Tampilkan postingan dengan label Museum. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Museum. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 Februari 2022

Al-Quran Al Bayat, Museum Al-Qur’an Raksasa di Palembang

Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
Bayt Al-Qur'an Al Akbar Palembang

“Kak, jalan ke museum Al-Qur’an Al Akbar yang mana ya?” ucapku tanpa sadar ketika masih terpana melihat dia merapikan rambutnya yang tergerai karena hembusan angin dari Sungai Musi.

“Jalan ini aja Mas, terus aja sampe lewat dari bawah jembatan. Ntar museumnya ada di sebelah kanan jalan. Bisa naik angkot tujuan Bukit Siguntang” Jawabnya sambil berusaha menjelaskan sedetail mungkin arah ke museum tersebut.

“Terima kasih ya.”

“Sama-sama Mas.” Jawabnya dengan senyum yang manis.

Duh, kayaknya ada yang nyetrum pas liat senyumnya. :D

Al-Quran Al Bayat

Al-Quran Al Bayat atau lebih dikenal juga dengan nama Museum Al-Quran Raksasa adalah sebuah wisata religi yang ada di Kota Palembang. Museum ini menyimpan lembaran mushaf yang diukir di kayu tembesi berukuran raksasa.

Alamat Al-Quran Al Bayat

Museum Al-Quran Al Akbar terletak di Pondok Pesantren Al Ihsaniyah di Jalan Moh. Amin, Gandus, Kecamatan Gandus, Kota Palembang, Sumatera Selatan. Museum ini teletak tak jauh dari aliran Sungai Musi.

Tiket Masuk dan Jadwal Buka

Harga tiket masuk ke Museum Al-Quran Al Akbar cukup murah kok, perorang dewasanya dikenakan biaya Rp. 20,000 dan anak-anak sebesar Rp. 15.000 perorangnya. Museum ini dibuka dari jam 09.00 wib sampe jam 17.00 wib.

Oh ya, bagi pengunjung yang ingin masuk ke dalam harus berpakaian yang menutup aurat. Kalo kalian datang dengan pakaian terbuka, tenang aja. Di pintu masuknya disediakan peminjaman kain sarung, hijab dan pakaian yang tertutup kok. 

Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
Bayar tiket dulu cuy

Koleksi Museum

Setelah membayar tiket masuknya, aku pun segera masuk ke dalam museum ini. Dari pintu masuknya aja udah terdapat lembaran-lembaran mushaf Al-Quran berukuran raksasa. Semakin ke dalam, semakin banyak lembaran-lembaran yang tersusun rapi. Hingga akhirnya aku sampe di ruangan utama yang dinding-dindingnya terdiri dari lembaran Al-Quran yang mencapai atap. Terdapat juga tangga menuju ke atas untuk melihat lembaran-lembaran mushaf Al-Quran secara dekat. 

Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
Lembaran mushaf di bagian depan
Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
Lembaran mushaf Al-Quran raksasa
Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
diukir di atas lembaran kayu tembesi

Lembaran Al-Quran ini dipahat di atas kayu tembesi. Kayu ini dipilih karena tahan lama dan tidak mudah dimakan rayap. Warna dasar kayu yang coklat dipadukan dengan huruf arab timbul berwarna kuning dengan ukiran motif kembang di bagian tepi ornamen khas Palembang membuat mushaf ini indah dipandang dan enak dibaca.

Di sini terdapat 30 Juz ayat suci Al-Quran yang terdiri dari 630 halaman dengan tiap lembarnya berukuran 177cm x 140cm x 2,5 cm. Jika digabungkan, ketebalannya mencapai 9 meter sehingga dinobatkan sebagai AL-Quran terbesar dan terberat di dunia oleh MURI.

Pembuatannya sendiri dimulai sejak tahun 2002 dan selesai pada tahun 2009. Dananya berasal dari donatur dan tidak kurang dari Rp. 2 miliar. Wow!!! Oh ya, selain museum, di sini juga ada fasilitas lainnya seperti warung makanan, toko pakaian muslim hingga batik khas Palembang. 

Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
Ada pakaian khas Palembang dan singasana penganti juga
Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
ada toko pernak-pernik juga

Setelah puas mengagumi keindahan Museum Al-Quran Al Akbar, aku pun kembali melanjutnya petualangan di Bumi Sriwijaya dan tujuan selanjutnya adalah menikmati Mie Celor, mie khas Palembang sebagai menu makan siang. 

