Tampilkan postingan dengan label Kabupaten Asahan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kabupaten Asahan. Tampilkan semua postingan

Kamis, 23 April 2020

Mencari Sampuran Harimau, Air Terjun Yang Terlupakan

Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah, stay at home kawan-kawan


Brrmmmm... Brrrmmm.... 
Air Terjun Sampuran Harimau


Aku, adikku dan teman-teman adikku terus memacu sepeda motor kami melewati jalanan Sigura-Gura di Lembah Asahan yang berkelok-kelok sambil menikmati indahnya alam Lembah Asahan ini. Tak jauh dari pusat lembah, kami pun membelokkan kendaraan ke arah Air Terjun Ponot.

Air Terjun Ponot adalah salah satu air terjun yang ada di Lembah Asahan. Air terjun ini cukup terkenal di kalangan wisatawan lokal dan sering dikunjungi masyarakat sekitar saat hari libur. Air terjunnya emang indah dengan tinggi yang mencapai 100 meter dan terdiri dari tiga tingkatan air terjun.
Air Terjun Ponot
Namun tujuan kami kami hari ini bukanlah Air Terjun Ponot, melainkan Air Terjun Sampuran Harimau yang lokasinya nggak jauh Air Terjun Ponot. Setelah memarkirkan motor di parkiran Ponot, kami lantas berjalan kaki menuju Air Terjun Sampuran Harimau.

Setelah berjalan beberapa menit, kami sudah bisa melihat tebing batu dan puncak Air Terjun Siharimau. Tapi kami tak menemukan satu pun akses jalan menuju air terjun tersebut. Kami coba menerobos semak belukar yang berduri dan merangkak melalui bebatuan cadas, tapi malah ketemu air terjun lain yang debitnya sedikit sekali hanya saja lebih tinggi.

Cukup bikin frustasi sih, karena puncak air terjunnya sudah terlihat tapi nggak nemu juga akses jalannya. Sampe akhirnya kami bertemu seorang ibu-ibu yang sedang memanen ubi.

Mau kemana Nak?” Tanya si ibuk.

Ke Sampuran Harimau Buk, yang mana jalannya ya buk?” Tanyaku penuh harap.

Itu jalannya,” Tunjuk si ibu kira-kira 10 meter dari tempat kami berhenti.

Asem lah, ternyata udah deket banget, tapi karena semak, jadi kagak kelihatan jalannya.

Jalannya emang semak banget, beberapa kali kami juga harus melewati batang pohon yang tumbang, hingga akhirnya kami menemukan sebuah gazebo dengan ornamen khas Batak. Tak jauh dari gazebo tersebut, Air Terjun Sampuran Harimau akhirnya terlihat juga.
Akses jalannya semak belukar

Ada gazebo dengan ornamen Batak
Wuuahh... Nyampe juga ke tempat ini. Susah banget nyarinya.

Lokasi Air Terjun Sampuran Harimau

Air Terjun Sampuran Harimau ini masih dalam satu kawasan dengan Air Tejun Ponot yang terkenal itu. Air terjun ini tepatnya berada di Desa Tangga, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Kalo dari pusat Kota Kisaran, ibukota Asahan, kira-kira 3 jam perjalanan naik kendaraan menuju tempat ini.

Lanskap Air Terjun Sampuran Harimau

Air Terjun Sampuran Harimau saat ini sebenarnya air terjun kecil dan tingginya hanya sekitar 28 meter serta debit airnya kecil banget. Padahal dulunya air terjun ini sangat besar dan terkenal karena merupakan aliran langsung dari Sungai Asahan. Bahkan dulu, saking besarnya debit air terjun ini hingga menghasilkan suara yang bergemuruh seperti auman harimau. Oleh karena itu, air terjun ini dinamakan Air Terjun Sampuran Harimau. Luar biasa banget cuy.

