Senin, 13 Desember 2021

Rumah Adat Limas di Museum Balaputera Dewa, Palembang, Sumatera Selatan

Rumah Adat Limas
Rumah Adat Limas, Palembang Sumatera Selatan

Tap.. tap.. tap.. tap..

Aku berjalan santai keluar dari Museum Balaputera Dewa Sumatera Selatan. Tapi rasanya ada yang kurang, cuma apa ya???? Hmmm?????

Begitu nyampe di halaman museum, baru deh keinget kalo di museum ini ada Rumah Adat Limas yang pernah nongol di uang Rp. 10.000 emisi tahun 2004. Owalah.... buru-buru aku masuk kembali ke dalam museum. Padahal tadi udah pamit ama penjaga museumnya. Wkwkwkwkwk...

“Mbak, rumah adatnya sebelah mana ya? Kok tadi kagak kelihatan?” tanyaku pada mbak-mbak manis penjaga tiket masuk museum.

“Oh, ada di sebelah belakang Mas. Dari sini lurus aja, ntar belok kiri, ikuti aja jalannya sampe ke belakang. Di sini juga sedia peminjaman uang Rp. 10.000nya Mas kalo mau foto bareng uangnya.” Jawab si mbak sambil nunjukin uang Rp. 10.000 yang dilaminating.

“Makasih infonya Mbak. Uangnya saya bawa kok kalo untuk foto ama uangnya.” Jawabku.

Kalo fotonya ama Mbak gimana?” kata-kata ini cuma kuucapin dalam hati. wkwkwkwk

Setelah itu aku bergegas kembali masuk ke dalam museum, menelusuri lorong-lorong panjang yang membawaku ke sisi belakang museum. Di sana berdiri kokoh rumah adat limas yang pernah menghiasi uang Rp. 10.000 tersebut.

Alamat Rumah Adat Limas

Rumah Limas terletak di dalam komplek Museum Balaputera Dewa yang beralamat di Jalan Srijaya, No. 1, Rw 5, Srijaya, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Kota Palembang. Museum ini letaknya masih ada di sekitar pusat kota Palembang, bahkan museum ini juga nggak jauh dari Stasiun LRT RSUD Prov Sumsel. Jadi mudah banget deh kalo mau ke museum ini.

Rumah Adat Limas
Museum Balaputera Dewa

Sejarah Rumah Adat Limas

Rumah Limas adalah rumah adat alias rumah tradisional Sumatera Selatan. Dinamakan Rumah Limas karena rumah ini memiliki atap yang berbentuk seperti limas. Umumnya rumah limas didirikan di tepi sungai untuk memudahkan kegiatan sehari-hari seperti mencuci pakaian, atau perabotan dapur.

Arsitektur Rumah Adat Limas

Rumah Limas dibangun dengan gaya rumah panggung dan dihiasi berbagai ukiran khas Palembang yang dipasang pada tingkat dan kusen. Arsitektur Rumah Limas juga memiliki filosofi tersendiri. Bangunannya terdiri dari lima tingkat dan tiap tingkat memiliki makna dan fungsi yang berbeda-beda.

Sayangnya saat aku ngunjungi rumah adat ini sedang ada kegiatan dari satu kampus sehingga aku nggak bisa mengeksplore lebih jauh lagi tentang rumah adat ini. Tapi cukup lah untuk mengobati rasa penasaranku akan bentuk asli rumah adat yang pernah mampang di uang Rp. 10.000 tersebut.

Saatnya melanjutkan petualangan ke destinasi selanjutnya.

Rumah Adat Limas
Si ganteng yang unyu di Rumah Adat Limas

 

Selasa, 16 November 2021

Wisata Kota Palembang, Museum Balaputera Dewa

Museum Balaputera Dewa Palembang
Museum Balaputera Dewa Palembang

Hai kawan-kawan, gimana kabar kalian? Semoga sehat selalu dan untuk seterusnya juga begitu. Kalo pun ada yang sakit, semoga cepat sembuh ya. Aamiin... Kalo kabarku, alhamdulillah saat ini aku baik-baik aja dan semoga tetap baik untuk kedepannya.

