Senin, 07 Oktober 2019

Candi Prambanan

Hai sahabat backpacker...

Setelah kemarin sore aku dan adikku tiba di Yogyakarta, maka hari ini kami putuskan untuk jalan-jalan dulu untuk mengexplore objek-objek wisata yang ada di Jogja. Soalnya sayang banget udah jauh-jauh ke Jogja tapi kagak jalan-jalan.

Oleh karena itu, pagi ini setelah sarapan, kami pun segera menyusuri jalanan Yogyakarta pake motor sewaan. Yupz... Untuk kemudahan akses, aku milih buat nyewa motor aja selama di Jogja.

Brmm... Brmmm...

Berhubung adikku nggak pande liat peta, jadi dia yang menjadi supir dan aku yang liatin peta. Kami pun terus menelusuri jalanan Yogyakarta – Solo, karena tujuan kami pagi ini adalah Candi Prambanan. 

Sepanjang perjalanan, aku ngerasa takjub juga sih, ngeliatin pemandangan yang berbeda dengan yang ada di Asahan, kampung halamanku. Apalagi saat ngelewati Kecamatan Kalasan, di situ terlihat candi tepat di pinggir jalan. Gilak banget, candi pun ada di pinggir jalan. Kalo di Asahan mah, mana ada yang beginian. Candi terdekat aja jaraknya ratusan kilometer dari Asahan, yaitu di Kabupaten Padang Lawas sana.

Akhirnya sebelum jam 7 pagi, kami sampe juga di parkiran Kompleks Wisata Taman Candi Prambanan. Meski belum jam 7, matahari di Jogja ini udah cukup tinggi sih. Kalo di Asahan, matahari setinggi itu, biasanya malah udah jam 8.

Setelah membeli tiket masuk, kami pun segera memasuki Kompleks Taman Wisata Candi Prambanan.
Candi Prambanan
Aku dan adikku di Candi Prambanan
Sungguh, perasaanku saat itu campur aduk banget, soalnya setelah bertahun-tahun hanya bisa liat Candi Prambanan dari TV, buku atau internet doang, akhirnya hari ini aku bisa ngelihat wujud Candi Prambanan tersebut secara langsung. Ironis juga sih, karena aku lulusan dari jurusan Pendidikan Sejarah, bahkan punya blog dengan tema wisata sejarah tapi kagak pernah liat candi. -_-“

Sejarah Candi Prambanan

Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar di Indonesia dan salah satu yang terindah di Dunia. Berdasarkan Prasasti Siwagrha yang bertarikh 778 Saka, candi ini dibangun pada tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan terus dikembangkan dan diperluas pada masa Balitung Maha Sambu dari Kerajaan Medang Mataram. Diyakini, pembangunan candi ini menandai kembali berkuasanya Keluarga Sanjaya atas Jawa, setelah sebelumnya Wangsa Syailendra yang berkuasa menganut agama Budha.

Sekitar tahun 930-an, Mpu Sindok memindahkan ibukota kerajaan ke Jawa Timur dan membuat Candi Prambanan menjadi tidak terawat dan akhirnya rusak dan runtuh. Pada tahun 1733 candi ini ditemukan CA. Lons, seorang berkebangsaan Belanda. Penemuan candi tersebut menarik perhatian dunia, namun upaya serius untuk melakukan pemugaran baru dilakukan tahun 1930-an. Kini, Candi Prambanan masuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi UNESCO sejak tahun 1991.
Candi Perwara yang belum dipugar

Arsitektur Candi Prambanan

Hal yang paling keren menurutku adalah arsitektur candi ini. Nggak kebayang sih di tahun segitu mereka bisa membuat bangunan semegah dan seindah ini. Keren banget...

