Senin, 11 Mei 2020

Menginap di Tropicana Guest House Bengkulu


Note:
- Perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah
- Tetap di rumah ya teman-teman

Hai sahabat backpacker...

Seperti di ceritaku yang sebelumnya, aku tiba di Kota Bengkulu jam 3 pagi. Dan setelah diantar oleh bapak ojek, aku pun tiba di depan penginapan yang udah ku pesan. Tapi saat sampai di sana, pintu penginapannya tertutup dan lampunya gelap.
Tropicana Guest House
Note: Lupa ambil foto dengannya, jadi foto ini kuambil di google map
Permisi,” Ucapku sambil berharap ada yang membukakan pintu.

Permisi,”  Ucapku sekali lagi.

Dan alhamdulillah, tiba-tiba lampunya menyala dan seorang staff penginapan membukakan pintu. Ternyata dia tertidur di meja resepsionis karena menungguku setelah sebelumnya kukabari kalo aku bakal telat karena insiden bus. Wajar sih dia tertidur, soalnya ini guest house, bukan hotel yang staffnya siap 24 jam.

Abang staff ini pun segera mengurus cek in ku dan memberikan kunci kamar. Buru-buru aku meletakkan barang di kamar, kemudian membersihkan badan dan segera istirahat. Ahh.. nyamannya berbaring di tempat tidur setelah dua malam tidur di kursi bus.

Alamat Tropicana Guest House

Tropicana Guest House, itulah nama penginapan yang kupilih sebagai tempat istirahatku selama di Kota Bengkulu, penginapan ini beralamat di Jalan M. Hasan, Pasar Baru, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu.

Penginapan ini letaknya tak jauh dari pusat kota dan juga nggak jauh dari beberapa objek wisata seperti Rumah Pengasingan Bung Karno, Benteng Marlborough dan Simpang Lima Ratu Samban. Bahkan dari depan hotel juga bisa melihat pantai dan samudera yang ada di bawah sana.

Fasilitas Tropicana Guest House

Fasilitas yang tersedia di Tropicana Guest House ini cukup lengkap juga. Dengan harga Rp. 110.000 permalam untuk kamar standard, aku mendapatkan satu kamar dengan tempat tidur yang cukup luas, juga ada ac dan tv nya. Kemudian juga tersedia sajadah serta handuk yang bersih. 
Kamar standard di Tropicana Guest House

Tempat tidurnya
Tv, AC dan meja
Dengan harga segitu, aku juga mendapatkan fasilitas sarapan yang bisa dipilih antara nasi goreng atau roti. Tentu aja aku memilih nasi goreng, selain porsinya lebih banyak, rasanya juga nggak puas kalo nggak makan nasi. Sarapan ini tiap paginya diantar ke kamar masing-masing. So, nggak harus repot lagi buat sarapan di pagi hari. Selain itu guest house ini juga menyediakan dapur bersama serta kulkas, di dapur ini juga ada air minum, kopi, teh dan gula yang bisa digunakan bersama.
Nasi goreng untuk sarapan
Untuk kamar mandinya memang terpisah, namun kamar mandinya bersih dan airnya pun melimpah, bahkan air hangatnya juga mengalir lancar dari shower. Hanya saja saat itu sabun dan shamponya tidak tersedia. Sedangkan untuk kamar yang lebih mahal, kamar mandinya ada di dalam.
Kamar mandinya
Guest house ini juga dilengkapi tempat parkir berpagar bagi yang membawa kendaraan, sehingga cukup aman. Lalu juga ada ruang santai yang dilengkapi beberapa buku dan asbak rokok serta yang terpenting adalah tersedianya gratis wifi.

Namun yang paling mengesankan dari guest house ini bagiku adalah pelayanannya yang sangat luar biasa. Staffnya sangat ramah dan baik hati, bahkan aku yang telat cek in hingga jam 3 pagi pun masih dilayani dengan ramah. Sungguh luar biasa menurutku.