Ternyata udah lama juga ya aku nggak nulis di blog ini. Bukan bermaksud untuk ngelupain sih, hanya saja setelah yang terakhir kali aku nulis tentang si dia itu, aku emang ingin nenangin diri sejenak. Kebetulan dapat jadwal latsar CPNS juga. Sehingga 3 bulan belakangan ini aku cukup disibukkan dengan tugas dan kegiatannya. Bahkan kegiatan klasikalnya kemarin sampe diadain di Palembang.

Syukurnya sekarang udah selesai, jadi udah lumayan tenang sih. Bisa nulis lagi deh. Apalagi ada beberapa cerita tentang Palembang nih. Jadi ceritanya kemarin itu aku ikut kegiatan klasikal latsar CPNS di Asrama Haji Palembang selama satu minggu. Dan selama satu minggu itu kami terkarantina di dalam asrama. Nggak kemana-mana coy.

Jadi setelah acaranya selesai, aku putusin untuk jalan-jalan menikmati Kota Pempek ini. Petualangaku pun di mulai dari Museum Balaputera Dewa atau yang nama resminya Museum Negeri Provinsi Sumatera Selatan “Balaputera Dewa”.

Alamat Museum Balaputera Dewa

Museum Balaputera Dewa beralamat di Jalan Srijaya, No. 1, Rw 5, Srijaya, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Kota Palembang. Museum ini letaknya masih ada di sekitar pusat kota Palembang, bahkan museum ini juga nggak jauh dari Stasiun LRT RSUD Prov Sumsel. Jadi mudah banget deh kalo mau ke museum ini.

Sejarah Museum Balaputera Dewa

Museum Balaputera Dewa dibangun pada tahun 1978 dan diresmikan pada tanggal 5 November 1984. Museum ini berstatus sebagai Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Penamaan Balaputera Dewa diambil berdasarkan nama Raja Sriwijaya yang memerintah ada abad ke-9 Masehi.

Tiket Masuk Museum Balaputera Dewa

Sebelum masuk ke dalam museumnya, udah pasti harus beli tiket dulu dong. Tiket masuknya murah meriah cuy, perorangnya cuma Rp. 2000 aja. Murah meriah dapat ilmu pengetahuan tentang sejarah dan budaya juga loh. Mantap banget coy. 

Museum Balaputera Dewa Palembang
Tiket masuknya cuma Rp. 2000 aja cuy

Koleksi Museum Balaputera Dewa

Setelah membayar tiket masuknya, aku pun segera menjelajahi setiap ruangan yang ada di museum ini. Ruangan pertama yang kumasuki adalah ruangan hibah. Ruangan ini menyimpan berbagai koleksi hasil hibah dari masyarakat dan orang-orang. Di dalamnya ada koleksi senjata, keramik hingga uang kuno. 

Museum Balaputera Dewa Palembang
koleksi hibah

Selain ruang hibah, masih banyak ruang-ruang lainnya yaitu, Gedung Pameran I, Gedung Pameran II dan Gedung Pameran III. Di dalam gedung pameran ini ada banyak koleksi lainnya seperti Galeri Melaka Bersejarah Bendaraya Warisan Dunia yang isinya berhubungan dengan sejarah dan budaya Melayu khususnya Melayu Melaka, 

Museum Balaputera Dewa Palembang
Gedung Pameran II
Museum Balaputera Dewa Palembang
Koleksi sejarah Melaka Melayu

Di ruang selanjutnya kemudian ada juga berbagai fosil-fosil dari hewan dan fosil lainnya yang ditemukan dari hasil ekskavasi di sekitar Sumatera Selatan. Selanjutnya ada berbagai barang peninggalan bersejarah dari Kerajaan Sriwijaya seperti prasasti dan arca-arca dari patung Budha serta berbagai sisa kayu kapal yang membuktikan kejayaan maritim Kerajaan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan di Selat Malaka di masa lalu. 