Arsitektur Candi Prambanan berbentuk tinggi dan ramping seperti bangunan candi Hindu pada umumnya dengan bangunan Candi Siwa sebagai bangunan utama dan memiliki tinggi hingga 47 meter.
Arsitektur Candi Prambanan sangatlah indah

Menjulang tinggi khas candi-candi Hindu

Terdapat total 240 candi di dalam kompleks Candi Prambanan ini, dengan 224 candi perwara, 4 candi patok, 4 candi kelir, 2 candi apit, 3 candi wahana dan 3 candi Trimurti dan dengan Candi Siwa sebagai candi yang paling utama. Di dalam ruangan utama Candi Siwa terdapat sebuah arca Siwa Mahadewa setinggi 3 meter.
Adikku di Candi Siwa

Candi Siwa

Candi Wahana dan Candi Apit

Arca Siwa Mahadewa
Karena keindahannya, Candi Prambanan juga pernah menghiasi gambar uang Rupiah, yaitu uang Rp. 10.000 emisi tahun 1979. 
Candi Prambanan dan gambar uang Rp. 10.000


Relief di Candi Prambanan

Hal menarik lainnya dari candi ini adalah relief pada dinding candinya. Di dinding candi ini terukir kisah perjalanan Rama yang menyelamatkan Sinta dari tangan Rahwana. Sungguh kisah cinta yang manis.

Jadi baper. Wkwkwkwkkw

Relief tersebut terukir dengan detail dan indah. Keren banget lha pokoknya.
Relief di Candi Prambanan
Lokasi dan akses ke Candi Prambanan

Oh ya, buat kawan-kawan yang pengen liat langsung Candi Prambanan, candi ini cukup mudah diakses karena berada di jalan raya Solo - Yogya. Dari kota Yogyakarta kawan-kawan bisa naik Transjogja dan berhenti di halte Pasar Prambanan. Lalu semua bus antar kota jurusan Solo juga bisa berenti di depan candi Prambanan. Mudah banget lha. Atau kalo mau lebih mudah lagi ya nyewa kendaraan aja.

Candi Prambanan ini lokasinya ada di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dan tepat berbatasan dengan Desa Tlogo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Selesai foto-foto di setiap sudut Candi Prambanan, kami pun segera keluar dari komplek candi ini. Tapi begitu sampe di luar, kami malah ngeliat plang yang bertuliskan Candi Lumbung, Bubrah, dan Candi Sewu dengan jarak yang nggak begitu jauh. Wah.. petualangan masih berlanjut nih..

Oh ya, aku juga bikin sedikit video saat di Candi Prambanan, silahkan ditonton ya kawan-kawan :) 

Liburan bareng yuk.

Si ganteng yang unyu di Candi Prambanan

Kamis, 03 Oktober 2019

Berangkat Menuju Yogyakarta

Hai sahabat backpacker...

Selamat datang di blog backpack sejarah. Sekarang aku lagi ada di Bandara Internasional Kuala Namu, Deli Serdang. Yup... Hari ini aku mau berangkat menuju Yogyakarta.
Petualang ganteng di Kuala Namu
Bandara Internasional Kuala Namu
Cihuy...Jalan-jalan lagi.

Sebenarnya nggak jalan-jalan juga sih, tapi aku disuruh buat nganterin adekku, si Rizlan yang pengen mondok di Magelang. Berhubung nih anak belum pernah pergi yang jauh-jauh, apalagi naik pesawat, jadi aku diutus untuk nganterinnya sampe ke tempat.
Ya nggak apa-apa sih, lumayan bisa sekalian jalan-jalan. 🤣

Setelah proses cek in yang mudah, kami pun segera naik ke pesawat yang akan membawa kami menuju Yogyakarta di Tanah Jawa. Berhubung ini pengalaman terbang pertama si Rizlan, jadi aku memilih maskapai Citilink, soalnya menurutku maskapai ini cukup ok lha untuk kalangan ekonomi. Apalagi pengalaman terakhirku naik Lion Air itu kurang menyenangkan, bisa dibaca di sini, Petualangan di Luar Negeri: Kembali Pulang.
Nih orang yang mau dianterin
Sepanjang penerbangan menuju Jogja, aku cuma nikmati pemandangan dari balik jendela pesawat. Tapi ada satu hal yang menarik perhatianku, yaitu beda pemandangan saat di atas Pulau Sumatera dengan Pulau Jawa. Kalo di Pulau Sumatera, pemandangan yang terlihat tuh lebih banyak perkebunan dan sesekali doang yang terlihat perkotaan. Sedangkan kalo di atas Pulau Jawa, pemandangannya berupa perkotaan, perumahan dan sesekali pertanian berupa sawah. Pantes aja nih pulau disebut pulau terpadat.
Pemandangan dari jendela pesawat

Liburan bareng yuk
Setelah beberapa jam di dalam pesawat, akhirnya sekitar jam 3 sore kami pun mendarat dengan selamat di Bandara Internasional Adi Sutjipto, Yogyakarta.

