Tampilkan postingan dengan label Sungai. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sungai. Tampilkan semua postingan

Senin, 20 April 2020

Lembah Asahan, Kepingan Surga Yang Terlupakan

Brmmmm.. Brmmm....

Aku, adikku dan teman-temannya kembali memacu motor di atas jalanan Sigura-Gura yang berkelok-kelok dan punya pemandangan indah. Setelah sebelumnya kami sempat berhenti sebentar untuk bermain air di Air Terjun Aek Limut. Sekarang kami melanjutkan perjalanan menuju Lembah Asahan yang dikenal juga dengan nama Ngarai Sigura-Gura.
Lembah Asahan
Tak jauh dari Air Terjun Aek Limut, palingan cuma 20 menit dan kami udah sampe di pusat kawasan Lembah Asahan. Lembah Asahan ini merupakan sebuah lembah indah yang dikelilingi hutan hujan tropis yang hijau dan lebat.
Tebing batu menjulang tinggi

Sungai berbatu di lembahnya

Ada persawahan hijau
Di sekeliling lembah ini juga terdapat bukit-bukit dan tebing-tebing batu yang menjulang tinggi. Bahkan ada juga tebing batunya yang menjadi lokasi panjat tebing yang cukup terkenal di kalangan pencinta olahraga rock climbing, tepatnya di Tebing Sampuran Harimau. Tebing ini punya ketinggian hingga 215 meter dengan sudut kemiringan 90°.
Tebing Sampuran Harimau
Di sela-sela tebing batu itu ada banyak air terjun yang mengalir. Beberapa diantaranya udah di kelola sebagai objek wisata seperti Air Terjun Ponot dan Air Terjun Aek Limut. Namun banyak pula air terjun lainnya yang dibiarkan alami tanpa campur tangan manusia. Bahkan ada juga air terjunnya yang belum memiliki nama dan tak memiliki akses untuk mencapainya. Air terjun ini hanya terlihat dari kejauhan, mengalir lembut di antara tebing-tebing batu nan terjal.
Air Terjun Ponot

Air Terjun Sampuran Harimau

Air Terjun Aek Birong

Air terjun di sela tebing-tebing batu
Salah satu cara terbaik menikmati indahnya Lembah Asahan ini adalah dari sisi atas, dari ketinggian. Caranya adalah terus mengikuti jalan Sigura-Gura menuju Bemdungan Sigura-Gura yang ada di sisi atas. Di sana ada beberapa tepi jalan yang menghadap tepat ke arah Lembah Asahan.

Dari atas sini, pemandangan Lembah Asahan terlihat lebih jelas dan lebih indah. Di tengah lembahnya pun terlihat persawahan hijau dan aliran Sungai Asahan yang berkelok-kelok membelah lembah. Cantik sekali.
Indah cuy

Tebing batu, air terjun, hutan yang lebat

Lembah Asahan dari atas
 Berdasarkan penelitian yang dilakukan H.Th. Verstappen, seorang peneliti geomorfologi asal Belanda selama tahun 1961 hingga 1973, dalam bukunya yang berjudul Outline of the Geomorphology of Indonesia, A Case Study on Tropical Geomorphology of a Tectogene Region, mengungkapkan bahwa Lembah Asahan ini sudah ada jauh sebelum Danau Toba terbentuk. Hal ini dibuktikan dari ditemukannya endapan tuf Danau Toba pada ngarai-ngarai Sungai Asahan yang mengalir di tengah lembah ini. Diperkirakan Lembah Asahan ini telah berusia 80 ribu tahun sedangkan Danau Toba baru berusia 73 ribu tahun. Yupz... Lembah ini kakaknya Danau Toba.

Hormat ama senior boy. 🤣

Namun, walau lebih tua dari Danau Toba, lembah ini tidak seterkenal Danau Toba karena lembah ini memang belum dikelola secara terpusat sebagai tempat wisata. Yang dikelola masih air terjun-air terjun yang ada di sekitarnya saja.

Dulu sempat ada festival The Asahan Whitewater Festival, sebuah festival lomba mengarungi arum jeram Sungai Asahan yang dikenal sebagai lokasi rafting terbaik ketiga di dunia setelah sungai Zambesi di Afrika dan Sungai Colorado di Amerika Serikat. Namun makin kesini festival ini tak pernah lagi digelar dan perlahan Lembah Asahan mulai terlupakan oleh dunia.