Museum Balaputera Dewa Palembang
Berbagai fosil hasil ekskavasi
Museum Balaputera Dewa Palembang
Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Museum Balaputera Dewa Palembang
Koleksi tempayan dan guci serta gerabah
Museum Balaputera Dewa Palembang
Sisa kayu kapal bukti kejayaan kemaritiman Kerajaan Sriwijaya
Museum Balaputera Dewa Palembang
Koin kuno bukti Sriwijaya sebagai pusat perdagangan
Museum Balaputera Dewa Palembang
Koleksi porselin dan keramik

Setelah itu ada juga koleksi peninggalan dari Kerajaan Palembang yang bercorakkan Islam dan salah satu koleksinya adalah Al-Quran tua. Selanjutnya ada peninggalan dari masa penjajahan seperti benda-benda sisa perjuangan melawan penjajah. Terakhir ada barang-barang koleksi yang berhubungan dengan adat dan budaya masyarakat Sumatera Selatan seperti kain dan pakaian khas Sumsel hingga berbagai barbagai barang peralatan hidup masyarakat, seperti peralatan bertani, peralatan kegiatan adat dan lain-lain. 

Museum Balaputera Dewa Palembang
Koleksi Al-Quran tua dan naskah-naskah Islam
Museum Balaputera Dewa Palembang
Koleksi dari masa perjuangan
Museum Balaputera Dewa Palembang
Kain khas Sumatera Selatan
Museum Balaputera Dewa Palembang
Ada si ganteng yang unyu di Museum Balaputera Dewa

Rumah Adat Limas

Sebelum keluar dari Museum Balaputera Dewa, aku teringat kalo ternyata Rumah Adat Limas yang ada di uang Rp. 10.000 juga ada di museum ini, tepatnya ada di sisi belakang museumnya. Buru-buru deh aku ke belakang untuk melihat Rumah Adat Limas yang ikonik tersebut. 

Museum Balaputera Dewa Palembang
Siganteng yang unyu di depan Rumah Adat Limas

Jumat, 30 Juli 2021

Air Terjun Simanik-Manik di Asahan, Catatan Terakhir Tentang Dirimu

Air Terjun Simanik-Manik Alam Tani
Air Terjun Simanik-Manik

Hai kawan-kawan, dah lama juga ya aku nggak menulis cerita. Gimana kabar kalian? Semoga tetap sehat ya.

Kabarku?

Ah! Secara fisik aku sehat sih, tapi secara perasaan, entahlah? Saat ini rasanya seperti campur aduk hingga aku pun nggak tau gimana rasanya.

Kali ini aku mau menulis sebuah cerita perjalanan yang udah cukup lama kulakukan. Bahkan aku sempat terpikir untuk tak menuliskan cerita perjalanan ini. Tapi kurasa kisah ini harus kutulis sebagai catatan bahwa aku pernah bersamanya dan sebagai ucapan terima kasihku untuk segalanya, selama ini.

Perjalanan ini kulakukan bersama seseorang yang bernama Seila. Tujuan perjalanan kami adalah Air Terjun Simanik-Manik atau yang lebih dikenal juga dengan nama Air Terjun Alam Tani

Alamat Air Terjun Simanik-Manik

Air Terjun Simanik-manik terletak di Desa Loburappa, Kecamatan Aek Songsongan, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.

Cara ke Air Terjun Simanik-Manik

Untuk ke air terjun ini sebenarnya cukup mudah. Kalo berkendara dari Kota Kisatan, Ibukota Kabupaten Asahan, ambil aja rute menuju Air Terjun Ponot atau Sigura-Gura. Nantinya sebelum Objek Wisata Bedeng ada plang air terjunnya di sebelah kiri. Aksesnya juga cukup mudah. Dari parkiran udah disediakan jalan setapak hingga ke air terjunnya dengan jarak sekitar 5 menit jalan kaki.