Welcome to Yogyakarta.
Welcome to Jogja


Senin, 30 September 2019

Pantai Galau dan Tanjung Balai Saat Malam

Hai sahabat backpacker...

Salah satu masalah buatku saat jalan-jalan adalah rasa nagihnya itu. Serius, jalan-jalan tuh bikin nagih banget. Oleh karena itu, setelah kemarin aku jalan-jalan di Museum Asahan dan nikmati sunset di Taman Alun-Alun Kisaran, hari ini aku jalan-jalan lagi. Dan kali ini jalan-jalan ke arah Kota Tanjung Balai dan tujuan utamaku adalah Pantai Galau.
Pantai Galau
Alamat Pantai Galau

Pantai Galau ini letaknya di daerah Esdengki, Kwala Silau Bestari, Kecamatan Tanjung Balai Utara, Kota Tanjung Balai. Tempatnya memang agak-agak masuk ke dalam, tapi mudah kok menujunya. Kalo bingung, tinggal pake GPS aja (Gunakan Penduduk Setempat).

Kafe Pondok Naga Pantai Galau

Pantai Galau ini sebenarnya bukan pantai sungguhan sih. Tapi sebuah kafe yang berkonsep outdoor dan terapung di aliran Sungai Asahan.  Yup, sungai, bukan laut. Malah lautannya kagak keliatan dari tempat ini.
Berkonsep outdoor dan terapung
Btw, jangan heran dengan nama-nama pantai di Sumatera Utara ini. Kalo di sini mah, asal ada airnya bisa dibilang pantai, baik itu di sungai maupun di danau, kalo ada daratan berpasirnya dikit aja, udah pasti dibilang pantai. Bahkan kalo di daerah pegunungan pun, kalo sungainya berpasir, ya tetap pantai juga namanya. :D

Balik ke Pantai Galau, menurutku kafe ini keren juga, dengan payung-payung lucu dan bangku warna-warni. Jadi meski namanya Pantai Galau, tapi suasananya malah lebih romantis sih di kafe ini. Mungkin seharusnya aku bawa pasangan nih kalo ke sini. Suasananya romantis abis.
Kafe Pantai Galau
Untuk menunya sendiri cukup beragam, ada berbagai makanan dan minuman dengan harga mulai dari Rp. 15.000. Cukup terjangkaulah buat kantong. Aku sendiri sih mesan sop buah aja. Rasanya cukup enak dan jenis-jenis buahnya cukup lengkap. Mantap juga.

Pemandangan dari Pantai Galau

Tapi menurutku yang paling menarik dari kafe ini adalah pemandangannya. Karena lokasinya di pinggir aliran sungai Asahan, sungai terpanjang di Sumatera Utara, jadi aku bisa menikmati pemandangan Sungai Asahan yang menyatu dengan aliran Sungai Silau, terus di sungainya banyak kapal yang berlalu lalang maupun yang lagi berlabuh.
Pemandangan dari Pantai Galau
Terus di seberang sungai juga terlihat Kota Tanjung Balai dengan gedung-gedungnya yang sederhana. Bangunan Replika Rumah Balai pun terlihat jelas dari tempat ini. Bangunan replika tersebut dibangun sebagai pengingat sejarah tentang asal mula Tanjung Balai yang berasal dari Rumah Balai yang ada di Tanjung.
Replika Rumah Balai
Yang cantiknya lagi adalah saat malam menjelang, pemandangan dari kafe ini jadi lebih keren lagi. Karena cahaya lampu berwarna-warni dari gedung Kota Tanjung Balai di seberang sungai terlihat memantul di atas perairan sungai Asahan. Cantik banget.
Pemandangan saat malam hari

Tanjung Balai saat malam

Rumah Balai Tanjung Balai

Si ganteng yang unyu di Pantai Galau

Minggu, 29 September 2019

Senja di Taman Alun-Alun Kisaran

Hai sahabat backpacker...

