Sabtu, 24 Oktober 2015

Spektrum Cahaya di Danau Toba Part II, Malam yang Dingin


Malam di Danau Toba

Setelah terpana menyaksikan indahnya sunset dari tepian Danau Toba, malam pun datang merayap membawa dingin yang menusuk hingga ke sum-sum tulang terdalam. Jika biasanya wisatawan yang bermalam di sekitaran Danau Toba memilih menginap di hotel, namun kami tidak memilih opsi tersebut karena kami memilih bermalam di pondok kecil yang hanya berjarak 5 meter dari Danau Toba.
Dinginnya cuaca malam itu di tepian Danau Toba memang bukan main-main guys, angin pegunungan yang bertiup melewati permukaan danau membawa butiran-butiran air menambah dinginnya malam di Danau Toba. Padahal jaket yang saya pakai cukup tebal, tetapi dinginnya tetap terasa menusuk tulang.
Untuk mengusir dingin, kami pun menikmati kopi hangat yang dijual di warung yang ada di sekitar tempat kami berkemah. Lumayan, bisa mengusir sedikit dingin yang terasa.
Setelah itu kami membuat api unggun agar suasana menjadi lebih hangat. Sayangnya kami tidak membawa sesuatu yang bisa dipanggang. Tapi tidak masalah, karena teman-teman yang lain mengisi malam dengan menyanyikan lagu yang diiringi gitar membuat suasana Alam Toba yang dingin menjadi semarak dan hangat.
Bersama teman menikmati minuman hangat
Pasang Api unggun bro
Kawan-kawan bermain gitar

Menghabiskan malam di tepian Danau Toba bersama teman-teman memang sangat mengasyikkan. Meski dinginnya membuat tubuh menggigil.

Jumat, 23 Oktober 2015

Spektrum Cahaya di Danau Toba Part III, Sunrise yang Membeku




Pesona Danau Toba memang tidak ada habisnya. Alam, sejarah, budaya, arsitektur dan banyak lagi pesona lainnya yang membuat Danau Toba benar-benar menjadi tempat wisata yang sangat sempurna untuk dikunjungi. Sunsetnya indah, apalagi sunrisenya. Mempesona kawan.
Setelah semalam sore terpana menyaksikan indahnya sunset di Danau Toba yang telah saya tulis di artikel sebelumnya, sekarang saya pun membuktikan indahnya sunrise di Danau Toba.
Lokasi
Lokasi saya menyaksikan sunrise ini masih sama yaitu di Desa Lumban Binanga (Lumbin), Kecamatan Laguboti, Kabupaten Tobasa.
Landscape Pagi

Pagi itu benar-benar dingin, dinginnya seolah-olah menusuk tulang hingga ke sum-sum tulang terdalam. Cee ile... kata-kataku dalam nggak? Tapi memang benar, cuaca pagi di Danau Toba memang sangat dingin. Meski pun dingin, pemandangannya sangat indah lho.
Spektrum cahaya pagi di Danau Toba
Ketenangan yang membeku

Suasana pagi itu cukup tenang sama seperti permukaan air Danau Toba  yang juga sangat tenang tanpa riak ombak. Berbeda dengan semalam sore yang berangin. Dalam ketenangan pagi itu pula perlahan sang raja siang bangkit. Perlahan-lahan langit yang tadinya gelap mulai menjadi cerah. Telihat bias jingga kemerahan di ufuk timur menyeruak diantara deretan Pegunungan Bukit Barisan. Lantas cahaya tersebut memantul di permukaan air danau yang tenang dan menjadi penanda para nelayan untuk mengangkat jaring yang telah disebar semalam sore. Kabut pagi yang perlahan hilang ditelan cahaya mentari pun seolah menambah romantisme pagi itu dan membawa kehangatan yang merasuk ke dalam jiwa. Hahaha...
Pak Nelayan siap berangkat
Siluet pagi

Kamis, 22 Oktober 2015

Spektrum Cahaya di Danau Toba Part I, Sunset Menawan



Pantai adalah salah satu spot foto utama yang sering digunakan dalam menggambarkan keindahan cahaya senja. Karena pemandangan sang raja siang yang perlahan terbenam di ufuk barat dan bias cahayanya yang memantul di antara air laut dan pasir pantai sangat terlihat romantis. Tetapi kali ini saya tidak menyuguhkan pemandangan indahnya senja dari pantai mana pun. Karena kali ini saya akan menyuguhkan pemandangan matahari terbenam di Danau Toba, danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara.
Lokasi
Untuk melihat sunset yang menawan di Danau Toba, ada beberapa spot yang bisa dituju. Salah satunya berada di Desa Lumban Binanga (Lumbin), Kecamatan Laguboti, Kabupaten Tobasa, sekitar 30 menit dari Balige. Untuk menuju tempat ini bisa menggunakan kendaraan bermotor. Asyiknya di sepanjang perjalanan menunju Lumbin ini, kita akan disuguhkan pemandangan indah berupa hamparan sawah hijau yang berlatarkan pegunungan dan rumah-rumah adat Batak Toba yang masih asli. Indah sekali kawan.
Persawahan hijau di Lumbin
Landscape Senja
Sprektum Senja
Setelah beberapa saat berjalan, akhirnya kami tiba di tempat yang dituju. Mengagumkan!!! Hanya kata itu yang bisa kuucapkan untuk menggambarkan keindahan Danau Toba saat matahari tenggelam.  Sang raja siang itu terlihat perlahan tenggelam di ufuk barat, di antara deretan Pegunungan Toba yang menjulang tinggi dan bias cahayanya yang jingga memantul indah di hamparan air danau. Di tambah dengan angin yang bertiup sehingga menimbulkan riak ombak kecil di permukaan danau yang menambah keindahan sunset kali ini. Lalu beberapa nelayan terlihat pun mulai menebarkan jaringnya untuk menangkap ikan di senja yang indah ini. Benar-benar kombinasi indah yang mengagumkan.