Pemandangan Air Terjun Simanik-Manik

Air Terjun Simanik-Manik ini cukup cantik juga. Apalagi sepanjang jalan dari parkiran mata juga disuguhi pemandangan sungai kecil yang berair jernih di sisi jalan. Sedangkan di sisi satunya ada tebing batu dengan tumbuhan merambat serta tetesan air seperti gerimis. Eksotis. 

Air Terjun Simanik-Manik Alam Tani
Rintik air di sela bebatuan
Air Terjun Simanik-Manik Alam Tani
Ketinggiannya sekitar 15 meter

Air terjunnya sendiri punya ketinggian sekitar 15 meter dengan di bawahnya terbentuk kolam air terjun yang cukup lebar. Namun menariknya di balik jatuhan airnya terbentuk formasi batuan seperti gua kecil, cantik juga.

Di sisi kiri kolam air terjun juga ada goa kecil yang terbentuk dari bebatuan cadas sehingga cukup sederhana tanpa stalagtit maupun stalagmit. Tapi dari mulut goa ini bisa ngelihat jelas pemandangan Air Terjun Simanik-Manik dari sudut yang berbeda. Mantap! 

Air Terjun Simanik-Manik Alam Tani
Goa di sebelah air terjun
Air Terjun Simanik-Manik Alam Tani
Pintu masuk goanya
Air Terjun Simanik-Manik Alam Tani
Pemandangan dari mulut goa

Namun saat itu sebenarnya fokusku bukan pada indahnya air terjun ini sih. Saat itu aku lebih fokus pada wajahnya yang asyik bercerita tentang banyak hal seperti kegiatan sehari-harinya. Rasanya nyaman aja melihat senyum lembutnya.

Ah... tapi itu kisah lama  sih. Kisah yang sudah berlalu.

Karena ketidakpekaanku, selalu berpikir kalo semuanya akan baik-baik aja. Hingga aku sedikit sepele. Padahal aku tau, Seila itu orangnya cantik dan banyak lelaki yang mendekatinya. Tapi ya itu. Aku naif dan aku kehilangannya.

Setelah itu aku move on, melupakannya.

Tapi semesta tau kalo aku belum benar-benar ngelupainnya. Lantas semesta ngasi tau aku untuk benar-benar melepasnya dengan  cara yang tak pernah kuduga.

Aku udah lama banget nggak buka Instagram, mungkin sudah berbulan-bulan aku nggak membuka aplikasi berbagi foto tersebut. Bahkan notifikasi instagram di hpku selalu ku slide aja tanpa pernah ku buka.

Tapi ntah kenapa, hari itu seolah-olah semesta membuatku membuka Instagram. Yupz! Nggak ada angin nggak ada hujan, tiba-tiba aja aku ngebuka Instagram.

Dan Bammm!!!

Hal pertama yang terihat mataku adalah IG story Seila tentang kue pernikahannya. Sungguh nggak habis pikir. Andai aku nggak buka IG, aku nggak akan pernah tau hal tersebut karena postingan story bakal hilang dalam 24 jam.

Tapi itulah cara semesta bekerja, penuh dengan misteri. Tapi ku pikir semesta hanya ingin memberitahuku agar aku benar-benar merelakannya, dan berhenti berjuang untuknya serta memulai untuk berjuang demi diriku sendiri.

Jadi Seila, dimanapun kamu berada, kuharap kamu selalu bahagia. Dan dengan kupostingnya cerita ini maka berakhirlah kisah yang pernah ada dan aku seutuhnya merelakanmu. 