Setelah sebelumnya aku melihat-lihat benda-benda bersejarah di Museum Asahan. Aku kemudian melajukan kereta (baca: sepeda motor dalam bahasa Medan) menuju Alun-Alun Kisaran. Karena ternyata waktu masih cukup sore, jadi masih bisa lah buat jalan-jalan lagi.

Lokasi Alun-Alun Kisaran

Alun-Alun Kisaran ini letaknya pas banget di tepi jalan lintas yang menghubungkan Kota Medan – Kisaran – Rantau Parapat. Tempatnya pun pas di seberang gedung Kantor Bupati Asahan. Jadi cukup mudah lah untuk menuju tempat ini.

Alun-Alun Kisaran

Alun-Alun Kisaran ini bisa dibilang sebagai pusat acara dan kegiatan di Kota Kisaran seperti upacara bendera dan acara-acara lainnya. Kalo sebelumnya, kegiatan ini dilakuin di Lapangan Parasamya, tapi sekarang udah di alun-alun ini.  Alun-Alun Kisaran juga digunakan masyarakat untuk kegiatan olahraga, seperti lari memutari alun-alun, dan kalo hari minggu, di sini juga diadain kegiatan car free day.

Alun-alun ini cukup nyaman sih, lapangannya luas dan hijau, dikelilingi pepohonan rindang dan di bagian depan ada satu pendopo besar dengan bentuk kulit kerang. Agak kurang cocok sih, soalnya julukan kota kerang saat ini dimiliki Kota Tanjung Balai setelah Tanjung Balai dimekarkan sebagai kotamadya dan Kisaran dijadikan ibukota Kabupaten Asahan.

Salah satu yang menarik di alun-alun ini adalah Masjid Agung H. Ahmad Bakrie yang ada di sebelah alun-alun. Masjid ini merupakan masjid terbesar dan termegah di Kabupaten Asahan dan menjadi salah satu destinasi wisata religi masyarakat sekitar. Untuk selengkapnya tentang masjid ini bisa dibaca di sini Masjid Agung H. Ahmad Bakrie, Masjid Termegah Se-Asahan. Selain itu, di sisi sebelah laginya ada pula taman kota yang cukup menarik.

Taman Kota Kisaran

Tepat di sisi sebelahnya Alun-Alun Kisaran memang ada Taman Kota. Taman kota ini cukup keren sih, ada lumayan banyak pepohonan rindang, terus di bawahnya banyak bangku-bangku beton.
Bangku beton di Taman Kota Kisaran

Lalu di tengah-tengah taman ada satu kolam yang di tengah kolamnya terdapat jembatan lengkung. Cakep juga. Sedangkan di sekeliling kolam terdapat pula arena jogging track dari paving block sehingga cocok sebagai arena olahraga.
Kolam dan jembatan lengkung

Yang menarik dari taman ini adalah pemandangannya, karena dari sini bisa terlihat Masjid Agung H. Ahmad Bakrie dari sudut yang berbeda.
Masjid Agung H. Ahmad Bakrie

Kemudian satu lagi adalah pemandangan senjanya. Cakep uy. Momen saat matahari yang berwarna kuning jingga terbenam di ufuk barat dengan cahayanya yang memantul di atas kolam terlihat cantik. Mantap banget lha.
Senja di Taman Alun-Alun Kisaran

Tak lama setelah momen sunset tersebut, datang dua orang petugas satpol PP yang mengingatkan agar pengunjung segera meninggalkan taman karena taman akan ditutup dan menghindari ada yang berbuat mesum di taman ini.

Ya elaa.. pak.. aku ke sininya sendiri, mana bisa berbuat mesum. Ya ampun... Nyindir petualang solo aja si bapak ini. -_-“
Petualang solo yang ganteng


Sabtu, 28 September 2019

Museum Asahan

Hai sahabat backpacker, selamat datang di blog backpack sejarah. Sekarang aku lagi jalan-jalan santai nih di Museum Asahan.
Museum Asahan
Sebenarnya beberapa waktu yang lalu, pas aku lagi jalan-jalan di Kota Kisaran, aku udah liat plang bertuliskan museum di depan gedung Juang 45 Asahan. Tapi sayangnya saat itu pintu gedungnya lagi tutup.