Museum Al-Quran Al-Akbar Palembang
Siganteng yang unyu di Museum Al-Quran rakrasa

Rabu, 26 Januari 2022

Museum Sriwijaya, Bukti kebesaran Kerajaan Sriwijaya di masa lampau

Museum Sriwijaya
Museum Sriwijaya

Tap.. tap.. tap.. tap...

Setelah cukup puas menikmati berbagai peninggalan sejarah dan budaya yang ada di Museum Balaputera Dewa dan Rumah Limas, aku kembali melangkahkan kaki untuk menjelajah sudut-sudut wisata yang ada di Kota Palembang, Sumatera Selatan, sang Kota Pempek.

Langkah kakiku kemudian membawaku ke daerah pinggiran Sungai Musi. Cuaca panas Kota Palembang yang cukup menyengat lumayan terobati dari hembusan angin Sungai Musi yang terasa menyejukkan.

Seger juga.

Di sini aku berencana mengunjungi Museum Sriwijaya. Museum yang menyimpan bukti kebesaran Kerajaan Sriwijaya di masa lampau.

Alamat Museum Sriwijaya

Museum Sriwijaya terletak di dalam Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya di Jalan Syakyakirti, Karang Anyar, Kota Palembang. Museum ini diyakini berdiri di bekas kawasan istana Kerajaan Sriwijaya di masa lalu. Museum ini juga letaknya tak jauh dari Sungai Musi yang dulunya menjadi jalur perdagangan internasional. 

Museum Sriwijaya
Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya

Tiket masuk dan jadwal buka Museum Sriwijaya

Sebelum menjelajahi isi museum, aku harus membeli tiket masuknya. Pertama ada tiket masuk ke dalam Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya seharga Rp. 3000 dan udah bebas buat jelajahi bagian tamannya. Selanjutnya aku membayar lagi Rp. 2000 untuk tiket masuk ke dalam museumnya.

Oh ya, museum ini buka setiap hari kecuali hari senin dan hari libur nasional. 

Museum Sriwijaya
Tiket masuk Museum Sriwijaya

Isi Museum Sriwijaya

Museum Sriwijaya menyimpan berbagai benda peninggalan Kerajaan Sriwijaya berupa artefak, seperti prasasti, arca, manik-manik, keramik, hingga kayu pecahan kapal dan kemudinya. Beberapa artefak utama adalah prasasti yang menggambarkan kebesaran Kerajaan Sriwijaya seperti Prasasti Kedukan Bukit yang berisi tentang perjalanan Raja Sriwijaya bersama ribuan pasukannya dan memperoleh kemenangan. 

Museum Sriwijaya
Prasasti kedukan bukit
Museum Sriwijaya
Translate Prasasti Kedukan Bukit

Selanjutnya ada Prasasti Telaga Batu yang menceritakan struktur birokrasi pemerintahan Sriwijaya dan berbagai macam pekerjaan lainnya. Dan terakhir ada Prasasti Talang Tuo yang menceritakan pendirian Taman Srikesetra untuk masyarakat Sriwijaya.

Selain Prasasti, juga ada banyak artefak lainnya seperti kayu pecahan kapal dan kemudinya yang menjadi bukti bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim. Lalu ada banyak juga pecahan keramik yang menjadi bukti bahwa Sriwijaya pada masanya adalah pusat perdagangan. 

Museum Sriwijaya
Info tentang Kerajaan Sriwijaya
Museum Sriwijaya
Berbagai situs temuan peninggalan Sriwijaya
Museum Sriwijaya
Pecahan kayu kapal
Museum Sriwijaya
Artefak keramik

Terakhir, di museum ini juga banyak ditemukan arca Budha dan Hindu. Meskipun Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan yang bercorak Budha. Namun jika dilihat dari banyaknya artefak Hindu yang ditemukan menjadi bukti bahwa sejak dahulu sudah terbentuk toleransi dan keberagaman yang kuat di Bumi Sriwijaya.

Mantap. 

Museum Sriwijaya
Arca di depan museum

Setelah puas menjelajahi tiap sudut Museum Sriwijaya, aku pun keluar dari museum ini dan berencana melanjutkan petualangan. Sebenarnya masih ada Taman Sriwijaya yang menarik untuk dikunjungi, tapi entah kenapa rasanya mau ke tempat yang lain aja deh.

Aku kembali menyusuri jalanan di tepian Sungai Musi ini hingga sesaat mataku terpaku pada seorang gadis berkaos hitam berambut panjang yang baru keluar dari sebuah gang.