Air Terjun Simanik-Manik Alam Tani
Air Terjun Simanik-Manik Alam Tani

 

Kamis, 17 Juni 2021

Rumah Pengasingan Bung Karno di Berastagi

Rumah Pengasingan Bung Karo di Berastagi
Rumah Pengasingan Bung Karno di Berastagi

Hai sahabat backpacker, setelah sebelumnya aku singgah di Masjid Lama Kabanjahe yang merupakan masjid pertama dan tertua di Tanah Karo, aku kemudian kembali melanjutkan perjalananku di Bumi Karo ini dan tujuanku selanjutnya adalah Rumah Pengasingan Bung Karno di Berastagi.

Baca juga: Masjid Lama Kabanjahe, Masjid Pertama dan Tertua di Tanah Karo

Alamat Rumah Pengasingan Bung Karno di Berastagi

Rumah Pengasingan Bung Karno terletak di Jalan Sempurna Desa Lau Gumba, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Kalo dari Medan, rumah pengasingan ini terletak sebelum masuk ke Pasar Buah Berastagi dan simpangnya berada tepat sebelum Hotel Bukit Kubu. Dari persimpangan tersebut, rumah ini terletak sekitar 600 meter doang.

Sejarah Rumah Pengasingan Bung Karno

Berdasarkan sejarahnya, rumah bergaya Belanda ini dibangun pada tahun 1917, dulunya rumah ini adalah tempat tinggal seorang perwira Belanda. Pada Agresi Militer Belanda II, tepatnya pada tanggal 22 Desember 1948, tiga pemimpin Republik Indonesia, yaitu Bung Karno, Sjahrir dan Haji Agus Salim ditangkap Belanda di Yogyakarta dan dibuang ke Berastagi.

Mereka ditahan selama 12 hari di Berastagi dengan pengawasan ketat.. Namun karena masalah keamanan, saat itu di Tanah Karo ada basis perjuangan kemerdekaan yang dikenal dengan nama Laskar Rakyat, jadi Belanda memindahan mereka ke Parapat.

Meski hanya tinggal 12 hari di Berastagi, tetapi Bung Karno telah mendapat tempat khusus di hati masyarakat Karo. Bahkan mereka menjuluki Bung Karno sebagai Bapak Rakyat Sirulo yang berarti Bapak Lambang Kemakmuran Rakyat. 

Rumah Pengasingan Bung Karo di Berastagi
koleksi foto tua di dalam rumahnya
Rumah Pengasingan Bung Karo di Berastagi
Salah satu surat lama

Desain Arsitektur Rumah Pengasingan Bung Karno di Berastagi

Rumah Pengasingan ini dibangun dengan bangunan bergaya Belanda yang cukup kental. Rumahnya terbuat dari kayu jati dan berukuran 10x20 meter dengan cat putih dan seng berwarna merah. Di dalamnya terdapat beberapa ruangan seperti ruang tamu, kamar tidur, dapur dan kamar mandi.

Kondisi terkini Rumah Pengasingan Bung Karno di Berastagi

Saat ini Rumah Pengasingan Bung Karno di Berastagi masih terawat dengan baik. Bahkan keaslian furniturnya masih tetap terjaga seperti tempat tidur, lemari pakaian dan perabot lainnya. Di dalamnya juga ada foto-foto tua dan surat-surat lama milik beliau. Di pelataran depan rumah ini juga ada satu patung Bung Karno dari perunggu setinggi 7 meter dengan posisi duduk sebagai penanda bahwa rumah ini pernah menjadi saksi sejarah perjuangan Beliau. 

Rumah Pengasingan Bung Karo di Berastagi
Patung Bung Karno di pelataran rumah pengasingan
Rumah Pengasingan Bung Karo di Berastagi
Ada gazebo kecil di halaman rumahnya
Rumah pengasingan Bung Karno di Berastagi
Tempat tidur di dalam rumah pengasingan
Rumah Pengasingan Bung Karo di Berastagi
Meja dan kursi di dalam rumah

Hanya saja sekarang statusnya dijadikan sebagai Mess Pemprov Sumatera Utara sehingga cukup sulit untuk masuk ke dalam rumah ini dan butuh izin khusus. Untuk pengunjung umum, hanya dikasi izin untuk berfoto-foto di bagian depan rumah dan sekitaran Patung Bung Karno. 