Namun sejak tahun 1980-an, di atas air terjun ini dibangun sebuah bendungan dan airnya dialirkan sebagai pembangkit listrik. Sehingga air terjun ini tak lagi memiliki debit air yang besar. Aumannya pun padam dan secara perlahan air terjun ini pun mulai terlupakan dan jarang dikunjungi orang-orang.
Air Terjun Sampuran Harimau saat ini
Padahal air terjun ini masih cukup cantik sih, meski debit airnya kecil, namun di bawahnya terbentuk kolam alami yang cukup besar dan berair tenang, katanya sih dalam juga nih kolamnya. Dan walau terlihat airnya kekuningan, tapi airnya segar, bersih dan ada banyak ikan air tawarnya. Lalu di sekeliling kolam juga bersebaran batu-batu cadas berbagai ukuran yang memenuhi sekeliling kolam.
Kolam alami air terjunnya

Batu-batu bersebaran di sekitar air terjun

Adikku dan teman-temannya
Tebing Sampuran Harimau

Satu hal lagi yang menarik di air terjun ini adalah adanya tebing-tebing batu yang menjulang tinggi. Bahkan ada yang tingginya mencapai 215 meter. Tebing Sampuran Harimau ini cukup terkenal di kalangan pecinta olahraga rock climbing karena tebingnya yang cukup garang dan ekstrim, bahkan sudut kemiringannya mencapai 90°. Mantap!

Tebing Sampuran Harimau ini pun menjadi tempat latihan komunitas Panjat Tebing Asahan dan sering juga dipanjat para pemanjat profesional yang berhasrat menaklukkan puncaknya.  Bahkan Patrick Berhault, pemanjat asal Perancis pernah berbagi ilmu panjat tebing dengan pemanjat-pemanjat Indonesia atas undangan Menpora di tebing ini.
Tebing Sampuran Harimau
Berhubung hari sudah lumayan siang, kami pun segera membuka bekal yang kami bawa dari rumah dan segera menyantap nasi bungkus dengan lauk sambal telur di samping kolam air terjun. Meski menunya sederhana, tapi makan dengan suasana alam yang cantik ini membuat rasanya menjadi luar biasa.

Selesai makan dan membereskan sisanya agar tak meninggalkan sampah, kami pun segera bergegas keluar, karena masih ada tempat lain yang ingin dikunjungi.

Let's go...

Note: perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah, stay at home sahabat. 
Menikmati keindahan Air Terjun Sampuran Harimau


Sang backpacker dan Air Terjun Sampuran Harimau


Senin, 20 April 2020

Lembah Asahan, Kepingan Surga Yang Terlupakan

Brmmmm.. Brmmm....

Aku, adikku dan teman-temannya kembali memacu motor di atas jalanan Sigura-Gura yang berkelok-kelok dan punya pemandangan indah. Setelah sebelumnya kami sempat berhenti sebentar untuk bermain air di Air Terjun Aek Limut. Sekarang kami melanjutkan perjalanan menuju Lembah Asahan yang dikenal juga dengan nama Ngarai Sigura-Gura.
Lembah Asahan
Tak jauh dari Air Terjun Aek Limut, palingan cuma 20 menit dan kami udah sampe di pusat kawasan Lembah Asahan. Lembah Asahan ini merupakan sebuah lembah indah yang dikelilingi hutan hujan tropis yang hijau dan lebat.
Tebing batu menjulang tinggi

Sungai berbatu di lembahnya

Ada persawahan hijau
Di sekeliling lembah ini juga terdapat bukit-bukit dan tebing-tebing batu yang menjulang tinggi. Bahkan ada juga tebing batunya yang menjadi lokasi panjat tebing yang cukup terkenal di kalangan pencinta olahraga rock climbing, tepatnya di Tebing Sampuran Harimau. Tebing ini punya ketinggian hingga 215 meter dengan sudut kemiringan 90°.
Tebing Sampuran Harimau
Di sela-sela tebing batu itu ada banyak air terjun yang mengalir. Beberapa diantaranya udah di kelola sebagai objek wisata seperti Air Terjun Ponot dan Air Terjun Aek Limut. Namun banyak pula air terjun lainnya yang dibiarkan alami tanpa campur tangan manusia. Bahkan ada juga air terjunnya yang belum memiliki nama dan tak memiliki akses untuk mencapainya. Air terjun ini hanya terlihat dari kejauhan, mengalir lembut di antara tebing-tebing batu nan terjal.
Air Terjun Ponot

Air Terjun Sampuran Harimau

Air Terjun Aek Birong

Air terjun di sela tebing-tebing batu
Salah satu cara terbaik menikmati indahnya Lembah Asahan ini adalah dari sisi atas, dari ketinggian. Caranya adalah terus mengikuti jalan Sigura-Gura menuju Bemdungan Sigura-Gura yang ada di sisi atas. Di sana ada beberapa tepi jalan yang menghadap tepat ke arah Lembah Asahan.