Perlahan langkah kami semakin mendekat,

Sepertinya manis juga.” Ucapku dalam hati.

Tiba-tiba angin dari Sungai Musi bertiup dan membuat rambutnya tergerai. Spontan dia merapikan rambutnya dan....

Busyet, manis banget sih. Serius!”.

“Kak, Jalan ke Museum Al-Quran Al Akbar yang mana ya?” Ucapku tanpa sadar ketika terpana melihatnya merapikan rambutnya yang tergerai. 

Museum Sriwijaya
Siganteng yang unyu di Museum Sriwijaya

To be continued.....

Senin, 13 Desember 2021

Rumah Adat Limas di Museum Balaputera Dewa, Palembang, Sumatera Selatan

Rumah Adat Limas
Rumah Adat Limas, Palembang Sumatera Selatan

Tap.. tap.. tap.. tap..

Aku berjalan santai keluar dari Museum Balaputera Dewa Sumatera Selatan. Tapi rasanya ada yang kurang, cuma apa ya???? Hmmm?????

Begitu nyampe di halaman museum, baru deh keinget kalo di museum ini ada Rumah Adat Limas yang pernah nongol di uang Rp. 10.000 emisi tahun 2004. Owalah.... buru-buru aku masuk kembali ke dalam museum. Padahal tadi udah pamit ama penjaga museumnya. Wkwkwkwkwk...

“Mbak, rumah adatnya sebelah mana ya? Kok tadi kagak kelihatan?” tanyaku pada mbak-mbak manis penjaga tiket masuk museum.

“Oh, ada di sebelah belakang Mas. Dari sini lurus aja, ntar belok kiri, ikuti aja jalannya sampe ke belakang. Di sini juga sedia peminjaman uang Rp. 10.000nya Mas kalo mau foto bareng uangnya.” Jawab si mbak sambil nunjukin uang Rp. 10.000 yang dilaminating.

“Makasih infonya Mbak. Uangnya saya bawa kok kalo untuk foto ama uangnya.” Jawabku.

Kalo fotonya ama Mbak gimana?” kata-kata ini cuma kuucapin dalam hati. wkwkwkwk

Setelah itu aku bergegas kembali masuk ke dalam museum, menelusuri lorong-lorong panjang yang membawaku ke sisi belakang museum. Di sana berdiri kokoh rumah adat limas yang pernah menghiasi uang Rp. 10.000 tersebut.

Alamat Rumah Adat Limas

Rumah Limas terletak di dalam komplek Museum Balaputera Dewa yang beralamat di Jalan Srijaya, No. 1, Rw 5, Srijaya, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Kota Palembang. Museum ini letaknya masih ada di sekitar pusat kota Palembang, bahkan museum ini juga nggak jauh dari Stasiun LRT RSUD Prov Sumsel. Jadi mudah banget deh kalo mau ke museum ini.

Rumah Adat Limas
Museum Balaputera Dewa

Sejarah Rumah Adat Limas

Rumah Limas adalah rumah adat alias rumah tradisional Sumatera Selatan. Dinamakan Rumah Limas karena rumah ini memiliki atap yang berbentuk seperti limas. Umumnya rumah limas didirikan di tepi sungai untuk memudahkan kegiatan sehari-hari seperti mencuci pakaian, atau perabotan dapur.

Arsitektur Rumah Adat Limas

Rumah Limas dibangun dengan gaya rumah panggung dan dihiasi berbagai ukiran khas Palembang yang dipasang pada tingkat dan kusen. Arsitektur Rumah Limas juga memiliki filosofi tersendiri. Bangunannya terdiri dari lima tingkat dan tiap tingkat memiliki makna dan fungsi yang berbeda-beda.

Sayangnya saat aku ngunjungi rumah adat ini sedang ada kegiatan dari satu kampus sehingga aku nggak bisa mengeksplore lebih jauh lagi tentang rumah adat ini. Tapi cukup lah untuk mengobati rasa penasaranku akan bentuk asli rumah adat yang pernah mampang di uang Rp. 10.000 tersebut.

Saatnya melanjutkan petualangan ke destinasi selanjutnya.