Rumah Pengasingan Bung Karno di Berastagi
Sekarang menjadi Mess Pemprov

Padahal jika dijadikan sebagai museum atau bangunan wisata, tentu bisa menjadi tempat belajar sejarah tentang perjuangan Bung Karno dan para pahlawan lainnya dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 

Rumah Pengasingan Bung Karo di Berastagi
Rumah Pengasingan Bung Karno di Berastagi
Rumah Pengasingan Bung Karo di Berastagi
Backpacker ganteng dan unyu di pelataran rumah pengasingan

Rabu, 02 Juni 2021

Masjid Lama Kabanjahe, Masjid Pertama dan Tertua di Tanah Karo

Masjid Lama Kabanjahe
Masjid Lama Kabanjahe

Hai sahabat backpacker, gimana kabarnya? Semoga sehat-sehat aja ya. Aamiin... Maaf ya, lama kagak keliatan, lama kagak ngeupdate cerita-cerita perjalanan. Soalnya beberapa waktu ini lagi sibuk persiapan ujian semester anak-anak.

Oh ya, selamat hari raya idul fitri ya teman-teman, mohon maaf lahir dan batin. 🙏

Baiklah, kali ini aku mau berbagi cerita lanjutan setelah sebelumnya aku mengunjungi Danau Lau Kawar yang indah yang berada di kaki Gunung Sinabung.

Setelah mengunjungi danau tersebut, aku kembali ke Kota Kabanjahe, ibukota dari Kabupaten Karo. Di kota ini rencananya aku mau mengunjungi Masjid Lama Kabanjahe yang konon katanya masjid pertama dan tertua di Tanah Karo, ya sekalian mau sholat ashar juga di sana.

Alamat Masjid Lama Kabanjahe

Masjid Lama Kabanjahe beralamat di Jalan Masjid, Kelurahan Lau Cimba, Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Masjid ini berada di belakang Pasar Kabanjahe dan agak sulit untuk kutemuin. Soalnya aku udah nanya ke beberapa penduduk di sana tapi pada jawab kagak tau dan malah ngarahin ke Masjid Agung Kabanjahe yang merupakan masjid terbesar di Tanah Karo.

Untuk nemuin masjid ini, aku kemudian nyoba nyusurin jalanan Pasar Kabanjahe dan berharap nemuin masjid ini. Setelah 2 kali bolak balik, akhirnya aku nemuin juga atap masjid berwarna hijau yang mengintip dari balik atap-atap pasar.

Sejarah Masjid Lama Kabanjahe

Berdasarkan sejarahnya, Masjid Lama Kabanjahe dibangun pada tahun 1902 dan selesai dibangun pada tahun 1904. Masjid ini merupakan masjid pertama dan tertua di Tanah Karo.

Pembangunannya diinisiasi oleh para pedagang Islam yang berdagang di Tanah Karo. Karena saat ini belum ada satu pun masjid di Tanah Karo sehingga para pedagang Islam berniat untuk membangun tempat ibadah tersebut.

Niat tersebut kemudian disampaikan kepada Sibayak Lingga, pemimpin adat saat itu. Niat baik itu ternyata diterima dengan baik oleh Sibayak Lingga dan dengan bantuan dana dari Sultan Langkat, akhirnya berdirilah masjid pertama dan tertua di Tanah Karo. 

Masjid Lama Kabanjahe
Dibangun tahun 1902 hingga 1904

Arsitektur Masjid Lama Kabanjahe

Masjid Lama Kabanjahe memiliki arsitektur seperti masjid-masjid pada umumnya. Bangunannya yang berwarna hijau dan kuning itu terbuat dari kayu dan papan sedangkan atapnya bertingkat tiga. Di bagian serambinya dikelilingi pagar hijau dan terdapat beberapa kursi dan satu kentongan dari kayu. 

