Minggu, 15 Desember 2019

Kopi Joss Jogja

Hai sahabat backpacker...

Nggak kerasa malam telah tiba di Tanah Jogja. Badanku pun udah lumayan lelah karena seharian udah jalan-jalan ke berbagai objek wisata yang ada di Jogja ini. Oleh karena itu, setelah rasanya puas mengambil foto di Tugu Jogja, aku dan adikku memutuskan buat pulang ke penginapan agar bisa beristirahat dan esoknya segar buat jalan-jalan lagi.

Tapi saat mau ke parkiran, mata ini malah ngeliat angkringan dengan menu kopi joss. Sontak aku teringat kalo Kopi Joss itu adalah salah satu kuliner unik yang harus dicobain di Jogja. Akhirnya aku nggak jadi ke parkiran tapi belok ke angkringan. Ngopi dulu.
Kopi Joss khas Jogja
Nama angkringan ini adalah Angkringan Tugu, posisinya ada di Jalan Mangkubumi, tepat di dekat Tugu Jogja. Katanya sih ada angkiran yang lebih terkenal akan Kopi Joss nya, yaitu angkringan Lik Man. Tapi sayang aku kurang tau lokasinya. Jadi aku milih yang ada di depan mata aja deh.
Angkringan Tugu Kopi Joss
Kopi joss ini adalah kopi khas yang unik dan nyentrik yang ada di Jogja. Kopi ini biasanya disajikan secara berbeda dari kopi kebanyakan. Pertama biasanya airnya dimasak di dalam ketel dan menggunakan arang. Yang paling uniknya adalah, penjualnya akan mencelupkan arang yang telah membara dari tunggu ke dalam gelas kopi sehingga airnya meletup-letup.

Tak begitu lama menunggu, segelas kopi pun telah terhidang di hadapanku dengan bara arang yang masih membara di dalam gelasnya. Josss... Begitulah kira-kira suara bara arangnya yang merah membara terendam air kopi.
Kopi Joss pesanan kami
“Bah.. bah... Ini camana minumnya?” Tanya adikku sambil melihat gelas kopinya.

“Alamak iya juga ya. Bentar, nengok google dulu.”

Dengan segera aku pun membuka google cara meminum kopi joss. Soalnya bingung juga nih arangnya diapain, apakah dikeluarin dari gelas, di aduk-aduk atau di emut seperti ngemut es batu. 😂

Tapi sialnya, di google nggak ada cara buat minum kopi joss. Jadi ku suruh buat aduk-aduk aja. Anggap aja tuh bara arang kayak es batu. 😂

Setelah baranya padam dan kopinya nggak panas banget, aku pun segera menyesap rasa kopinya dan uuhhh... Walau aku bukan pecinta kopi, tapi jujur, aku suka ama rasa kopi joss ini, karena arang tersebut memberikan aroma dan rasa yang khas pada kopi ini. Selain itu, kopinya juga jadi terasa unik dan istimewa. Mantap banget.

Selain kopi joss, angkringan tugu ini juga menyediakan berbagai menu lainnya sepeti teh, nasi kucing, beragam sate dan masih banyak menu lainnya. Tapi aku cuma mesan kopi aja sih. Ntar badanku gendut dan dompetku kurus kalo makan malam-malam. 😂
Menu lainnya di Angkringan Tugu
Setelah selesai menghabiskan segelas kopi dan ninggalin arangnya, kami berdua pun segera kembali ke penginapan. Saatnya istirahat. Zzzzz....

Kamis, 12 Desember 2019

Tugu Yogyakarta

Hai sahabat backpacker..

Selain Malioboro yang udah ku datangi sore tadi bersama adikku, masih ada satu tempat lagi yang wajib dikunjungi kalo lagi jalan-jalan ke Yogyakarta. Katanya belum sah ke Jogja kalo belum ke tempat itu. Dan tempat tersebut adalah... Tugu Jogja.
Tugu Jogja, yang kufoto besok siangnya
Yupz... Tugu Jogja ini juga merupakan salah satu ikon wisata dari Yogyakarta dan salah satu tempat yang wajib dikunjungi saat traveling di Yogyakarta. Oleh karena itu, setelah mandi dan makan malam di angkringan, aku dan adikku pun jalan-jalan ke tugu ini. Let's go.

Brmm... Brmm...

Lokasi Tugu Jogja

Tugu Jogja ini lokasinya tepat berada di tengah-tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan AM Sangaji dan Jalan Diponegoro. Jadi cukup mudah buat ngunjungin nih tugu. Lokasinya juga nggak jauh dari Malioboro dan Stasiun Tugu.
Letaknya di perempatan jalan

Sejarah Tugu Jogja

Tugu Jogja pertama kali dibangun pada tahun 1755 setelah pembangunan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sultan Hamengku Buwono I. Diyakini tugu ini menjadi garis imajiner yang menghubungkan Laut Selatan, Keraton Jogja dan Gunung Merapi.