Cukup penasaran juga sih, soalnya setauku selama ini nggak ada museum di Asahan. Apalagi pas dicari di google, juga nggak ada informasi yang cocok. Malah kalo pun nyari tentang wisata Asahan di google maupun di medsos tuh minim banget infonya.
Selama ini pariwisata Asahan emang minim sama event dan informasi. -_-

Akhirnya beberapa hari kemudian, kusempatin juga jalan-jalan lagi ke Kota Kisaran khusus buat ngunjungin nih museum. Beruntungnya hari itu pintu museumnya terbuka, walaupun gerbangnya cuma kebuka sedikit sih.

Setelah ngucapin salam dan ngisi buku tamu serta cerita-cerita sedikit ama petugas museum, akhirnya aku tau kalo nih museum ternyata baru dibuka kurang dari satu tahun belakangan ini. Gedungnya juga minjem ama Gedung Juang 45 Asahan, soalnya Museum Asahan nggak punya gedung sendiri. Museum ini juga cuma buka di hari kerja doang, kalo hari libur museumnya tutup.

Setelah selesai cerita-cerita, aku pun langsung aja menyisir satu demi satu koleksi museum ini.

Koleksi Museum Asahan

Di museum Asahan ini ada beberapa ruangan yang menyimpan berbagai koleksi mulai dari pakaian adat dari suku-suku yang tinggal di Asahan dan miniatur rumah adatnya. Lalu juga ada berbagai senjata bersejarah yang dulu digunakan untuk melawan Belanda, serta terdapat juga berbagai peralatan hidup seperti alat pertanian, alat perdagangan hingga beberapa peralatan rumah tangga yang cukup antik.
Isi Museum Asahan

Koleksi Museum Asahan

Tepak Sirih

Salah satu koleksi senjata

Dulunya wilayah Asahan ini adalah wilayah kekuasaan Kesultanan Asahan, jadi di museum ini pun terdapat berbagai koleksi yang merupakan barang peninggalan dari Kesultanan Asahan seperti beberapa senjata dan barang-barang lainnya. Selain itu, di dalam museum ini juga tersimpan berbagai informasi tentang tugu-tugu perjuangan yang tersebar di Kabupaten Asahan sebagai bukti perjuangan rakyat Asahan dalam melawan Belanda.

Di dalam museum ini juga terdapat beberapa foto-foto para pahlawan hingga foto-foto para bupati yang pernah memerintah Kabupaten Asahan. Di sini juga terdapat berbagai foto tua yang menggambarkan kondisi Kabupaten Asahan di masa lalu. Cuma fotoku aja sih yang nggak ada di museum ini. :D
Foto bupati-bupati Asahan

Koleksi Foto Tua

Btw di bagian belakang juga terdapat informasi tentang Tuan Syech Silau Laut yang merupakan leluhur dari Ustadz Abdul Somad lho.

Secara keseluruhan, koleksi museumnya cukup banyak sih, tapi belum bisa dibilang lengkap, soalnya saat aku melakukan penelitian tentang Kesultanan Asahan untuk skripsiku, ternyata Tanah Asahan memiliki sejarah yang panjang. Bahkan Sejarah Asahan sudah dimulai sejak masa Majapahit, kemudian kedatangan Portugis, Kesultanan Asahannya hingga peperangan melawan kolonial Belanda. Jadi, dengan sejarah sepanjang itu, rasanya koleksi museum ini masih sangat kurang.

Gedung Juang 45 Asahan

Museum Asahan ini menempati Gedung Juang 45 Asahan sebagai gedung museumnya. Gedung Juang 45 sendiri adalah satu gedung yang bersejarah di Asahan karena dulunya menjadi gedung perjuangan rakyat Asahan dalam melawan Kolonial Belanda. Sekarang Gedung Juang 45 Asahan ini telah dijadikan sebagai bangunan cagar budaya yang dilindungi.
Gedung Juang 45 Asahan

Alamat Museum Asahan

Museum Asahan beralamat di Jalan HOS Cokroaminoto, Kota Kisaran, Kabupaten Asahan. Kalo dari stasiun KA Kisaran cuma sekitar 1 km doang kok.
Dan jangan lupa, museumnya tutup di hari libur.
Si ganteng yang unyu di depan museum