Masjid Lama Kabanjahe
Pelataran masjid
Masjid Lama Kabanjahe
Kentongan kayu di serambi masjid
Masjid Lama Kabanjahe
Ada kursi-kursi juga
Masjid Lama Kabanjahe
Ruang dalam masjid

Di bagian dalamnya aku melihat bangunan masjid ini cukup sederhana dengan beberapa tiang kecil sebagai pilar. Ruang ibadahnya terbagi dua dengan satu bagian untuk tempat ibadah pria, satu bagian lagi untuk tempat ibadah wanita.

Di bagian depan ada satu ruang kecil untuk tempat imam dan dilengkapi mimbar sederhana juga. Di sebelahnya juga ada kaligrafi dengan gambar Masjid Lama Kabanjahe. Sedangkan pada bagian belakang juga ada tiga Al-Qur’an berukuran besar. Dan secara umum, arsitektur masjid ini masih asli seperti saat dibangun dulu. 

Masjid Lama Kabanjahe
Mimbar masjid
Masjid Lama Kabanjahe
Kaligrafi dan foto masjid
Masjid Lama Kabanjahe
Al-Qur'an besar

Masjid Lama Kabanjahe sebagai Pusat Dakwah

Di bagian belakang Masjid Lama Kabanjahe ini juga ada satu ruangan tambahan yang dulunya dijadikan sebagai pusat pengajian dan belajar agama Islam. Karena pada awal berdirinya, masjid ini juga menjadi pusat dakwah dan penyebaran Islam di Kabanjahe dan daerah sekitarnya.

Namun saat ini aktifitas keagamaan di masjid ini udah mulai berkurang karena udah ada Masjid Agung Kabanjahe yang lebih besar dan berdiri di pusat kota Kabanjahe. Saat aku di sini, aku cuma nemuin satu cewek yang sedang asyik mengaji Al-Qur’an. Suaranya lembut dan merdu cuy. 

Masjid Lama Kabanjahe
Backpacker ganteng dan unyu di pelataran Masjid Lama Kabanjahe

Rabu, 05 Mei 2021

Danau Lau Kawar

Danau Lau Kawar
Danau Lau Kawar di Tanah Karo

Hai sahabat backpacker...

Setelah kemarin aku mengunjungi Museum Letjen Jamin Gintings yang ada di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo, maka di hari selanjutnya aku kembali melanjutkan petualanganku di Tanah Karo dan tujuanku kali ini adalah Danau Lau Kawar yang ada di kaki Gunung Sinabung.

Museum Letjen Jamin Gintings di Tanah Karo

Sebenarnya aku udah cukup lama pengen ngunjungi danau ini, tapi karena kondisi Gunung Sinabung belum normal juga setelah bertahun-tahun erupsi membuat rencana tersebut terbengkalai. Dan akhirnya hari ini, setelah beberapa bulan ini Gunung Sinabung aman dari erupsi, aku pun berpetualang ke danau yang ada di kakinya tersebut.

Alamat Danau Lau Kawar

Danau Lau Kawar beralamat di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Naman Teran, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Danaunya berada di Kawasan Ekosistem Leuser, tepatnya di kaki Gunung Sinabung dan berjarak sekitar 45 menit perjalanan dari Kota Kabanjahe, ibukota Kabupaten Karo.

Sepanjang perjalanan menuju danau ini, aku juga harus mengingat setiap persimpangan dan jalur evakuasi terdekat, kalau-kalau gunung ini mengalami erupsi kembali. Jujur aja,perjalanan kali ini membuat adrenalinku lumayan terpacu. Brmm... brmmm...

Menjelang tiba di Danau Lau Kawar, aku bisa melihat Gunung Sinabung yang menjulang tinggi di sisi kiri jalan. Gunung ini terlihat begitu gagah perkasa, indah dan menawan, sekaligus gersang. Sesekali terlihat juga gumpalan asap yang keluar dari puncak gunungnya yang tertutup awan. Sedangkan di kaki gunungnya aku bisa ngelihat pepohonan yang mati mengering karena dampak erupsi yang terjadi secara terus-menerus. 