Awalnya Tugu Jogja ini dikenal dengan nama Golong Gilig. Karena saat pertama kali dibangun tugu ini berbentuk Gilig alias silinder yang menopang Golong alias Bola pejal. Katanya bentuk tugu ini memiliki arti persatuan antara Keraton dengan rakyat.

Namun pada tahun 1867 Tanah Jogja dilanda gempa dan membuat tugu ini runtuh dan sempat terbengkalai. Baru pada tahun 1889 Pemerintah Belanda memperbaiki tugu tersebut di bawah pengawasan Patih Dalem Kanjeng Raden Adipati Danurejo V.

Pembangunan tersebut membuat bentuk bangunan tugu ini berubah, dari yang awalnya setinggi 25 meter menjadi hanya 15 meter dan yang awalnya berbentuk Golong Gilig menjadi bentuk yang sekarang dengan bentuk menjadi persegi dan puncaknya berubah runcing. Tugu baru ini diresmikan oleh Sultan Hamengku Buwono VII pada tanggal 3 Oktober 1889 dan dinamakan Tugu Pal Putih.
Tugu Pal Putih

Maaf, kagak paham artinya
Papan informasi Tugu Pal Putih
Berhubung tugu ini berada di perempatan jalan, jadi lokasi terbaik untuk melihat kecantikan tugu ini adalah dari pojok Jalan Pangeran Mangkubumi. Di sini tersedia tempat duduk yang nyaman. Di sini juga terdapat replika Tugu Jogja yang lama, relief sejarah Yogyakarta hingga miniatur garis imajiner Tugu Jogja dan Keraton. Mantap. 👍
Pojok Jalan Pangeran Mangkubumi
Relief sejarah Yogyakarta
Replika Tugu Golong Gilig
Aku di Tugu Jogja

Rabu, 11 Desember 2019

Jalan Malioboro

Katanya kalo ke Jogja tapi kagak ke Malioboro, itu sama aja bo'ong. Oleh karena itu, setelah aku dan adikku selesai berbelanja di Pasar Beringharjo sore itu, kami berdua langsung aja sekalian jalan-jalan di Malioboro. Toh Pasar Beringharjo ini lokasinya juga masih di seputaran Malioboro.
Jalan Malioboro
 Kawasan Malioboro ini membentang dari Tugu Jogja hingga perempatan Kantor Pos dan terdiri dari Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulyo. Jalan Malioboro ini juga merupakan poros garis imajiner Keraton Jogja dengan Pantai Selatan dan Gunung Merapi.

Di sekitaran Jalan malioboro ini juga ada banyak objek-objek wisata sejarah yang sangat menarik seperti Tugu Jogja, Stasiun Tugu, Pasar Beringharjo, Gedung Agung, Benteng Vredeburg hingga monumen serangan umum 1 Maret.

Selain objek-objek wisata sejarah itu, aku dan adikku juga nemuin banyak hal menarik lainnya dari jalan Malioboro ini seperti pedestriannya yang sangat nyaman dan luas dan bebas dari kendaraan yang parkir.
Pedestriannya luas
Kemudian setiap beberapa meter juga terdapat kursi-kursi yang nyaman, jadi kalo capek, bisa duduk santuy di sana sambil ngeliatin cewek-cewek yang berlalu lalang. 😂
Banyak kursi-kursi

Banyak jajanan juga

Tempat sampahnya juga banyak

Sore itu, kami juga menjumpai kelompok orang yang memainkan musik. Seru juga mendengarkan musik di Malioboro ini.
Ada kelompok musik juga
Tak lama, malam pun datang, lampu-lampu gedung dan lampu-lampu jalan pun menyala di sekitaran Jalan Malioboro dan membuat suasananya menjadi indah. Dan ternyata kalo malam hari, di Malioboro ini banyak warung-warung lesehan yang buka dan menyediakan beragam menu yang menggugah selera seperti gudeng, ayam, sate, seafood dan banyak lagi lainnya. Nyam.... Kayaknya enak...
Malioboro di saat malam
Terakhir, sebelum kami beranjak dari Malioboro, kami pun mencari plang nama Jalan Malioboro, soalnya kalo belum foto di situ, belum sah. Dan ternyata saat mau foto, lumayan antri juga, baru deh dapat giliran dan cekrek.. foto-foto yang ganteng pun berhasil didapatkan. 👍
Plang jalan Malioboro

Si ganteng yang unyu di Malioboro

Selasa, 10 Desember 2019

Pasar Beringharjo

Hai sahabat backpacker...

Nggak kerasa sore udah menyapa Tanah Jogja dan sore ini, aku dan adikku memutuskan untuk jalan-jalan sejenak ke Pasar Beringharjo, salah satu sentra oleh-oleh di Yogyakarta. Kami ke sini karena mamak minta beliin kain batik untuk bahan pakaian dan mamak minta beliin 4 meter dengan uang dikasi cuma buat 1 meter. Asem....
Pasar Beringharjo, sumber Gudegnet
Setelah tawar menawar, akhirnya kami beli juga tuh kain. Selain itu kami juga beli beberapa baju batik. Lumayan juga, jadi punya baju batik yang asli Jogja. Pasti jadi makin keren kalo make nih baju pas kondangan. Mana tau ada pager ayu yang nyantol. :D

Lokasi Pasar Beringharjo

Pasar Beringharjo ini berada di Jalan Margo Mulyo atau di Jalan Ahmad Yani No. 1, Ngupasan Yogyakarta. Tempatnya nggak jauh dari 0 KM Jogja dan Benteng Vredeburg.

