Tampilkan postingan dengan label Taman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Taman. Tampilkan semua postingan

Jumat, 19 Mei 2017

Petualangan di Jakarta: Santai Sejenak di Taman Fatahillah



Uwih... capek juga ternyata menjelajahi Kota Tua Jakarta ini. Tapi wajar sih, soalnya Kota Tua ini cukup besar dan ada buanyak banget bangunan-bangunan tua nan bersejarah dengan arsitektur dan bentuk bangunan yang ikonik. Museum-museumnya pun luas dan koleksinya banyak yang menarik, jadi sayang banget kalo dilewatkan.

Apalagi hari ini aku juga dari jam 3 pagi udah bersiap dan harus berangkat ke Kuala Namu demi penerbangan ke Jakarta dan begitu nyampe Jakarta langsung menuju ke Kota Tua naik damri. So.... terasa juga capek dan lapernya, soalnya udah jam 12 siang juga.

Akhirnya setelah puas menjelajahi Museum Fatahillah, aku memutuskan untuk istirahat sejenak dan mengumpulkan kembali tenagaku di Taman Fatahillah yang berada tepat di depan Museum Fatahillah alias Museum Sejarah Jakarta. Taman ini dikatakan sebagai pusatnya Kota Tua Jakarta. 
Taman Fatahillah
Taman Fatahillah
Sambil duduk dan menikmati cemilan di bangku taman yang tersebar di setiap sisi taman, aku juga memperhatikan suasana taman ini. Ternyata meski bukan hari libur, pengunjung Taman Fatahillah cukup rame. Kebanyakan sih dateng bareng teman atau pasangannya yang terlihat cukup mesra. Dan kayaknya cuma aku sendiri yang datang sendirian. Sial.

Beberapa pengunjung kulihat asyik mengambil foto dari berbagai sudut, ada juga yang membuat video. Sedangkan pengunjung yang lain ada yang bersantai menikmati waktu, ada yang berkeliling ke sana ke mari dan ada juga yang bermain sepeda. Cukup rame.

Taman Fatahillah ini pun cukup asyik, meski cuacanya agak panas sih. Tapi pengelolaannya cukup bagus, bangku-bangku taman tersebar di setiap sisi taman, kondisinya bersih dan di tengah tamannya ada satu kolam air mancur.

Saat aku melihat ke arah kanan, eh.. malah ketemu meriam cabul.

Iya meriam cabul.

Gimana nggak cabul coba? Bentuk meriamnya sih macem meriam-meriam pada umumnya meski ukurannya lebih besar, tapi di pangkalnya itu ada ukiran tangan dengan jari jempol yang dijepit di antara jari telunjuk dan jari tengah. Sungguh cabul banget pose meriam ini.
Meriam dengan pose aduhay
Eh tapi ternyata meriam ini adalah meriam Si Jagur.

busyet... meski cabul tapi namanya keren amat ya.

Meriam Si Jagur

Meriam Si Jagur ini dulunya dipercaya bisa mengabulkan doa keluarga yang pengen punya anak. Hm... pantes posenya cabul banget. Ternyata walau posenya cabul, kau bagus juga ya meriam. Hahahaha...

Namun sebenarnya pose Meriam Si Jagur, meriam peninggalan Portugis ini bukanlah memiliki arti yang porno, tapi melambangkan “fico” dalam bahasa Portugis yang artinya “semoga beruntung” dan juga memiliki makna kesuburan.
Meriam Si Jagur dan Taman Fatahillah
Huuuuaaaa.... rasanya tenagaku udah terisi setelah istirahat dan makan cemilan. Makan cemilan ya. bukan karena liat meriam Si Jagur itu. So... saatnya melanjutkan penjelajahan dan tujuan selanjutnya adalah Museum Wayang. Lets Go.

Selasa, 22 November 2016

Kenalan dengan Hewan Part 2 di Kebun Binatang Medan




Medan Zoo
Setelah pada postingan sebelumnya aku berkenalan dengan hewan-hewan mati yang diawetkan di Museum dan Galeri Rahmat, aku pun meneruskan upaya perkenalanku dengan hewan-hewan hidup di Medan Zoo.
Lokasi dan Sejarah
Medan Zoo berlokasi di Simalingkar B, tepatnya di Jalan Pintu Air IV, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Setelah dipindah dari Jalan Brigjen Katamso, Kelurahan Kampung Baru, Medan Maimun. Kebun binatang yang memiliki luas hingga tiga puluh hektar ini diresmikan pada 14 April 2005 oleh Walikota Medan, Abdillah.
Koleksi
Nah, saatnya aku berkenalan dengan teman-teman sobat backpack sejarah, eh... penghuni Medan Zoo ini maksudnya. Setelah membayar tiket yang tidak seberapa mahal, aku pun mulai acara berkenalan dengan mereka. Di sini ternyata terdapat berbagai koleksi binatang yang ditempatkan di dalam kandang, soalnya kalo ditempatkan di luar kandang entar mereka kabur.
Meski koleksinya tidak sebanyak di Taman Hewan Siantar sih, tapi terdapat cukup banyak juga hewan-hewannya. Seperti reptil, kuda, kasuari, pelikan, buaya, tapir, rusa, mamalia, gajah, harimau, beruang, burung dan banyak lagi deh hewan-hewannya.
Burung