Danau Lau Kawar
Gunung Sinabung di sisi jalan
Danau Lau Kawar
Gunung Sinabung
Danau Lau Kawar
Pepohonan yang meranggas di kaki gunung

Pemandangan Danau Lau Kawar

Setelah berkendara sekitar 50 menit, aku akhirnya tiba juga di pintu gerbang Danau Lau Kawar. Setelah memarkirkan motor di pinggiran danau, aku segera mengeksplore pesona Danau Lau Kawar ini.

Kesan pertamaku adalah danau ini sepi banget cuy. Selain aku sendiri, pengunjungnya cuma ada dua pasangan yang sedang duduk nyantai di pinggiran danau dan dua orang yang sepertinya penduduk sekitar yang sedang memancing ikan di atas rakit bambu.

Kesan berikutnya adalah, danau ini terbengkalai. Terlihat dari gerbangnya yang tak terawat. Semak belukar juga tumbuh subur di sekitar danau. Bahkan beberapa fasilitas umumnya juga udah rusak seperti arena bermain anak, gazebo, dan fasilitas lainnya. 

Danau Lau Kawar
Gerbang Danau Lau Kawar
Danau Lau Kawar
Rumput pun tumbuh panjang
Danau Lau Kawar
Gazebonya mau rubuh
Danau Lau Kawar
Area bermain anak yang terbengkalai

Sepertinya semenjak adanya erupsi Gunung Sinabung bertahun-tahun yang lalu, danau ini tak lagi dikelola dan dikunjungi wisatawan. Padahal dulunya kawasan danau ini menjadi lokasi camping favorit bagi para pendaki yang ingin menggapai puncak Gunung Sinabung.

Untungnya erupsi tersebut tak mempengaruhi kondisi Danau Lau Kawar. Danau ini tetap terlihat indah dan menawan. Alam sekitarnya juga tetap hijau dan subur. Udaranya juga sejuk khas udara pegunungan. 

Danau Lau Kawar
Danau Lau Kawar
Danau Lau Kawar
Jalan di pinggir danau
Danau Lau Kawar
Naik rakit di Danau Lau Kawar

Pemadangan Danau Lau Kawar juga indah, danaunya cukup luas dengan air yang berwarna kehijauan akibat pembiasan dari perbukitan hijau yang mengelilingi sekitar Danau Lau Kawar. Duduk bersantai di pinggir danau ini cukup membuatku nyaman dan betah berlama-lama hingga,

Bang, tolong fotoin kami dong!” salah satu pasangan tersebut ternyata mendatangiku meminta diambilkan foto.

Oh iya, sini hapenya Bang!” ucapku sambil mencari komposisi yang bagus.

Pose gini aja yang.” Kata si Cowok sambil memeluk pacarnya dari belakang. Dan dilanjutkan dengan pose-pose mesra lainnya.

Asemlah, kalo mau mesra-mesraan liat tempat dan situasi dong. Rutukku dalam hati.

Setelah cukup mengambilkan foto pasangan yang sedang kasmaran tersebut, aku pun bergegas meninggalkan Danau Lau Kawar yang tetap terlihat tenang di belakangku.

Aku bukan kabur karena iri ya, tapi suasana Danau Lau Kawar yang teramat sepi itu bikin serem juga. Apalagi sejak dulu, sejak danau ini masih ramai ama para pendaki, danau ini emang udah terkenal angker dan sering membuat pengunjung kesurupan jika bertingkah yang nggak sopan.

Kabur duluan deh. 😁

Oh ya, setelah ini aku melanjutkan petualangan ke masjid tertua di Tanah Karo. Sampai jumpa.

To be continued....

Danau Lau Kawar
Suasananya tenang banget
Danau Lau Kawar
Backpacker ganteng dan unyu di Danau Lau Kawar