Rumah Adat Limas
Si ganteng yang unyu di Rumah Adat Limas

 

Selasa, 16 November 2021

Wisata Kota Palembang, Museum Balaputera Dewa

Museum Balaputera Dewa Palembang
Museum Balaputera Dewa Palembang

Hai kawan-kawan, gimana kabar kalian? Semoga sehat selalu dan untuk seterusnya juga begitu. Kalo pun ada yang sakit, semoga cepat sembuh ya. Aamiin... Kalo kabarku, alhamdulillah saat ini aku baik-baik aja dan semoga tetap baik untuk kedepannya.

Ternyata udah lama juga ya aku nggak nulis di blog ini. Bukan bermaksud untuk ngelupain sih, hanya saja setelah yang terakhir kali aku nulis tentang si dia itu, aku emang ingin nenangin diri sejenak. Kebetulan dapat jadwal latsar CPNS juga. Sehingga 3 bulan belakangan ini aku cukup disibukkan dengan tugas dan kegiatannya. Bahkan kegiatan klasikalnya kemarin sampe diadain di Palembang.

Syukurnya sekarang udah selesai, jadi udah lumayan tenang sih. Bisa nulis lagi deh. Apalagi ada beberapa cerita tentang Palembang nih. Jadi ceritanya kemarin itu aku ikut kegiatan klasikal latsar CPNS di Asrama Haji Palembang selama satu minggu. Dan selama satu minggu itu kami terkarantina di dalam asrama. Nggak kemana-mana coy.

Jadi setelah acaranya selesai, aku putusin untuk jalan-jalan menikmati Kota Pempek ini. Petualangaku pun di mulai dari Museum Balaputera Dewa atau yang nama resminya Museum Negeri Provinsi Sumatera Selatan “Balaputera Dewa”.

Alamat Museum Balaputera Dewa

Museum Balaputera Dewa beralamat di Jalan Srijaya, No. 1, Rw 5, Srijaya, Kecamatan Alang-Alang Lebar, Kota Palembang. Museum ini letaknya masih ada di sekitar pusat kota Palembang, bahkan museum ini juga nggak jauh dari Stasiun LRT RSUD Prov Sumsel. Jadi mudah banget deh kalo mau ke museum ini.

Sejarah Museum Balaputera Dewa

Museum Balaputera Dewa dibangun pada tahun 1978 dan diresmikan pada tanggal 5 November 1984. Museum ini berstatus sebagai Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara. Penamaan Balaputera Dewa diambil berdasarkan nama Raja Sriwijaya yang memerintah ada abad ke-9 Masehi.

Tiket Masuk Museum Balaputera Dewa

Sebelum masuk ke dalam museumnya, udah pasti harus beli tiket dulu dong. Tiket masuknya murah meriah cuy, perorangnya cuma Rp. 2000 aja. Murah meriah dapat ilmu pengetahuan tentang sejarah dan budaya juga loh. Mantap banget coy. 

Museum Balaputera Dewa Palembang
Tiket masuknya cuma Rp. 2000 aja cuy

Koleksi Museum Balaputera Dewa

Setelah membayar tiket masuknya, aku pun segera menjelajahi setiap ruangan yang ada di museum ini. Ruangan pertama yang kumasuki adalah ruangan hibah. Ruangan ini menyimpan berbagai koleksi hasil hibah dari masyarakat dan orang-orang. Di dalamnya ada koleksi senjata, keramik hingga uang kuno. 

Museum Balaputera Dewa Palembang
koleksi hibah

Selain ruang hibah, masih banyak ruang-ruang lainnya yaitu, Gedung Pameran I, Gedung Pameran II dan Gedung Pameran III. Di dalam gedung pameran ini ada banyak koleksi lainnya seperti Galeri Melaka Bersejarah Bendaraya Warisan Dunia yang isinya berhubungan dengan sejarah dan budaya Melayu khususnya Melayu Melaka, 

Museum Balaputera Dewa Palembang
Gedung Pameran II
Museum Balaputera Dewa Palembang
Koleksi sejarah Melaka Melayu

Di ruang selanjutnya kemudian ada juga berbagai fosil-fosil dari hewan dan fosil lainnya yang ditemukan dari hasil ekskavasi di sekitar Sumatera Selatan. Selanjutnya ada berbagai barang peninggalan bersejarah dari Kerajaan Sriwijaya seperti prasasti dan arca-arca dari patung Budha serta berbagai sisa kayu kapal yang membuktikan kejayaan maritim Kerajaan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan di Selat Malaka di masa lalu. 