Dari atas sini, pemandangan Lembah Asahan terlihat lebih jelas dan lebih indah. Di tengah lembahnya pun terlihat persawahan hijau dan aliran Sungai Asahan yang berkelok-kelok membelah lembah. Cantik sekali.
Indah cuy

Tebing batu, air terjun, hutan yang lebat

Lembah Asahan dari atas
 Berdasarkan penelitian yang dilakukan H.Th. Verstappen, seorang peneliti geomorfologi asal Belanda selama tahun 1961 hingga 1973, dalam bukunya yang berjudul Outline of the Geomorphology of Indonesia, A Case Study on Tropical Geomorphology of a Tectogene Region, mengungkapkan bahwa Lembah Asahan ini sudah ada jauh sebelum Danau Toba terbentuk. Hal ini dibuktikan dari ditemukannya endapan tuf Danau Toba pada ngarai-ngarai Sungai Asahan yang mengalir di tengah lembah ini. Diperkirakan Lembah Asahan ini telah berusia 80 ribu tahun sedangkan Danau Toba baru berusia 73 ribu tahun. Yupz... Lembah ini kakaknya Danau Toba.

Hormat ama senior boy. 🤣

Namun, walau lebih tua dari Danau Toba, lembah ini tidak seterkenal Danau Toba karena lembah ini memang belum dikelola secara terpusat sebagai tempat wisata. Yang dikelola masih air terjun-air terjun yang ada di sekitarnya saja.

Dulu sempat ada festival The Asahan Whitewater Festival, sebuah festival lomba mengarungi arum jeram Sungai Asahan yang dikenal sebagai lokasi rafting terbaik ketiga di dunia setelah sungai Zambesi di Afrika dan Sungai Colorado di Amerika Serikat. Namun makin kesini festival ini tak pernah lagi digelar dan perlahan Lembah Asahan mulai terlupakan oleh dunia.

Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah, stay at home sahabat.
Sungai Asahan

Lembah Asahan alias Ngarai Sigura-Gura

Indah banget

Minggu, 29 September 2019

Senja di Taman Alun-Alun Kisaran

Hai sahabat backpacker...

Setelah sebelumnya aku melihat-lihat benda-benda bersejarah di Museum Asahan. Aku kemudian melajukan kereta (baca: sepeda motor dalam bahasa Medan) menuju Alun-Alun Kisaran. Karena ternyata waktu masih cukup sore, jadi masih bisa lah buat jalan-jalan lagi.

Lokasi Alun-Alun Kisaran

Alun-Alun Kisaran ini letaknya pas banget di tepi jalan lintas yang menghubungkan Kota Medan – Kisaran – Rantau Parapat. Tempatnya pun pas di seberang gedung Kantor Bupati Asahan. Jadi cukup mudah lah untuk menuju tempat ini.

Alun-Alun Kisaran

Alun-Alun Kisaran ini bisa dibilang sebagai pusat acara dan kegiatan di Kota Kisaran seperti upacara bendera dan acara-acara lainnya. Kalo sebelumnya, kegiatan ini dilakuin di Lapangan Parasamya, tapi sekarang udah di alun-alun ini.  Alun-Alun Kisaran juga digunakan masyarakat untuk kegiatan olahraga, seperti lari memutari alun-alun, dan kalo hari minggu, di sini juga diadain kegiatan car free day.

Alun-alun ini cukup nyaman sih, lapangannya luas dan hijau, dikelilingi pepohonan rindang dan di bagian depan ada satu pendopo besar dengan bentuk kulit kerang. Agak kurang cocok sih, soalnya julukan kota kerang saat ini dimiliki Kota Tanjung Balai setelah Tanjung Balai dimekarkan sebagai kotamadya dan Kisaran dijadikan ibukota Kabupaten Asahan.