Mirip siapa?
Kasuari

Selain hewan-hewan, di sini juga terdapat beberapa sarana permainan juga seperti sepeda air, playing fox, jembatan gantung, naik delman dan berbagai kegiatan seru lainnya. Sarana dan prasarana lainnya juga cukup mendukung. So... buat teman-teman backpack sejarah yang mau mengenal hewan-hewan bisa ke sini deh tapi jangan kaget kalo hewan-hewannya kurang terawat, bikin miris juga sih, semoga ke depannya bisa lebih baik. amin...
Rumah Souvenir
Bukan salah satu penghuni ya.

Selasa, 12 April 2016

Lapangan Pasir Tanjung Balai


Lapangan Pasir
             Lapangan Pasir adalah alun-alun dan pusat keramaian Kota Tanjung Balai.
Lapangan ini sering digunakan oleh pemerintah kota sebagai tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan, seperti Upacara Bendera Kemerdekaan Indonesia,  Festival Kota Kerang, Pasar Malam, Festival MTQ dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kemasyarakatan. Selain itu, lapangan ini juga sering dikunjungi warga untuk berlibur atau sekedar kumpul dan menikmati malam terutama di malam kamis dan malam minggu.
Landscape
            Lapangan pasir adalah sebuah lapangan luas dengan tanah berpasir. Di tengah lapangan ini berdiri tegak sebuah bangunan podium yang ber-relief ‘Cangkang Kerang Raksasa’ yang merupakan simbol dan ikon kota Tanjungbalai sebagai kota penghasil kerang. Di saat malam hari, lapangan ini akan terlihat mempesona dengan hiasan lampu-lampu malam yang terang benderang menerangi di sekeliling lapangan.
Sejarah
Lapangan ini dulunya adalah sebuah tanah rendah berawa-rawa yang terbentang di depan Istana Asahan. Pada masa Walikota Patuan Naga Nasution Sungai Silau dan Sungai Asahan yang mulai mendangkal dikeruk menggunakan Anggaran Pusat. Kerukan Sungai Istana sampai Sungai Bengkel dibuang melalui pipa besar dan panjang ke rawa rawa depan komplek Istana Asahan menjadi "Lapangan Pasir". Kehadiran lapangan ini pun banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai daerah rekreasi baru. Masyarakat sering mengadakan semacam bazar dan pasar malam. Melihat besarnya animo masyarakat, maka pemerintah Tanjung Balai pun bernegosiasi dengan pihak Kesultanan Asahan untuk menggunakan Lapangan Pasir sebagai Lapangan Kota Tanjung Balai dan lapangan ini diberi nama Lapangan Sultan Abdul Jalil.
Saya berfoto di Lapangan Pasir
Alamat
Lapangan Pasir ini berada di pusat Kota Tanjung Balai, tepatnya berada di Jalan Bahtiar Khusar, Kecamatan Tanjung Balai Selatan, di sisi lapangan ini terdapat pula TanjungBalai Food Court, sebuah pusat jajanan malam Kota Tanjung Balai.

Jumat, 27 November 2015

Taman Buaya Asam Kumbang



Bukan batang kayu lho, ini buaya cuy
Taman Buaya Asam Kumbang adalah penangkaran buaya terbesar di Sumatera Utara. Penangkaran ini berada di Jalan Bunga Raya 2, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.
Berhubung saya dan dua teman saya, Ida dan Riris, mendapat tugas untuk mengopservasi pedagang kaki lima di Medan Sunggal, maka sekalian saja kami mengunjungi objek wisata ini. Dengan membayar Rp. 6000, kami sudah dapat melihat buaya berbagai ukuran. Tetapi Riris malah tidak mau masuk karena takut. Ada-ada saja, padahal buaya berada di dalam kandang. So pasti pengunjung aman dari buaya.
Setengah memaksa dan setengah menyeret kami membawanya ke dalam. Setelah melihat buayanya berada di dalam kandang, akhirnya dia tenang juga. Di dalam penangkaran ini kita dapat melihat buaya berbagai ukuran. Bahkan ada satu buaya yang memiliki ukuran cukup besar dan ada juga buaya yang cacat, tidak memiliki ekor. Buaya di taman ini jumlahnya mencapai 2500 ekor. Wow...
Buayanya ada ribuan ekor
Buaya terbesar di sini
Kacian buayanya cacat
 Taman seluas dua hektar ini didirikan oleh Lo Than Muk pada tahun 1959 dengan mengumpulkan buaya muara dari sekitar Sumatera Utara. Taman Buaya Asam Kumbang buka mulai pukul 09.00 hingga pukul 17.00 wib.

Alamat : Jalan Bunga Raya 2 No. 59 Medan Sunggal, di sekitar taman ini juga terdapat Gereja Velangkani (gereja Katholik yang berbentuk kuil) dan Masjid Datuk Badiuzzaman (masjid dari putih telur).
Saya di pintu masuk