Sabtu, 17 Oktober 2015

Bukit Gundaling



Bukit Gundaling adalah salah satu objek wisata Kota Berastagi. Bukit ini hanya berjarak 3 kilometer dari pusat kota dan berada di ketinggian sekitar 1.575 meter dari permukaan laut dan untuk mencapainya tersedia angkot.
Akses Transportasi

Setelah puas menikmati indahnya arsitektur Pagoda Emas di Taman Alam Lumbini, kami kemudian melanjutkan perjalanan. Dari Tugu Tongkoh kami naik angkot hingga Tugu Berastagi dan dari tugu ini kami naik angkot lagi yang mengantar hingga ke puncak Bukit Gundaling. Menurut supir angkot, lebih beruntung naik angkot karena jika berjalan dari tugu ke atas cukup jauh dan ditambah harus membayar uang masuk. Sedangkan jika naik angkot, kita cukup membayar ongkos angkot saja sebesar Rp. 3000 tanpa membayar tiket masuk.
Tugu Berastagi
Landscape alam

Udara yang segar dan harum pohon-pohon pinus seolah menyambut saya di puncak Gundaling. Hmmm.... benar-benar menyegarkan pikiran, rasanya seperti direfresh.
Nah, dari puncak Bukit Gundaling saya dapat melihat panorama alam ciptaan tuhan yang sangat indah yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Saat itu Gunung Sinabung menjadi objek yang menarik untuk dilihat, karena gunung itu sedang aktif sehingga terlihat asap mengepul di puncak gunungnya. Selain itu, pemandangan Kota Berastagi juga terlihat dari sini. Katanya sih pemandangan senja dan malam hari dari bukit ini lebih indah, namun sayangnya kami harus kembali ke Medan sebelum gelap, karena kami takut kehabisan angkot.
Gunung Sinabung di kejauhan
Kota Berastagi dilihat dari Bukit Gundaling
Sarana dan prasarana

Di bukit ini juga menyediakan penyewaan kuda untuk mengelilingi Bukit Gundaling. Biasanya pemilik kuda akan menemani kita saat berkeliling. Jika beramai-ramai kita dapat menyewa delman di bukit ini.
Untuk souvenir, di bukit ini juga tersedia berbagai macam pernak-pernik serta beragam oleh-oleh yang bisa dijadikan buah tangan. kita juga dapat membeli buah dan bermacam-macam jenis tanaman hias yang juga dijual pada tempat tersebut.
Naik delman bro

Jumat, 16 Oktober 2015

Pagoda Emas Lumbini



Di Berastagi, Sumatera Utara ada sebuah objek wisata berupa pagoda emas yang merupakan replika dari pagoda Shwedagon di Myanmar. Pagoda ini mendapat rekor muri sebagai pagoda tertinggi di Indonesia dan termasuk replika tertinggi nomor dua di Asia Tenggara.
Sebelum pulang kampung mengisi libur semester, teman kost mengajak saya traveling ke lokasi wisata. Awalnya saya mengajak mereka ke Kebun Teh di Sidamanik sekaligus melihat Air Terjun Bah Biak. Namun sayang, tidak ada kereta api jurusan Medan-Pematang Siantar yang berangkat pagi. Sehingga acara ke kebun teh pun dibatalkan.
Karena terhalang transportasi, akhirnya saya mengusulkan agar ke Berastagi saja. Di sana ada Pagoda Emas dan Bukit Gundaling. Tetapi seorang teman kost kurang tertarik, sehingga perjalanan ke Berastagi yang awalnya bertiga menjadi hanya kami lakukan berdua saja.
Akses Transportasi

Dari kost ke Terminal Padang Bulan kami naik angkot 104 yang kemudian perjalanan ke Berastagi dilanjutkan dengan bus Sutera (Sumatera Transport). Sekitar 2 jam kemudian kami berdua tiba di Tugu Tongkoh, tugu ini berbentuk pohon jeruk. Dari tugu tersebut kami memutuskan berjalan kaki saja karena cuaca Berastagi yang segar, berbeda dengan kota Medan. Jarak dari tugu rongkoh dengan pagoda emas juga tidak begitu jauh, sehingga tidak akan terlalu menguras tenaga.
Tugu Tongkoh
Jalan menuju pagoda

Pagoda Emas

Begitu kami sampai di objek wisata ini, rasanya seperti berada di Myanmar karena pagoda emas ini adalah replika dari Pagoda Shwedagon yang ada di Myanmar. Bahkan, pagoda ini mendapat rekor muri sebagai pagoda tertinggi di Indonesia dan termasuk replika tertinggi nomor dua di Asia Tenggara. Ciri khas pagoda ini adalah stupa Budha sepanjang 69 meter dan tinggi 46,8 meter. Terdapat pula lebih dari 2.500 patung Budha dan relief lainnya di kawasan pagoda ini.


Sayangnya karena hari minggu kami tidak dapat masuk ke dalam. Hanya pengunjung yang ingin beribadah dan turis luar negeri saja yang diijinkan masuk ke dalam bangunan pagoda. Di komplek pagoda ini juga ada taman alam. Kami berkeliling di taman tersebut untuk merasakan kedekatan lebih dengan alam.
Puas dari pagoda emas kami melanjutkan traveling ke Bukit Gundaling.
Lokasi : Taman Alam Lumbini, Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rakyat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara
Tiket Masuk: Gratis, tapi tidak boleh membawa makanan ke dalam komplek pagoda.
Saya berfoto di depan Pagoda Emas