Salah satu yang menarik di alun-alun ini adalah Masjid Agung H. Ahmad Bakrie yang ada di sebelah alun-alun. Masjid ini merupakan masjid terbesar dan termegah di Kabupaten Asahan dan menjadi salah satu destinasi wisata religi masyarakat sekitar. Untuk selengkapnya tentang masjid ini bisa dibaca di sini Masjid Agung H. Ahmad Bakrie, Masjid Termegah Se-Asahan. Selain itu, di sisi sebelah laginya ada pula taman kota yang cukup menarik.

Taman Kota Kisaran

Tepat di sisi sebelahnya Alun-Alun Kisaran memang ada Taman Kota. Taman kota ini cukup keren sih, ada lumayan banyak pepohonan rindang, terus di bawahnya banyak bangku-bangku beton.
Bangku beton di Taman Kota Kisaran

Lalu di tengah-tengah taman ada satu kolam yang di tengah kolamnya terdapat jembatan lengkung. Cakep juga. Sedangkan di sekeliling kolam terdapat pula arena jogging track dari paving block sehingga cocok sebagai arena olahraga.
Kolam dan jembatan lengkung

Yang menarik dari taman ini adalah pemandangannya, karena dari sini bisa terlihat Masjid Agung H. Ahmad Bakrie dari sudut yang berbeda.
Masjid Agung H. Ahmad Bakrie

Kemudian satu lagi adalah pemandangan senjanya. Cakep uy. Momen saat matahari yang berwarna kuning jingga terbenam di ufuk barat dengan cahayanya yang memantul di atas kolam terlihat cantik. Mantap banget lha.
Senja di Taman Alun-Alun Kisaran

Tak lama setelah momen sunset tersebut, datang dua orang petugas satpol PP yang mengingatkan agar pengunjung segera meninggalkan taman karena taman akan ditutup dan menghindari ada yang berbuat mesum di taman ini.

Ya elaa.. pak.. aku ke sininya sendiri, mana bisa berbuat mesum. Ya ampun... Nyindir petualang solo aja si bapak ini. -_-“
Petualang solo yang ganteng


Sabtu, 28 September 2019

Museum Asahan

Hai sahabat backpacker, selamat datang di blog backpack sejarah. Sekarang aku lagi jalan-jalan santai nih di Museum Asahan.
Museum Asahan
Sebenarnya beberapa waktu yang lalu, pas aku lagi jalan-jalan di Kota Kisaran, aku udah liat plang bertuliskan museum di depan gedung Juang 45 Asahan. Tapi sayangnya saat itu pintu gedungnya lagi tutup.

Cukup penasaran juga sih, soalnya setauku selama ini nggak ada museum di Asahan. Apalagi pas dicari di google, juga nggak ada informasi yang cocok. Malah kalo pun nyari tentang wisata Asahan di google maupun di medsos tuh minim banget infonya.
Selama ini pariwisata Asahan emang minim sama event dan informasi. -_-

Akhirnya beberapa hari kemudian, kusempatin juga jalan-jalan lagi ke Kota Kisaran khusus buat ngunjungin nih museum. Beruntungnya hari itu pintu museumnya terbuka, walaupun gerbangnya cuma kebuka sedikit sih.

Setelah ngucapin salam dan ngisi buku tamu serta cerita-cerita sedikit ama petugas museum, akhirnya aku tau kalo nih museum ternyata baru dibuka kurang dari satu tahun belakangan ini. Gedungnya juga minjem ama Gedung Juang 45 Asahan, soalnya Museum Asahan nggak punya gedung sendiri. Museum ini juga cuma buka di hari kerja doang, kalo hari libur museumnya tutup.

Setelah selesai cerita-cerita, aku pun langsung aja menyisir satu demi satu koleksi museum ini.