Note: Perjalanan ini dilakukan sebelum covid-19 mewabah, stay at home sahabat.
Sungai Asahan

Lembah Asahan alias Ngarai Sigura-Gura

Indah banget

Senin, 30 September 2019

Pantai Galau dan Tanjung Balai Saat Malam

Hai sahabat backpacker...

Salah satu masalah buatku saat jalan-jalan adalah rasa nagihnya itu. Serius, jalan-jalan tuh bikin nagih banget. Oleh karena itu, setelah kemarin aku jalan-jalan di Museum Asahan dan nikmati sunset di Taman Alun-Alun Kisaran, hari ini aku jalan-jalan lagi. Dan kali ini jalan-jalan ke arah Kota Tanjung Balai dan tujuan utamaku adalah Pantai Galau.
Pantai Galau
Alamat Pantai Galau

Pantai Galau ini letaknya di daerah Esdengki, Kwala Silau Bestari, Kecamatan Tanjung Balai Utara, Kota Tanjung Balai. Tempatnya memang agak-agak masuk ke dalam, tapi mudah kok menujunya. Kalo bingung, tinggal pake GPS aja (Gunakan Penduduk Setempat).

Kafe Pondok Naga Pantai Galau

Pantai Galau ini sebenarnya bukan pantai sungguhan sih. Tapi sebuah kafe yang berkonsep outdoor dan terapung di aliran Sungai Asahan.  Yup, sungai, bukan laut. Malah lautannya kagak keliatan dari tempat ini.
Berkonsep outdoor dan terapung
Btw, jangan heran dengan nama-nama pantai di Sumatera Utara ini. Kalo di sini mah, asal ada airnya bisa dibilang pantai, baik itu di sungai maupun di danau, kalo ada daratan berpasirnya dikit aja, udah pasti dibilang pantai. Bahkan kalo di daerah pegunungan pun, kalo sungainya berpasir, ya tetap pantai juga namanya. :D

Balik ke Pantai Galau, menurutku kafe ini keren juga, dengan payung-payung lucu dan bangku warna-warni. Jadi meski namanya Pantai Galau, tapi suasananya malah lebih romantis sih di kafe ini. Mungkin seharusnya aku bawa pasangan nih kalo ke sini. Suasananya romantis abis.
Kafe Pantai Galau
Untuk menunya sendiri cukup beragam, ada berbagai makanan dan minuman dengan harga mulai dari Rp. 15.000. Cukup terjangkaulah buat kantong. Aku sendiri sih mesan sop buah aja. Rasanya cukup enak dan jenis-jenis buahnya cukup lengkap. Mantap juga.

Pemandangan dari Pantai Galau

Tapi menurutku yang paling menarik dari kafe ini adalah pemandangannya. Karena lokasinya di pinggir aliran sungai Asahan, sungai terpanjang di Sumatera Utara, jadi aku bisa menikmati pemandangan Sungai Asahan yang menyatu dengan aliran Sungai Silau, terus di sungainya banyak kapal yang berlalu lalang maupun yang lagi berlabuh.
Pemandangan dari Pantai Galau
Terus di seberang sungai juga terlihat Kota Tanjung Balai dengan gedung-gedungnya yang sederhana. Bangunan Replika Rumah Balai pun terlihat jelas dari tempat ini. Bangunan replika tersebut dibangun sebagai pengingat sejarah tentang asal mula Tanjung Balai yang berasal dari Rumah Balai yang ada di Tanjung.
Replika Rumah Balai
Yang cantiknya lagi adalah saat malam menjelang, pemandangan dari kafe ini jadi lebih keren lagi. Karena cahaya lampu berwarna-warni dari gedung Kota Tanjung Balai di seberang sungai terlihat memantul di atas perairan sungai Asahan. Cantik banget.
Pemandangan saat malam hari

Tanjung Balai saat malam

Rumah Balai Tanjung Balai

Si ganteng yang unyu di Pantai Galau

Selasa, 09 April 2019

Petualangan di Taiwan: Love River

Love River

Hai sahabat backpacker….