Museum Balaputera Dewa Palembang
Berbagai fosil hasil ekskavasi
Museum Balaputera Dewa Palembang
Salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Museum Balaputera Dewa Palembang
Koleksi tempayan dan guci serta gerabah
Museum Balaputera Dewa Palembang
Sisa kayu kapal bukti kejayaan kemaritiman Kerajaan Sriwijaya
Museum Balaputera Dewa Palembang
Koin kuno bukti Sriwijaya sebagai pusat perdagangan
Museum Balaputera Dewa Palembang
Koleksi porselin dan keramik

Setelah itu ada juga koleksi peninggalan dari Kerajaan Palembang yang bercorakkan Islam dan salah satu koleksinya adalah Al-Quran tua. Selanjutnya ada peninggalan dari masa penjajahan seperti benda-benda sisa perjuangan melawan penjajah. Terakhir ada barang-barang koleksi yang berhubungan dengan adat dan budaya masyarakat Sumatera Selatan seperti kain dan pakaian khas Sumsel hingga berbagai barbagai barang peralatan hidup masyarakat, seperti peralatan bertani, peralatan kegiatan adat dan lain-lain. 

Museum Balaputera Dewa Palembang
Koleksi Al-Quran tua dan naskah-naskah Islam
Museum Balaputera Dewa Palembang
Koleksi dari masa perjuangan
Museum Balaputera Dewa Palembang
Kain khas Sumatera Selatan
Museum Balaputera Dewa Palembang
Ada si ganteng yang unyu di Museum Balaputera Dewa

Rumah Adat Limas

Sebelum keluar dari Museum Balaputera Dewa, aku teringat kalo ternyata Rumah Adat Limas yang ada di uang Rp. 10.000 juga ada di museum ini, tepatnya ada di sisi belakang museumnya. Buru-buru deh aku ke belakang untuk melihat Rumah Adat Limas yang ikonik tersebut. 

Museum Balaputera Dewa Palembang
Siganteng yang unyu di depan Rumah Adat Limas

Minggu, 02 Mei 2021

Museum Letjen Jamin Gintings di Tanah Karo

Museum Letjen Jamin Gintings
Museum Letjen Jamin Gintings

Brmmm..... brrmmm....

Aku kembali memacu sepeda motorku setelah sebelumnya sempat singgah sebentar di Air Terjun Lae Pendaroh yang berada tepat di pinggir jalan yang menghubungkan Samosir dengan Sidikalang.

Baca juga: Air Terjun Lae Pendaroh, Air Terjun Unik di Kabupaten Dairi

Kuarahkan sepeda motorku ke arah Kota Sidikalang, ibukota Kabupaten Dairi. Namun di satu pertigaan, sebelum masuk ke dalam kota, aku membelok ke arah kanan, ke arah Kabupaten Karo. Dari sana jalanannya didominasi jalanan lurus dan di kanan kirinya ditumbuhi hutan pinus. Suasananya yang sepi membuatku bisa memacu kecepatan motor dengan cukup kencang, brmmm... brmmmm...

Sekitar satu jam kemudian aku pun tiba pertigaan Merek, Tanah Karo. Namun setibanya di sana, hujan turun sangat deras. Dinginnya air hujan membuatku terpaksa berteduh di teras sebuah ruko yang sedang tutup. Sesekali percikan air hujan yang tertiup angin membuatku kembali merapatkan jaket yang kukenakan. Meski rasanya sia-sia karena dinginnya tetap terasa merasuk ke dalam tulang.

Akhirnya setelah satu jam berlalu, hujan tersebut pun reda, bahkan langitnya terlihat kembali biru dan bersih. Aku kembali memacu sepeda motorku ke arah Kota Kabanjahe, ibukota Kabupaten Karo.

Setibanya di Desa Suka, aku lantas berbelok ke kiri, ke sebuah museum pahlawan nasional yang bernama Museum Letjen Jamin Gintings.

Alamat Museum Letjen Jamin Gintings

Museum Letjen Jamin Ginting beralamat di Desa Suka, Kecamatan tiga Panah, Kabupaten Karo. Desa ini merupakan desa kelahiran dari Pahlawan Nasional Letjen Jamin Gintings. Kalo dari Kota Kabanjahe, museum ini berjarak sekitar 8 km atau 20 menit perjalanan.

Letjen Jamin Gintings

Emang siapa sih Letjen Jamin Gintings ini?

Letjen Jamin Gintings adalah salah satu pahlawan nasional yang berasal dari Sumatera Utara. Beliau lahir di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo pada tanggal 12 Januari 1921.

