Selasa, 12 April 2016

Lapangan Pasir Tanjung Balai


Lapangan Pasir
             Lapangan Pasir adalah alun-alun dan pusat keramaian Kota Tanjung Balai.
Lapangan ini sering digunakan oleh pemerintah kota sebagai tempat penyelenggaraan berbagai kegiatan, seperti Upacara Bendera Kemerdekaan Indonesia,  Festival Kota Kerang, Pasar Malam, Festival MTQ dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kemasyarakatan. Selain itu, lapangan ini juga sering dikunjungi warga untuk berlibur atau sekedar kumpul dan menikmati malam terutama di malam kamis dan malam minggu.
Landscape
            Lapangan pasir adalah sebuah lapangan luas dengan tanah berpasir. Di tengah lapangan ini berdiri tegak sebuah bangunan podium yang ber-relief ‘Cangkang Kerang Raksasa’ yang merupakan simbol dan ikon kota Tanjungbalai sebagai kota penghasil kerang. Di saat malam hari, lapangan ini akan terlihat mempesona dengan hiasan lampu-lampu malam yang terang benderang menerangi di sekeliling lapangan.
Sejarah
Lapangan ini dulunya adalah sebuah tanah rendah berawa-rawa yang terbentang di depan Istana Asahan. Pada masa Walikota Patuan Naga Nasution Sungai Silau dan Sungai Asahan yang mulai mendangkal dikeruk menggunakan Anggaran Pusat. Kerukan Sungai Istana sampai Sungai Bengkel dibuang melalui pipa besar dan panjang ke rawa rawa depan komplek Istana Asahan menjadi "Lapangan Pasir". Kehadiran lapangan ini pun banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai daerah rekreasi baru. Masyarakat sering mengadakan semacam bazar dan pasar malam. Melihat besarnya animo masyarakat, maka pemerintah Tanjung Balai pun bernegosiasi dengan pihak Kesultanan Asahan untuk menggunakan Lapangan Pasir sebagai Lapangan Kota Tanjung Balai dan lapangan ini diberi nama Lapangan Sultan Abdul Jalil.
Saya berfoto di Lapangan Pasir
Alamat
Lapangan Pasir ini berada di pusat Kota Tanjung Balai, tepatnya berada di Jalan Bahtiar Khusar, Kecamatan Tanjung Balai Selatan, di sisi lapangan ini terdapat pula TanjungBalai Food Court, sebuah pusat jajanan malam Kota Tanjung Balai.

Senin, 11 April 2016

Tanjung Balai Food Court



Tanjung Balai Food Court
Tanjung Balai Food Court adalah tempat wisata kuliner khas Tanjung Balai dan pusat jajajan malam di Kota Tanjung Balai
Menu
Sebagai pusat jajanan malam, Tanjung Balai Food Court biasanya menyediakan makanan seperti Jagung Bakar, Pisang jopit, Kelapa Muda, Kerang rebus yang lengkaap dengan sambal kacangnya beberapa minuman ringan. Sayangnya, tempat ini tidak begitu menyediakan makanan-makanan khas dan tradisional dari Kota Tanjung Balai seperti bubur pedas dan makanan lainnya.
Pusat jajanan malam Kota Tanjung Balai
Alamat
Tanjung Balai Food Court berada di Jalan Bahtiar Khusar, Kecamatan Tanjung Balai Selatan, tepat berada di sisi Lapangan Pasir. Tempat ini buka dari sore hingga larut malam.

Jumat, 08 April 2016

Kelenteng Dewi Samudera Tanjung Balai

Kelenteng Dewi Samudera
            Kelenteng Dewi Samudera Tanjung Balai adalah kelenteng terbesar di Kota Tanjung Balai.
            Sejarah
            Kelenteng Dewi Samudera diresmikan pada 18 April 2009, Dewi Samudera atau lebih dikenal dengan sebutan Ma Co Po dalam dialek Hokkien dipercaya umatnya sebagai Dewi Keselamatan dan Kemakmuran.
            Arsitektur
Arsitektur Kelenteng Dewi Samudera
            Bangunan Kelenteng Dewi Samudera didominasi warna merah menyala yang berpadu kuning keemasan sehingga menghadirkan arsitektur khas Negeri Tirai Bambu. Pada atap gapura depannya terdapat 3 buah patung dewa dan di tengahnya merupakan patung Dewi Samudera. Sedangkan pada atap bangunan utama, terdapat dua patung naga yang tampak gagah menjaga pagoda yang ada tepat di tengahnya. Ornamen Tionghoa yang kental pun terlihat memenuhi tiap sisi ruangan. Seperti lampion dalam beberapa motif tergantung di langit-langitnya. Begitu pun dengan tulisan aksara Tionghoa di setiap altar berisi patung dewa dan dewi dalam keyakinan masyarakat Tionghoa.
            Alamat
Kelenteng ini terletak di jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kota Tanjung Balai dan berada di kawasan water front city kota Tanjung Balai. Di sekitar Kelenteng ini juga terdapat Replika Rumah Balai, Vihara Tri Ratna dan tangkahan penyewaan perahu.
Saya berfoto dengan latar kelenteng