Akhirnya setelah sekian lama vakum, aku bisa nulis lagi. Kemarin itu emang lagi nggak ada laptop sama sekali, jadi ya nggak bisa nulis deh. Syukurnya saat ini aku udah ada laptop lagi, laptop minjem sih. Wkwkwkwkk… ya semoga ntar bisa punya laptop sendiri. Amin…

Sekarang aku mau ngelanjutin kisah petualanganku saat naik Kapal Pesiar Superstar Virgo yang singgah di Kota Kaohsiung, Taiwan. Setelah sebelumnya kami sempat nyasar karena si bapak sopir yang salah nangkap tujuan kami, akhinya kami dibawa kembali ke jalan yang benar dan tiba di Love River.

Welcome to Love River
Love River
Love River ini adalah sebuah sungai yang membelah Kota Kaohsiung dengan aliran menuju Pelabuhan Kaohsiung. Sungai yang lebih dikenal dengan nama Ai He oleh penduduk setempat ini juga merupakan ikon wisata utama Kota Kaohsiung. Konon katanya kalo belum ke sini ya belum ke Kaohsiung.

Btw kalo mau ke sini, bilang ke sopirnya ke Ai He, jangan bilang ke Love River, soalnya ntar nyasar kayak kami dan dibawa pak sopir ke kebun binatang Love Hill. -_-

Suasana di sekitar Love River

Love River ini punya lanskap yang sangat indah. Sungainya itu punya air yang jernih dan bersih banget, bahkan di beberapa titik kita bisa ngeliat dasar sungainya saking jernih dan bersih airnya. Keren abis cuy. 
Sungaimya cakep
Lalu di bantaran sungainya itu disediain pedestrian yang cantik. Pedestriannya ditanami berbagai bunga dan banyak pepohonan rindangnya. Lalu di sekitarnya terdapat bangku-bangku dari kayu dan beton yang tersebar di seluruh penjuru pedestrian. Jadi nyaman bangetlah untuk duduk-duduk santai ngeliatin Love River ini. Apalagi di sini juga ada banyak kafe-kafe yang buka sampe malam yang diiringi live music. 
Bangku beton di pedestriannya
Ada cafe juga
Ada bangku kayu juga

Atau kalo mau lebih enak lagi, bisa juga naik boat yang sediain untuk mengarungi Love River hingga ke Pelabuhan Love River. Tapi aku nggak ikutan nyoba sih, soalnya sekali naik itu lumayan juga buat kantong petualang gratis ini. Jadi cukup deh jalan-jalan santai di pedestriannya aja. Sederhana memang, tapi berkesan juga kok. 
Boat untuk ngarungi sungai
Sayangnya waktu yang kami miliki nggak lama, soalnya ntar sore kami harus udah naik kembali ke atas kapal, kalo nggak ya ditinggal. Padahal katanya, sungai ini semakin cantik saat malam hari. Karena cahaya lampu dari gedung-gedung dan jembatan di sekitar sungai akan menghiasi sungai ini dan pasti pemandangannya jauh lebih indah. 
view gedung di sekitar love river
Salah satu menara di dekat love river

Dulu Love River tidak secantik ini, bahkan dulu sungai ini sangat tercemar dengan air berwarna hitam dan berbau selokan. Hal itu terjadi karena Love River menjadi tempat pembuangan limbah pabrik yang berdiri di sekitar sungai. Namun dengan keseriusan pemerintahnya untuk mengelola dan mengembalikan keindahan Love River, secara bertahap sungai ini berbenah dan akhirnya sekarang Love River menjadi salah satu destinasi wisata yang ramai dikunjungi wisatawan. Keren abis deh. Jempol buat pemerintahnya.

Oke deh…. segitu aja kisahku di Love River ini, soalnya banyak pasangan di sini, Namanya juga Sungai Cinta, jadi nggak enak kalo ntar ngeganggu mereka. Sampai ketemu di destinasi selanjutnya. Daaaa….