Selama hidupnya, beliau udah menyandang berbagai jabatan seperti Komandan Resimen, Komandan Pangkalan Tentara dan Teritorium, Panglima Tentara danTeritorium Bukit Barisan di Sumatera Utara dan menjadi Asisten II Menteri Panglima Angkatan Darat dan Inspektur Jenderal Angkatan Darat di Jakarta. Selain itu beliau juga pernah menjadi anggota DPR dan menjadi Seketaris Bersama Golongan Karya. Kemudian Beliau juga pernah menjadi Ketua Diskusi Luar Negeri Indonesia dan Ketua Dewan Angkatan 45 serta menjadi Duta Luar Biasa Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Negara Kanada.

Selama menjabat, beliau juga mendapat Bintang Kartika Eka Paksi Pratama dan Bintang Mahaputera Utama. Atas jasa-jasanya beliau diangkat menjadi pahlawan nasional pada tanggal 7 November 2014. Dan untuk mengenang jasa kepahlawanannya maka dibangunlah museum yang bernama lengkap Museum Mahaputera Utama Letjen Jamin Gintings di desa kelahirannya. 

Museum Letjen Jamin Gintings
Foto Letjen Jamin Gintings
Museum Letjen Jamin Gintings
Sejarah singkat Letjen Jamin Gintings
Museum Letjen Jamin Gintings
Ijazah dan penghargaan

Arsitektur Museum Letjen Jamin Gintings

Bangunan museum ini cukup mencolok dan unik, bentuknya memanjang seperti kulit kacang tanah dan didominasi warna silver. Konon desain bangunan museum ini dianalogikan seperti perjuangan Letjen Jamin Gintings yang pantang menyerah dalam melawan pendudukan Jepang dan Agresi Militer Belanda dan tak pula melupakan tanah kelahirannya. Yap! Seperti kulit kacang yang tetap setia melindungi isinya.

Di bagian depan museumnya juga terdapat satu patung Letjen Jamin Ginting berukuran besar. Di sekitarnya ad apula taman bunga berwarna-warni yang membuat pemandangannya jadi makin indah. Di halaman museum juga ada beberapa kendaraan taktis militer. Serta di bagian belakang museum ada pula both-both yang menjual berbagai macam pernak-pernik hingga oleh-oleh khas Tanah Karo. 

Museum Letjen Jamin Gintings
Patung Letjen Jamin Gintings
Museum Letjen Jamin Gintings
Kendaraan militer
Museum Letjen Jamin Gintings
Both oleh-oleh di sisi museum

Isi Museum Letjen Jamin Gintings

Setelah membayar tiket masuknya, aku pun segera menjejalahi bagian dalam museum ini. Museumnya terdiri atas dua lantai. Pada lantai satu, terdapat beragam benda-benda dari kebudayaan masyarakat Karo seperti peralatan hidup seperti berbagai senjata dan peralatan bertani, alat-alat rumah tangga, alat musik tradisional, alat tenun hingga pakaian adat Karo. 

Museum Letjen Jamin Gintings
Alat musik tradisional Karo
Museum Letjen Jamin Gintings
Alat tenun

Beranjak ke lantai dua, di lantai ini berisi berbagai maacaam barang koleksi yang berhubungan dengan Letjen Jamin Ginting. Pada dindingnya terdapaat panel-panel yang berisi sejarah hidup Letjen Jamin Gintings dan perjuangannya semasa hidupnya. Lalu juga ada koleksi bintang jasa dan penghargaan serta foto-foto tua yang berhubungan dengan beliau. Selain itu juga ada koleksi seperti tas dinas, tongkat komando, pakaian dinas, hingga perpustakaan yang berisi buku-buku yang berhubungan dengan beliau. Kayaknya kalo ada yang mau nyusun skripsi tentang beliau, boleh juga berkunjung ke sini karena datanya cukup lengkap. 

Museum Letjen Jamin Gintings
Tongkat komando peninggalan beliau
Museum Letjen Jamin Gintings
Perpustakaan di dalam museum
Museum Letjen Jamin Gintings
Foto-foto tentang beliau

Puas menjelajahi tiap sudut musuem ini, aku kemudian melanjutkan lagi perjalanan. Brmmm... brmmmm...

Tiket Masuk: Rp. 5000 

Museum Letjen Jamin Gintings
Backpacker yang ganteng dan unyu di depan museum