Koleksi Museum Asahan

Di museum Asahan ini ada beberapa ruangan yang menyimpan berbagai koleksi mulai dari pakaian adat dari suku-suku yang tinggal di Asahan dan miniatur rumah adatnya. Lalu juga ada berbagai senjata bersejarah yang dulu digunakan untuk melawan Belanda, serta terdapat juga berbagai peralatan hidup seperti alat pertanian, alat perdagangan hingga beberapa peralatan rumah tangga yang cukup antik.
Isi Museum Asahan

Koleksi Museum Asahan

Tepak Sirih

Salah satu koleksi senjata

Dulunya wilayah Asahan ini adalah wilayah kekuasaan Kesultanan Asahan, jadi di museum ini pun terdapat berbagai koleksi yang merupakan barang peninggalan dari Kesultanan Asahan seperti beberapa senjata dan barang-barang lainnya. Selain itu, di dalam museum ini juga tersimpan berbagai informasi tentang tugu-tugu perjuangan yang tersebar di Kabupaten Asahan sebagai bukti perjuangan rakyat Asahan dalam melawan Belanda.

Di dalam museum ini juga terdapat beberapa foto-foto para pahlawan hingga foto-foto para bupati yang pernah memerintah Kabupaten Asahan. Di sini juga terdapat berbagai foto tua yang menggambarkan kondisi Kabupaten Asahan di masa lalu. Cuma fotoku aja sih yang nggak ada di museum ini. :D
Foto bupati-bupati Asahan

Koleksi Foto Tua

Btw di bagian belakang juga terdapat informasi tentang Tuan Syech Silau Laut yang merupakan leluhur dari Ustadz Abdul Somad lho.

Secara keseluruhan, koleksi museumnya cukup banyak sih, tapi belum bisa dibilang lengkap, soalnya saat aku melakukan penelitian tentang Kesultanan Asahan untuk skripsiku, ternyata Tanah Asahan memiliki sejarah yang panjang. Bahkan Sejarah Asahan sudah dimulai sejak masa Majapahit, kemudian kedatangan Portugis, Kesultanan Asahannya hingga peperangan melawan kolonial Belanda. Jadi, dengan sejarah sepanjang itu, rasanya koleksi museum ini masih sangat kurang.

Gedung Juang 45 Asahan

Museum Asahan ini menempati Gedung Juang 45 Asahan sebagai gedung museumnya. Gedung Juang 45 sendiri adalah satu gedung yang bersejarah di Asahan karena dulunya menjadi gedung perjuangan rakyat Asahan dalam melawan Kolonial Belanda. Sekarang Gedung Juang 45 Asahan ini telah dijadikan sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi.
Gedung Juang 45 Asahan

Alamat Museum Asahan

Museum Asahan beralamat di Jalan HOS Cokroaminoto, Kota Kisaran, Kabupaten Asahan. Kalo dari stasiun KA Kisaran cuma sekitar 1 km doang kok.
Dan jangan lupa, museumnya tutup di hari libur.
Si ganteng yang unyu di depan museum

Senin, 21 Mei 2018

Masjid Agung H. Ahmad Bakrie, Masjid Termegah se-Asahan

Masjid Agung H. Ahmad Bakrie
Yo Sahabat backpacker...

Gimana kabar kalian? Semoga sehat selalu ya. Amin...

Oh ya, Nggak terasa sekarang kita udah memasuki bulan ramadhan aja ya cuy, padahal perasaan baru kemarin deh lebaran, lebaran haji. Eh.. sekarang udah bulan ramadhan aja lagi. Waktu ternyata cepat banget ya berlalunya. Sungguh mengerikan. Syukur aja aku masih tetap muda, ganteng dan unyu.

Berhubung lagi di bulan ramadhan, jadi si backpacker ganteng dan unyu ini mau stop dulu cerita tentang petualangan di Kapal Pesiar, soalnya takut ntar jadi dosa karena banyak yang iri dan ngiler baca cerita serunya petualangan di kapal itu. Ceritanya sendiri akan aku lanjutin setelah lebaran aja.

So... dalam momen ramadhan ini, aku si backpacker ganteng dan unyu ini mau berbagi cerita-cerita petualangan yang bikin adem aja, yang bertema-tema religi gitu. Soalnya si petualang itu kan nggak cuma tau indahnya alam, tapi juga tau indahnya masjid-masjid. Asyikk....