Padahal iri nggak punya pasangan -_-
Si ganteng dan unyu di Love River
           Ini cuplikan video saat di sana

Kamis, 24 November 2016

Pemandian Alam Namu Sira-Sira Langkat


Namu Sira-Sira

“Liburan Gratis? Ya mau lha bang.” Begitulah kira-kira jawabanku saat ditawarin Bang Wahyu, abang kostku untuk ikut jalan-jalan ke objek wisata Namu Sira-Sira. Namun sebenarnya jalan-jalan ini sendiri bukanlah kegiatan rekreasi, karena sebenarnya ini adalah kegiatan ujian konseling kelompok dari jurusan kuliah Bang Wahyu. Nah, Bang Wahyu dan beberapa orang temannya diminta untuk mengawasi junior mereka yang sedang ujian konseling kelompok di alam terbuka biar bisa sambil refreshing kata dosennya. Enak banget ya ujiannya.
Karena adik kelasnya berangkat naik angkutan kota yang sudah disewa, kakak kelasnya naik kereta (baca: motor). Bang wahyu ini nggak dapat temen, jadi dia ngajak aku. Wah... beruntung nih, jalan-jalan gratis sambil kenalan ama mahasiswi konseling. Muhahahaha....
Lokasi
Lokasi dari ujian anak-anak jurusan konseling ini adalah di Pemandian Alam Namu Sira-Sira atau lebih dikenal masyarakat sekitar dengan nama Pantai Pangkal yang berada di aliran Sungai Bingai, Kecamatan Sungai Bingai, Kabupaten Langkat dan hanya berjarak sekitar 18 meter dari Kota Binjai. Lumayan deket lha.
Namu Sira-Sira
Pemandian alam Namu Sira-Sira atau dikenal juga dengan nama Pantai Pangkal ini sempat membuat aku bingung juga sih, emangnya di dataran tinggi begini ada pantai? Ternyata yang dimaksud pantai adalah sebuah sungai yang tepiannya itu memiliki dataran berpasir. Oooohhhhhh....
Namun tempatnya asyik juga kok. Sungainya itu memiliki air yang jernih dan berwarna hijau toska. Airnya juga dingin dan segar dengan arus sedang, asyik buat diarungi dengan ban, bahkan ada juga yang sedang olahraga rafting di sini. Di tepian alirannya sungainya terdapat pasir putih yang cukup lembut dan di bagian hulu sungainya dipenuhi bebatuan.
Airnya hijau toska
Pemandangannya pun segar
 Tiket masuknya juga murah, Cuma Rp. 3000 doang dan sudah termasuk parkir. Sarana dan prasarananya juga lumayan lengkap, hanya tempat sampah saja yang kurang banyak sih.
Singkat cerita, setelah mereka selesai ujian konseling kelompoknya, saatnya bermain air. Yeee.... byu..byur... blup.. blup... airnya dingin dan segar. Badanku pun jadi basah kuyup, namun tetap seru.
Byur.. byur..
Setelah puas, kami pun pulang ke Medan. tapi sebelum pulang, aku dan Bang Wahyu singgah dulu di bendungan irigasi yang ada di ujung pemandiannya ini. Bendungan irigasi ini yang diresmikan pada tahun 1992 oleh Presiden Soeharto. Pemandangan dari atas bendungan ini juga cukup cantik lho dan bisa lha untuk foto-foto galau.
Pemandangan dari atas bendungan irigasi
Galau di atas bendungan
Terima kasi Bang Wahyu buat jalan-jalan gratisnya. ☺
Bang Wahyu

Sabtu, 20 Februari 2016

Objek Wisata di Tanjung Balai


            Kota Tanjung Balai adalah sebuah kota kecil di Sumatera Utara dan berada di tepi Sungai Asahan dan Sungai Silau. Kota yang dijuluki Kota Kerang ini dulunya merupakan pusat dari pemerintahan Kesultanan Melayu Asahan. Berikut ini beberapa objek wisata menarik yang pernah saya kunjungi di kota kecil ini. 