Senin, 28 Maret 2016

Vihara Tri Ratna di Kota Tanjung Balai



Vihara Tri Ratna

Vihara Tri Ratna merupakan satu-satunya vihara di Kota Tanjung Balai yang melayani lebih dari 2000 jemaat dari Kota Tanjung Balai.
Sejarah
Vihara Tri Ratna didirikan pada tahun 1984 dan diresmikan pada tanggl 3 November 1984 oleh Walikota Tanjung Balai H. Ibrahim Gani dengan arsitektur sederhana berbentuk sebuah rumah bercat putih memiliki dua pilar yang berada sekitar tiga meter dari pintu masuk bangunan.
Arsitektur
Saat ini Vihara Tri Ratna telah mengalami pemugaran, tepatnya dimulai sejak tahun 2006 dan selesi pada November 2009. Vihara yang sebelumny dua lantai, kini menjadi enam lantai. Lantai dasarnya dijadikan aula, lantai dua dan tiga sebagai ruang kebaktian, lantai empat sebagai tempat tinggal Bhikkhu dan Bhikkhuni, lantai lima tempat meditasi dan lantai enam sebagai tempat berdirinya patung Budha Amitabha setinggi 6 meter.
Berlantai empat
di atapnya terdapat patung Budha
Alamat

Vihara ini terletak di jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kota Tanjung Balai dan berada di kawasan water front city kota Tanjung Balai. Di sekitar vihara ini juga terdapat Replika Rumah Balai, Kelenteng Dewi Samudera dan tangkahan penyewaan perahu.
Saya berfoto di depan vihara

Rabu, 09 Maret 2016

Momen Indah: Gerhana dan Sunrise 9 Maret di Asahan


Gerhana di Saat Sunrise
Gerhana matahari total yang terjadi pada tanggal 9 Maret 2016 memang sangat istimewa karena hanya melintasi wilayah Indonesia dan hanya terjadi 350 tahun sekali. Sangat sayang untuk dilewatkan.
Oleh karena itu, saya pun bersemangat untuk melihat fenomena alam yang unik nan langka ini. Namun karena terkendala masalah waktu dan keuangan, maklum, backpacker gembel. Jadi saya tidak bisa menyaksikan momen gerhana ini dari kota-kota yang dilintasi gerhana matahari total. Hiks..hiks..  Saya pun akhirnya memilih menyaksikan gerhana matahari dari kampung halaman saya di Desa Pematang Sei Baru, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Berdasarkan informasi yang telah saya kumpulkan sebelumnya, Sumatera Utara mengalami gerhana matahari parsial atau gerhana matahari sebagian dengan intensitas sekitar 80%. Gerhana ini dimulai sejak pukul 06.28 WIB dengan puncak gerhana pukul 07.22 WIB serta berakhir pada 08.27 WIB. Sedangkan waktu matahari terbit sendiri adalah pukul 06.30 WIB. Artinya gerhana matahari di Sumatera Utara terjadi dua menit sebelum matahari terbit.
Berbekal informasi tersebut, saya dan sepupu-sepupu saya yang menamakan diri Laskar Gerhana Sei Baru memilih menyaksikan fenomena gerhana dari laut Selat Malaka, di depan muara Sungai Baru, Kabupaten Asahan sehingga bisa bebas memandang ke horizon timur. Kami pun berangkat satu jam sebelum gerhana dengan menggunakan perahu nelayan.
Masih Shubuh

Setelah setengah jam menunggu, akhirnya langit yang sebelumnya masih membias jingga berubah menjadi bias kemerahan dan secara perlahan terlihat matahari terbit di ufuk timur. Uniknya, bentuk matahari terbit ini tidak bulat, karena sudut atas matahari telah hilang terkena gerhana.
Sunrise
Gerhana dan Sunsrise
Subhanallah, matahari terbit yang berwarna kemerahan dengan cahaya yang membias di permukaan laut saja sudah terlihat cantik. Ditambah pula dengan gerhana matahari yang menyertainya membuat keindahannya menjadi berlipat-lipat. Gerhana matahari yang terjadi saat matahari terbit ini sungguh indah tiada tara.
Apalagi kami bisa menyaksikan detik-detik awal gerhana ini dengan mata telanjang, tanpa alat bantu. Karena radiasi cahaya matahari di saat terbit masih sangat kecil. Setelah matahari mulai naik, barulah kami melihat gerhana matahari menggunakan kacamata secara bergantian.
Ada nelayan yang berangkat melaut
Indah sekali

Sayangnya kamera saku yang saya miliki tidak mampu menangkap detail puncak gerhana matahari yang terjadi. Tetapi melihat gerhana matahari di saat sunrise sungguh sebuah kesempatan yang sangat saya syukuri hingga saat ini karena keindahannya yang tiada tara.
Pulang...
 NB: Artikel ini telah saya terbitkan di DetikTravel