Masjid Agung Haji Ahmad Bakri Kisaran

Yupz... sebagai artikel pertamaku di bulan ramadhan ini, aku mau cerita sedikit tentang masjid termegah di Asahan, kampung halamanku sendiri.
Masjid termegah di Asahan
 Sebenarnya aku udah pernah beberapa kali datang ke masjid ini sejak diresmikan. Yang paling kuingat yaitu pas bulan ramadhan tahun lalu. Saat itu Bayu, my sobat ngajak buka bersama di Kisaran. Aku sih oke-oke aja, soalnya udah lama juga nggak jumpa ama si kawan ini. Berhubung rumahku jauh dari Kota Kisaran, kira-kira 1 jam setengah gitu, jadi jam 4 sore aku pun udah gerak menuju Kisaran. Brmmm.... brmmm....

Tapi kampretnya, si kawan ini malah nggak ada kabar, belum mesan meja untuk berbuka dan malah nyuruh aku yang rumahnya jauh di ujung dunia ini, di plosok-plosok sana untuk mesan tempat. Padahal rumah dia yang lebih dekat ama Kota Kisaran dan dia pulak yang lebih tau rumah makan yang mantap untuk buka bersama.

Sampe 15 menit lagi waktu berbuka, si kawan ini belum juga ada kabarnya. Akhirnya kubelokin deh kereta (baca: motor) ke masjid agung ini dan berbuka di sini. Akhirnya malah bukan berbuka ama kawan tapi berbuka bersama jemaah dan dapat ta’jil gratis. Alhamdulillah...

Tapi sayangnya dalam beberapa kali kunjungan ke sini, aku selalu nggak bawa kamera. Karena itu kusempatkan juga datang lagi ke masjid ini untuk ngambil foto-fotonya sekalian wisata religi di masjid yang katanya terbesar dan termegah se Kabupaten Asahan ini.

Sejarah Masjid Agung Haji Ahmad Bakrie

Masjid Agung H. Ahmad Bakrie Kisaran ini mulai dibangun pada tahun 2011 yang lalu dan diresmikan sekitar bulan Agustus tahun 2015, bertepatan dengan pembukaan acara MTQ Sumatera Utara. Meski udah lama diresmiin dan udah bisa digunain, tapi pembangunnya sendiri baru selesai akhir-akhir ini. Terakhir sih mereka ngebangun pagar dan kolam air mancur di depan masjidnya.

Arsitektur

Kuakui arsitektur Masjid Agung H. Ahmad Bakrie ini memang sangat megah dan indah. Bangunannya terdiri atas 3 lantai dengan 4 menara. Konon arsitekturnya ini terinspirasi dari bangunan Taj Mahal yang ada di India. Lantai pertamanya adalah ruang wudhu dan kantor pengurus masjid. Sedangkan lantai 2 dan 3 adalah ruang sholat.
Terdiri atas 3 lantai dan 4 menara
 Arsitektur masjidnya juga memadukan antara arsitektur modern dan tradisional. Hal ini terlihat jelas dari bentuk jendela masjid yang bergaya jendela rumah-rumah Melayu. Di bagian dalam masjid, juga terdapat hiasan-hiasan yang memberi kesan megah. Sedangkan dari luar, terlihat masjid ini didominasi warna putih, hijau dan kuning yang menunjukkan warna khas suci, Islam dan Melayu.
Bagian dalam masjid
Nampak begitu bersih dan megah
Bagian dalam kubah masjid
Memadukan unsur tradisional
Menara masjidnya yang indah
Lokasi

Nah... bagi kawan-kawan yang mana tau mau berkunjung ke masjid ini, cukup mudah kok. Masjid ini lokasinya berada di pinggir jalan lintas yang menghubungkan antara Tebing Tinggi dan Rantau Parapat. Tepatnya berada di depan Kantor Bupati Asahan. So... mudah banget dikunjungi, kecuali yang rumahnya di plosok macam aku.
Siganteng dan unyu berfoto dengan latar masjid

Selasa, 17 Januari 2017

Pantai Janggawari, Pantai Tiga Rupa di Asahan



Pantai Janggawari
Yo Sobat Backpack Sejarah, rasanya udah lama juga aku, si cowok ganteng ini nggak pulang ke kampung halamanku yang ada di plosok Asahan sana. So... dalam kesempatan libur kali ini aku pun menyempatkan diri untuk pulang sejenak. Kalo nggak, ntar malah dikira Bang Toyib pulak yang nggak pulang-pulang. Hahahaha....