Sabtu, 09 Mei 2020

Perjalanan Menuju Bengkulu Dengan Bus Putra Simas

Note:
- Perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah
- Tetap di rumah ya teman-teman

Selamat! Anda lulus tahap administrasi berkas 

Anda diwajibkan mengikuti ujian SKD,

Begitulah kira-kira pengumuman yang terpampang pada akun SSCN ku yang berarti aku harus mengikuti ujian SKD jika ingin diangkat menjadi seorang PNS. Tahun ini adalah tahun keduaku mencoba keberuntungan mengikuti cpns, setelah di tahun lalu aku hanya mendapat ranking 5 di hasil SKD. Tahun ini aku mencoba mengambil di Kemenag, Bengkulu.

Jauh banget.

Memang jauh, tapi itu karena yang sesuai jurusanku, Guru Sejarah, memang lagi nggak banyak yang buka di Sumatera Utara. Jadi aku mencoba keberuntungan di Tanah Bengkulu. Aneh juga sih, soalnya masih banyak sekolah yang kekurangan guru, tapi lowongan cpns gurunya dikit banget.

Untuk menuju Bengkulu, aku memutuskan menggunakan moda transportasi bus aja. Karena tiket bus sekali jalan cuma Rp. 350.000 sedangkan kalo naik pesawat saat itu lebih Rp. 1.500.000 dari Medan. Mahal banget cuy. Ini juga menjadi perjalanan pertamaku menggunakan bus jarak jauh.
Bus Putra Simas
PT Putra Simas

Yupz... Bus yang menjadi pilihanku adalah Bus Putra Simas alias Bus Putra Simalungun Atas, karena bus ini adalah pemain tunggal di rute ini. Jadi nggak ada pilihan bus lainnya. Dulu ada sih bus ALS, tapi sekarang rutenya udah ditutup. Berhubung aku saat ini tinggal di Asahan, jadi aku naik dan memesan tiket dari loket cabang Kisaran.
Bagian dalam bus
AC Bocor

Tapi asemnya, ternyata bangku yang udah kupesan malah udah diduduki orang sejak dari pool Medan, bahkan dia punya nomor kursi yang sama. Akhirnya daripada ribut, aku memilih buat mengalah.

Yang asemnya lagi, bangku yang tersisa ini malah basah karena acnya bocor. Akhirnya sepanjang malam aku tak bisa tidur nyenyak karena sesekali terbangun kena tetesan air ac yang dingin.  Bangke lah.

Perjalanan terus berlanjut, bus terus melaju membelah Jalan Lintas Timur Sumatera, melewati beberapa kota di pulau Sumatera ini. Pemandangan di sepanjang perjalanan tak begitu istimewa karena didominasi perkebunan kelapa sawit. Menjelang shubuh, kami tiba di terminal Pekanbaru. Bus tak berhenti lama di sana dan kembali melanjutkan perjalanan menuju Kota Taluk, di Kabupaten Kuantan.

Kota ini menurutku keren juga, karena begitu memasuki kotanya aku udah bertemu tugu bundaran berukuran raksasa, bernama Bundaran Carano. Di depannya pun ada masjid besar bernama Masjid Agung Kuantan Singigi. Selain itu di kota ini juga ada satu taman yang berada di tepian sungai Batang Kuantan yang mengalir di sisi kota. Sepertinya kota ini cukup menarik untuk disinggahi, tapi mungkin nanti, suatu hari nanti.

Tak lama setelah meninggalkan kota Taluk, bus memasuki wilayah Provinsi Sumatera Barat dan terus melaju hingga tiba di Terminal Kiliran Jao, di Kabupaten Sijunjung. Di terminal ini turun dua orang penumpang dan akhirnya aku dapat tempat duduk yang nyaman dan jauh dari tetesan air AC. Alhamdulillah... 
Dapat tempat duduk yang nyaman, horeee

Tapi baru juga duduk beberapa menit tiba-tiba,

Busnya berasap, busnya berasap.” Teriak beberapa penumpang yang duduk di barisan belakang.