Ikon Kota Tanjung Balai : Lapangan Pasir dan Kerang
            1. Lapangan Pasir

Lapangan Pasir bernama lengkap Lapangan Sultan Abdul Jalil dan merupakan alun-alun Kota Tanjung Balai, tempat diselenggarakannya berbagai perhelatan akbar, seperti Pesta Kerang, Upacara Kemerdekaan dsb. Di tengah lapangan ini terdapat sebuah bangunan podium yang ber-relief Cangkang Kerang Raksasa yang merupakan simbol dan ikon Kota Tanjung Balai. Selengkapnya baca di sini.
Lapangan Pasir
2. Istana Asahan

Bangunan Istana Asahan ini merupakan sebuah bangunan replika dari Istana Asahan yang asli, karena bangunan aslinya telah dirobohkan berganti menjadi ruko. Bangunan replika istana ini memiliki arsitektur sama seperti aslinya dan terletak di Jalan Bendang, Kecamatan Sei Tualang Raso. Selengkapnya baca di sini.
Istana Asahan
                  3. Rumah Balai

Rumah Balai adalah sebuah bangunan replika balai yang menjadi asal usul nama Tanjung Balai. Balai di berada di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, tepat di ujung tanjung. Sehingga disebut Balai di Ujung Tanjung atau Tanjung Balai. Selengkapnya baca di sini.
Rumah Balai
                  4. Masjid Raya Sultan Ahmadsyah

Masjid Raya Sultan Ahmadsyah merupakan satu-satunya bangunan asli peninggalan Kesultanan Asahan yang tersisa di kota ini. Masjid ini dibangun pada tahun 1888, pada masa pemerintahan Sultan Ahmadsyah. Masjid bersejarah ini berada di Jalan Masjid, Kelurahan Indra Sakti. Selengkapnya baca di sini.
Masjid Raya Sultan Ahmadsyah
                  5. Sungai Asahan

Sungai Asahan adalah sungai terpanjang di Sumatera Utara dan merupakan lokasi rafting terbaik nomor 3 di dunia. Namun untuk wilayah Tanjung Balai, arus Sungai Asahan sudah tenang karena dekat dengan muara, sehingga kegiatan wisata yang asyik di sungai ini adalah memancing atau berperahu santai mengarungi sungai.
Sungai Asahan
                  6. Jembatan Tabayang

Jembatan Tabayang adalah sebuah jembatan di atas Sungai Asahan yang menghubungkan Kecamatan Sei Kepayang, Asahan dengan Kota Tanjung Balai. Jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Sumatera Utara dengan panjang mencapai 600 meter. Selengkapnya baca di sini.
Jembatan Tabayang
                  7. Tanjung Balai Food Court

Tanjung Balai Food Court merupakan pusat jajanan malam di Kota Tanjung Balai. Tanjung Balai Food Court berada tepat di sebelah Lapangan Pasir. Di sini biasanya menyediakan kerang rebus, pisang kepit, jagung bakar, kelapa muda dan berbagai makanan lainnya. Selengkapnya baca di sini.
Tanjung Balai Food Court
                  8. Vihara Tri Ratna

Vihara Tri Ratna dibangun pada tahun 1984 dan merupakan satu-satunya vihara di Kota Tanjung Balai. Vihara ini terdiri atas 4 tingkat dan di atapnya berdiri patung Budha Amitabha setinggi 6 meter. Vihara ini terletak di jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti. Selengkapnya baca di sini.
Vihara Tri Ratna
                  9. Kelenteng Dewi Samudera

Kelenteng Dewi Samudera adalah kelenteng terbesar di Tanjung Balai dengan arsitektur khas Negeri Tirai Bambu. Kelenteng yang diresmikan pada tahun 2009 ini berada di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti. Selengkapnya baca di sini.
Kelenteng Dewi Samudera
                  10. Pulau-Pulau Kecil di Aliran Sungai Asahan

Di sepanjang aliran Sungai Asahan di kawasan Tanjung Balai, terdapat beberapa pulau kecil yang terbentuk akibat sedimentasi dari material yang dibawa oleh arus Sungai Asahan. Pulau-pulau ini memiliki pantai berpasir putih yang indah dan airnya tawar.
Pulau-Pulau Kecil di Aliran Sungai Asahan
  Transportasi menuju Tanjung Balai

Untuk menuju Kota Tanjung Balai, teman-teman bisa menggunakan kereta api dari Stasiun Medan jurusan Kota Tanjung Balai dengan waktu tempuh 4 jam dan harga tiket sekitar Rp. 35.000. Bisa pula menggunakan angkutan bus KUJP, KUPJ Tour atau Sartika jurusan Tanjung Balai dengan harga tiket sekitar Rp. 35.000 maupun menggunakan angkutan kapal ferry dengan tujuan Pelabuhan Teluk Nibung.