Dalam libur kali ini aku dapat informasi kalo sekarang ada beberapa objek wisata baru di sekitar kampung ku. Wow.... kalo kayak gini kan jadi mudah buat liburan nih dan bisa eksplore wisata kampung sendiri. Jadi dengan semangat yang membara dan menggebu-gebu aku pun menyusun jadwal jalan-jalan di antara jadwalku yang padat. #SokSibuk #PadahalPengangguran.

Objek wisata pertama yang mau ku kunjungi adalah Pantai Pasir Putih Janggawari yang kusingkat Pantai Jangga, soalnya nama nih pantai kepanjangan, susah ngetiknya.

Lokasi Pantai

Alasan pantai ini jadi yang pertama ku datangi adalah karena pantai ini lokasinya sangat dekat dari rumahku. Cuma di desa sebelah yang kalo naik kereta (baca:motor) paling hanya 15 menit aja dan kalo guling-guling paling juga masuk parit. Hahaha...

Pantai ini tepatnya berada di Dusun Janggawari yang masuk dalam wilayah Desa Silau Baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan.
Penunjuk arah sederhana
Setelah mengajak sepupu-sepupuku untuk berangkat bareng, kami pun berangkat menuju pantai. Cusss... Karena ini adalah pantai yang baru dibuka sebagai objek wisata, jadi kondisi jalannya pun masih seadanya dan kondisi lapangan parkirnya juga masih apa adanya. Dari parkiran kami masih harus jalan kaki sekitar 5 menit melalui hutan bakau.
Jalan kaki dari parkiran cuy
Tapi ini sudah lumayan, soalnya kata sepupuku, Si Wahyu, Si Daus dan Si Tuah, sebelum ada jalan ini, mereka dan teman-teman sekolahnya biasanya melalui jalur lumpur biar nyampe ke pantai ini. Busyet deh, keliatan banget kurang pikniknya, hahaha... tapi gara-gara itu penduduk setempat berinisiatif membuka jalan menuju pantai ini. Terima kasih buat kalian, kalian luar biasa.

Pantai Tiga Rupa

Setelah jalan kaki sebentar, akhirnya nyampe juga ke Pantai Jangga. Pantainya sendiri khas pantai di Pesisir Timur Pulau Sumatera dengan airnya yang nggak biru toska tapi keruh dan cenderung berlumpur. Jadi kalo untuk maen air mah nggak bakal enak. Kondisi ini emang udah khas pantai-pantai di Pesisir Timur Pulau Sumatera sih, soalnya kondisi dasar lautnya memang lebih berlumpur gitu, bukan terumbu karang.

Tapi bukan berarti pantai ini nggak punya sisi eksotisnya lho. Malah menurutku keeksotisan pantai ini jarang ada di pantai lain, keseksotisannya yaitu pantainya punya tiga sisi lanskap yang berbeda.

Sisi yang pertama berada tepat di pintu masuk pantai, sisi ini punya lanskap berupa dataran pasir terbuka dengan pasir kasar bercampur kulit kerang.
Pantai dengan lanskap daratan terbuka
Sisi yang kedua berada di bagian tengah, sisi ini punya pemandangan berupa hutan mati, jadi di sini banyak batang-batang pohon mati yang masih berdiri. Pasir di bagian ini masih terasa kasar tapi tidak bercampur dengan kulit kerang.
Pantai hutan mati
Sisi yang ketiga berada di bagian ujung pantai, sisi ini dihiasi berbagai pepohonan rindang nan sejuk. Pasir di bagian ini juga paling lembut dan tidak bercampur dengan kulit kerang.
Pantai adem
Gimana?
Keren banget kan?

Satu pantai tapi punya tiga rupa berbeda. Oh ya, di ujung pantai ini juga terlihat samar-samar Pulau Salah Namo. Selain itu terlihat juga banyak burung-burung bangau yang lagi mencari makan. Melihat bangau-bangau itu makan aku juga jadi laper. So... saatnya buka bontot dan makan bersama. Nyam..nyam... nikmat banget ah makan di pantai bareng-bareng gini, jangan ngiler ya sobat backpack sejarah. Hahaha....
Makan bareng saudara
cowok ganteng menikmati pantai