Sejarah Pasar Beringharjo

Pasar ini adalah salah satu pasar tertua di Jogja dan menjadi salah satu pilar penting di Jogja bersama Keraton Yogyakarta sebagai pusat pemerintahan, Alun-Alun Utara sebagai ruang publik, Masjid Gedhe Kauman sebagai pusat keagamaan dan Pasar Beringharjo sebagai pusat ekonomi.

Awalnya pasar ini adalah hutan beringin yang menjadi tempat transaksi ekonomi masyarakat Jogja dan sekitanya setelah Keraton Jogja berdiri tahun 1758. Barulah pada tahun 1925 pihak keraton memerintahkan Perusahaan Beton Hindia Belanda untuk membangun los-los pasar.

Nama Pasar Beringharjo ini diberikan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Namanya memiliki arti yang semula hutan beringin (bering) yang diharapkan memberikan kesejahteraan (Harjo).

Setelah selesai berbelanja di pasar ini, rencananya kami akan mengunjungi Benteng Vredeburg. Tapi ternyata objek wisata satu ini udah mau tutup karena waktu yang udah cukup sore. Sayang sekali.

Jadi kami berdua memutuskan untuk istirahat sejenak sembari menikmati wedang ronde yang hangat yang tak jauh dari Benteng ini. Nyam.. nyam... Hangat rasanya minuman dari jahe ini. Rondenya juga lembut dan enak. Maknyus...
Adikku pamer wedang ronde

Wedang ronde
Note: btw aku lupa buat motret pasar Beringharjo, udah gitu nggak nyaman juga ngeluarin kamera di pasar gitu, jadi foto pasarnya ku ambil dari Gudegnet.

Sabtu, 07 Desember 2019

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta

Masjid Gedhe Kauman
Hai sahabat backpacker...

Selamat datang di blog backpack sejarah, blognya si backpacker yang ganteng dan unyu. :D

Sekarang aku mau ngelanjutin kisah petualanganku saat jalan-jalan di Yogyakarta. Seperti yang kuceritakan sebelumnya, aku dan adikku mengunjungi Keraton Hadiningrat Ngayogyakarta. Sayangnya karena kurangnya informasi, jadi cuma sebagian kecil doang dari keraton ini yang kami jelajahi. Selain itu, waktu zhuhur juga udah tiba sih, jadi kami mutusin buat istirahat sejenak dan beribadah.

Berhubung kami lagi ada di Keraton Jogja, jadi kami mutusin buat ibadah di Masjid Gedhe Kauman aja. Soalnya lokasinya masjidnya nggak jauh dari Keraton dan bisa sekalian menikmati salah satu masjid terbesar dan bersejarah di Yogyakarta yang juga menjadi Masjid Raya Kesultanan Hadiningrat Ngayogyakarta.

Alamat Masjid Gedhe Kauman

Masjid Gedhe Kauman beralamat di Jalan Kauman, Ngupasan, Yogyakarta. Tempatnya nggak jauh dari Komplek Keraton Yogyakarta. Oleh karena itu, motor sewaannya kami tinggalin aja di parkiran keraton dan kami jalan kaki aja ke masjid ini. Lets go...

Sejarah Masjid Gedhe Kauman

Masjid Gedhe Kauman ini dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat yang merupakan penghulu keraton pertama. Sedangkan arsitek pembangunan masjid ini adalah Kyai Wiryokusumo. Masjid ini dibangun pada hari Ahad Wage, 29 Mei 1773 M atau 6 Rabi'ulakhir 1187 H. Artinya nih masjid udah berusia 246 tahun. Busyeett....

Arsitektur Masjid Gedhe Kauman

Masjid Gedhe Kauman ini punya gaya arsitektur tradisional Jawa yang cukup kental. Atap masjidnya bertingkat tiga yang berbentuk tajuk lambing teplok. Pintu masuknya ada di sisi timur dan utara masjid. Di bagian dalam, terdapat mimbar bertingkat tiga dari kayu, di dekatnya ada bangunan mirip sangkar. Dulunya sangkar ini menjadi tempat sholat sultan demi keamanannya.
Atapnya bertingkat tiga

Pintu masuknya
Mimbar masjid

Ruang untuk sultan sholat

Atap dalam masjid
Beribadah di masjid ini sangat nyaman, bahkan esok harinya aku sholat jum'at di masjid ini dan khatibnya membawakan khutbah yang sangat menentramkan hati yang selama ini menggalau. :D
Atap di bagian serambi masjid

Si ganteng yang unyu di Masjid Gedhe Kauman