Buru-buru para penumpang diturunkan dan sopir memeriksa bus. Ternyata jaket kernet jatuh ke dalam mesin kompresor di belakang. Asemlah. Setelab berjalan pelan, akhirnya bus berhenti di sebuah rumah makan dan diperbaiki di sana.

Hampir tiga jam kemudian barulah bus berjalan kembali dan hari sudah semakin sore. Aku pun menghubungi pihak penginapan dan mengabarkan kalo aku mungkin saja telat cek in karena masalah tadi. Kata pihak penginapannya sih nggak apa-apa. Namun aku tetap aja merasa was-was dan kepikiran juga. Apakah tidak masalah telat cek in dan jika tiba terlalu malam, naik apa dari pool ke penginapan tersebut.

Pukul 5 sore bus baru tiba di Muara Bungo, Jambi. Di sini jalanannya didominasi jalanan lurus dan tidak ada pemandangan yang menarik karena kebanyakan hanya lahan kosong di sisi jalan. 
Sepi di Lintas Tengah Sumatera
Muara Bungo
Tak lama kemudian matahari, sang penguasa siang itu tenggelam di ufuk barat. Tak ada lagi pemandangan yang bisa kulihat dari balik jendela bus, karena di luar sana hanya ada kegelapan. Cuma sesekali terlihat cahaya lampu dari rumah penduduk. Aku kemudian memilih untuk tidur dan berharap untuk segera tiba di Kota Bengkulu yang masih ratusan kilometer lagi.
Matahari terbenam di Lintas Tengah Sumatera
Pukul 3 pagi. Yupz... Pukul 3 cuy. Dan bus baru tiba di pool Kota Bengkulu. Bingung juga sih naik apaan buat menuju penginapan dan apakah penginapannya masih buka. Setelah tawar menawar dengan bapak ojek yang mangkal di pool bus, aku kemudian menuju penginapan. Kota Bengkulu saat itu masih sunyi dan sepi, karena itu aku selalu siap-siap buat lompat kalo si bapak melenceng dari GPS. Wkwkwkwkwk...

Dan khirnya aku tiba di depan penginapan, alhamdulillah bapak ojeknya baik. Namun pintu penginapannya tertutup dan lampunya gelap.

Permisi.” Ucapku sambil berharap penginapan ini masih buka dan aku bisa segera cek in.
Sang backpacker naik bus

Rabu, 06 Mei 2020

Pancake Durian di Kafe Durian Maidanii

Note:
- Perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah dan sebelum bulan Ramadhan
- Bukan bermaksud untuk ngebuat teman-teman ngiler, anggap aja sebagai referensi buat berbuka.  🤣
- Stay at home kawan-kawan 

Hai sahabat backpacker...

Siapa di sini yang suka ama buah durian? Hayo angkat tangan.
Awas ngiler cuy
Kota Medan dikenal memiliki kuliner dan oleh-oleh khas durian. Namun karena buah durian nggak bisa masuk ke dalam kabin, maka banyak juga yang berkreasi mengolah buah durian ini menjadi makanan yang berbeda biar bisa masuk ke dalam kabin. Salah satunya adalah pancake durian.

Nah, dalam kesempatan kali ini aku mau berbagi cerita saat aku mencoba mencicipi rasa dari pancake durian ini. Tapi buat para pencinta buah durian, awas ngiler ya. 🤣

Kafe Durian Maidanii

Sebenarnya di Kota Medan ada banyak tempat yang menyediakan pancake durian ini. Tapi yang paling dekat dari kost ku adah Kafe Durian Maidanii ini, lokasinya ada di Jalan H.M. Yamin, No. 121, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan. Selain pancake durian, cafe ini juga menyediakan berbagai olahan durian lainnya seperti durian goreng, jus durian, sop durian dan lain-lain. Lalu juga ada berbagai minuman jus hingga makanan lain seperti nasi goreng, dimsum, kentang goreng, spagetti, dan banyak menu lainnya.
Kafe Durian Maidanii

