendiri adalah sebuah boneka kayu yang berdiri layaknya manusia dan memang berbentuk seperti manusia lengkap dengan panca indera dan mengenakan pakaian adat Batak. Boneka Sigale-gale ini bisa menari layaknya manusia, bahkan gerakannya pun hampir sama dengan gerakan tarian yang dilakukan oleh manusia karena dibantu oleh beberapa dalang yang berada di belakangnya. Oh ya... katanya boneka ini juga bisa menangis lho... hiii...
Boneka Sigale-Gale

Sejarah
Cerita dari boneka ini bermula dari seorang Raja di Uluan yang bernama Raja Rahat. Raja ini telah lama ditinggal oleh istrinya dan ia hanya memiliki seorang putra yang menjadi mahkota dari kerajaan itu. Putranya itu bernama Manggale. Dalam kepemimpinananya, Raja ini sangat bijaksana dan putanya juga sangat dihormati dan disegani oleh rakyatnya kerena ketangkasannya dalam berperang.
Tibalah pada suatu hari terdengar kabar bahwa di hutan Uluan yang jadi perbatasan Uluan telah berkumpul pasukan dari seberang negeri Uluan hendak menyerang dan menjarah harta kekayaan alam Uluan. Mendengar hal itu rakyat juga sang Raja tampak gelisah dan dia tetap berusaha keras memikirkan rencana untuk menghadapi ancaman ini, lalu ia mengumpulkan penasehat-penasehatnya, para tetua kampung, Datu-datu dan putranya Manggalae selaku panglima perang. Dari semua penatua ada seorang Datu yang dianggap sebagai penasehat tertua dan ucapan dari Datu ini sangat didengarkan oleh Raja, Datu itu bernama Datu Manggatas. Mendengar semua perkataan Raja, semua tampak takut dan bingung untuk memberkan keputusan yang tepat. Datu Manggatas itu pun menyarankan untuk berperang melawan dan mengutus Manggalae sebagai pemimpin dalam perperangan itu, dan semua pun setuju dengan pendapat Datu lalu genaplah keputusan sang Raja untuk berperang lalu ia pun mengutus putranya Manggalae untuk memimpin pasukan Uluan menghadapi musuh di pebatasan tersebut.
Setelah enam bulan berlalu, Manggalae dan pasukan nya masih berperang di dalam hutan. Raja dan rakyatnya menantikan kepulangan mereka, namun belum ada kabar karena tidak ada yang berani masukl kedalam hutan. Sampai suatu seketika sang Raja bermimpi, dalam mimpinya ia melihat seekor burung gagak yang sedang terbang diatas rumahnya dan tiba-tiba burung gagak itu terjatuh dan mati karena tertusuk anak panah. Sang Raja pun sering merenungi mnakna mimpi itu dan menafsirkan nya sebagai pertanda buruk. Kekhawatiran juga ketakutannya begitu menyiksanya, karena Manggalae adalah putra semata wayangnya. Tak tahan menahan rindunya, Raja pun jatuh sakit. Melihat keadaan sang Raja para tetua dan penasehat Raja berkumpul dan berunding dalam memikirkan cara penyembuhaannya. Lalu Datu Manggatas pun memberikan masukan untuk membuat patung menyerupai wajah Manggalae dimana Datu manggatas akan mengundang roh Manggalae untuk masuk kedalam patung tersebut agar patung tersebut dapat bergerak seperti manusia, dimana rasa rindu Raja dapat terobati apabila melihat patung itu. mendengar masukan dari Datu itu mereka pun membuat patung itu demi kesembuhan Raja.
Tepat pada bulan purnama, setelah semua persiapan selesai, semua rakyat pun berkumpul menantikan kehadiran Raja bersama Datu Manggatas untuk melihat patung itu, betapa terharunya semua rakyat yang berkumpul disitu karena melihat sang Raja yang menangis menatap patung itu. Lalu Datu Manggatas pun mengisyaratkan pada pargonci untuk memainkan gondang sabangunan, lalu diikuti dengan tiupan alat musik sordam. Menyusul tabuhan Gondang, sang datu mengambil tali tiga warna : merah, hitam dan putih. Lalu mengikatnya dikepala patung itu. Datu lalu mengenakan ulosnya, dan membaca mantra sambil mengelilingi patung tersebut sampai tujuh kali, dan tiba-tiba patung itu bergerak dan tidak hanya bergerak juga manortor bersama sang Datu. Kemudian Datu menjemput sang Raja untuk ikut manortor bersama patung Manggalae. Semua rakyat pun terharu dan ikut bergabung manortor bersama-sama. Mereka manortor hingga fajar terbit dan tibalah roh Manggalae tersebut harus kembali kealamnya sebelum ayam berkokok karena begitulah perjanjiannya.
Roh Simanggalae pun kembali kealamnya meninggalkan patung itu juga seluruh rakyat uluan yang hadir. Dan patung itu pun tidak dapat lagi bergerak. Raja Rahat lalu menyimpaan patung itu. Demikianlah sang Raja terhibur. sehingga sejak saat itu, apabila sang Raja rindu bertemu dengan putranya, ia akan mengadakan upacara pemanggilan roh dan akan manortor bersama ''anak'' nya itu sampai pagi. Patung itu pun dinamai Sigale-gale karena gerakannya yang lemah dan seolah tak bertenaga dan pacara ini selalu dilakukan hingga sang Raja meninggal dunia.
Menjadi Atraksi Wisata
Saat ini kegiatan manortor bersama bonek sigale-gale adalah sebuah kegiatan wisata yang mampu menarik minat banyak wisatawan lokal maupun mancanegara dan telah menjadi salah satu identitas dalam pariwisata Provinsi Sumatera Utara secara umum, dan Samosir secara khususnya.
Wisatawan ikut manortor
mahasiswa juga ikutan

Lokasi 
Atraksi wisata ini biasanya dapat ditemui di Pulau Samosir. Selain itu, manortor bersama patung Sigale-gale juga dapat ditemui di Huta Batak yang berada di Komplek Silalahi Center, Jalan Pagar Batu No. 88, Desa Silalahi, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.