Buku menunya
Btw, kafe dengan warna hijau kuning, khas warna durian ini juga enak buat nyantai soalnya di sini tersedia wifi gratis dan di setiap meja tersedia colokan listrik. Jadi buat yang mau nyantai ataupun mau ngerjain tugas, bisa banget di kafe ini sambil menikmati menu-menu yang tersedia.
Suasana di dalam kafe
Pancake Durian

Karena tujuan utamaku ke kafe ini adalah pancake durian, jadi menu yang kupesan ya pastinya pancake durian dong. Aku memesan pancake durian porsi Rp. 16.000 yang berisi 4 buah berwarna hijau.

Rasa pancake durian ini, beuuuhhhh... Enak cuy. Pas digigit, kulit crepesnya yang lembut pas banget sama isiannya yang berupa puree daging durian dan vla yang dikocok halus. Rasa duriannya kerasa banget lumer di lidah. Aroma duriannya juga kerasa walau tak begitu kuat seperti saat makanan durian langsung dari buahnya. Jadi intinya, pancake durian ini enak banget cuy.
Pancake durian
Sop Durian

Untuk minumannya aku memesan sop durian. Sop durian ini terbuat dari daging durian yang ditambah potongan buah segar seperti strawberry, lengkeng, anggur, dan lainnya. Kemudian juga ditambah potongan agar-agar berbagai warna serta nata decoco. Terakhir ditambah dengan syrup manis, parutan keju dan potongan es batu. Rasa sop durian ini segar banget dan kerasa banget duriannya.
Sop durian
Njir... Jadi mabuk durian aku. 

Minggu, 03 Mei 2020

Sate Rusa di Cafe Rumah Pohon, Medan


Note: 
- Perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah dan sebelum bulan Ramadhan
- Bukan bermaksud untuk ngebuat teman-teman ngiler, anggap aja sebagai referensi buat berbuka. 🤣
- Stay at home kawan-kawan

Hai sahabat backpacker...

Sebagai orang yang suka dengan menu daging, aku selalu penasaran dengan rasa daging-daging hewan yang halal. Salah satu yang paling bikin aku penasaran adalah rasa dari daging rusa. Soalnya nih daging nggak mudah dapatinnya, apalagi di Kota Medan. Susah banget nyarinya.

Oleh karena itu, ketika aku dapat informasi kalo ada satu cafe yang menyediakan menu berupa daging rusa, aku pun segera ke sana.
Sate Rusa
Brmmm... Brmmm....

Cafe Rumah Pohon

Begitulah nama cafe ini. Cafe ini terletak di Jalan Sei Belutu, No. 114, Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan. Dinamain rumah pohon karena cafe ini berpusat pada sebatang pohon rambutan tua yang tumbuh di tengah-tengah bangunan cafe. Selain itu, di sekeliling cafe ini juga banyak pepohonan rimbun yang membuat suasananya begitu asri dan segar.
Cafe Rumah Pohon
Cafe ini mengangkat menu kuliner lokal nusantara seperti arsik ayam, daun ubi tumbuk, nasi bakar, sambal teri andaliman dan banyak lagi kuliner lokal nusantara lainnya. Kemudian di cafe ini juga tersedia berbagai kue-kue lokal juga seperti wajik, timpan dan lain-lain.

Sate Rusa

Cafe ini juga menyediakan sate rusa, menu yang menjadi incaranku. Menu satu ini cukup ekslusif sih, soalnya sate rusa ini hanya tersedia di hari sabtu dan minggu doang. Daging rusanya pun didatangkan langsung dari Aceh. Karena itu, harga seporsi sate rusa ini lumayan juga. Harganya Rp. 50.000 perporsi.

Sate rusa ini terdiri atas dua tusuk besar sate yang dihidangkan di atas nampan stainless steel bersama lontong bumbu kacang dan sayuran pelengkap. Di dalam tusukan satenya juga terdapat tomat hijau, paprika, bawang dan jeruk lemon.
Seporsi sate rusa dan minumannya
Nyammm... Nyammm....

Daging rusa yang dibakar dengan lumuran kecap manis ini terasa sangat enak. Dagingnya terasa lembut, berserat, juicy dan manis. Sumpah, daging rusa itu rasanya enak banget cuy. Rasa dagingnya juga cukup berbeda dengan rasa daging sapi maupun daging kambing.

Lontong berbumbu kacangnya juga enak kok. Lontongnya lembut dan bumbunya kerasa banget. Sayuran pelengkapnya pun segar, selada dan rajangan kolnya terasa krenyes.

Tak terasa seporsi sate rusa pun habis, setelah membayar harga seporsi sate rusa, minuman dan pajak restoran, aku pun segera pulang sambil memikirkan varian mie instan untuk seminggu ke depan. 🤣

Note: selanjutnya aku penasaran ama sate kelinci, dimana ya adanya? 🤔
Makan bang 🤣
Note: wajah yg mikirin makan mie instan setelah ini

Jumat, 01 Mei 2020

Bubur Sop, Kuliner Khas Ramadhan di Masjid Raya Medan


Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah, stay at home ya kawan-kawan

Ngomongin tentang Ramadhan, rasanya nggak afdol kalo nggak membicarakan tentang makanan. Bukan bermaksud untuk ngebuat temen-temen ngiler di siang hari di saat berpuasa ya. Anggap aja sebagai referensi untuk berbuka nanti. Wkwkwkwkwk
Bubur Sop di Masjid Raya Al-Mashun Medan

Hari ini aku mau berbagi cerita tentang kuliner khas bulan Ramadhan di tahun sebelumnya. Tahun ketika dunia masih aman dan kita bebas untuk menikmati acara buka puasa bersama.

Sebagai anak kost yang tinggal di Kota Medan, mencari bukaan dan takjil gratis adalah hobby yang sangat bermanfaat buatku. Lumayan buat ngirit dompet. 🤣 Dan kali ini aku berencana untuk menikmati buka puasa di Masjid Raya Al-Mashun Medan. Masjid tua bersejarah yang juga menjadi ikon Kota Medan.
Masjid Raya Al-Mashun Medan
Biasanya di Masjid ini selalu menyediakan bukaan berupa Bubur Sop. Kuliner khusus yang hanya tersedia saat Bulan Ramadhan. Tradisi menyediakan bukaan ini sudah dilakukan sejak tahun 1909. Saat itu menu yang disediakan adalah bubur pedas dan bubur sop, kuliner khas bangsawan Melayu. Namun karena rumitnya bahan dan cara pembuatannya, sejak tahun 1960-an, menu yang diberikan hanya bubur sop saja.

Bubur sop ini dibuat dari bahan dasar berupa beras ditambah daging dan sayuran, seperti wortel, kentang dan bumbu sop seperti merica dan seledri. Cara memasaknya pun menggunakan tungku dengan kayu bakar dan dimasak di dalam kancah tembaga besar.
Bubur Sop

Ada banyak porsinya
Meski setiap harinya selama ramadhan selalu menyediakan hingga 1000 porsi, namun bubur sop ini cepat banget habisnya. Aku aja hampir nggak kebagian. Rasa bubur sop ini memang enak. Rasanya sedikit mirip dengan bubur pedas, namun kuahnya putih dan lebih kuat rasa sopnya.
Peminat bubur sop ini rame cuy
Sayangnya selama pandemi ini, tradisi membagikan bubur sop selama Ramadhan di Masjid Raya Al-Mashun ditiadakan. Kegiatan Ramadhan Fair yang rutin digelar di depan masjid ini juga ditiadakan karena pandemi. Sayang banget. 
Ra