Tampilkan postingan dengan label Istana. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Istana. Tampilkan semua postingan

Selasa, 23 Februari 2016

Istana Kesultanan Melayu Asahan

Istana Asahan
Replika Istana Asahan adalah sebuah bangunan replika dari Istana Kesultanan Asahan. Bangunan ini diresmikan langsung oleh Sultan Asahan pada tahun 2010 silam, bersamaan dengan peresmian gedung walikota Tanjung Balai dan replika Rumah Balai di Ujung Tanjung.

Sejarah
 Istana Asahan yang asli sendiri dibangun pada tahun 1888 di masa pemerintahan Sultan Ahmadsyah, bersamaan dengan pembangunan Masjid Raya Sultan Ahmadsyah Tanjung Balai setelah kembalinya beliau dari pengasingan yang dilakukan oleh pihak Belanda. Namun Istana Asahan tersebut telah dirobohkan pada tahun 1970 oleh pihak pengembang demi perluasaan bangunan gedung bertingkat. Karena hak kepemilikan tanah Istana Asahan telah dilelang pada pihak swasta.

Arsitektur
Arsitektur bangunan ini dibuat sama persis seperti arsitektur Istana Asahan yang asli dengan bentuk bangunan berlantai dua dan bangunan istana terdiri dari tiga ruang utama, yaitu: bangunan induk, sayap kanan dan sayap kiri. Bangunan induk disebut juga Balairung, di mana singgasana kerajaan berada. Atap bangunannya didominasi warna merah dan terdapat dua kubah di atasnya.
Arsitekturnya seperti bangunan aslinya
Kondisi Saat Ini
Saat ini pengelolaan bangunan istana ini tidak serius. Malah pada saat ini bangunan replika ini terbengkalai dan tidak terawat. Padahal bangunan replika Istana Asahan ini diharapkan dapat berguna untuk mengenang kebesaran budaya, serta adat Melayu di masa lalu serta diharapkan dapat menjadi objek wisata lokal dan mendongkrak pendapatan daerah Tanjung Balai.

Alamat
            Istana ini terletak di Jalan Bendang, Kelurahan Sei Raja, Kecamatan Tualang Raso, Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara. Jika dari pusat kota, teman-teman dapat mengarah ke Masjid Menara Lima yang ada di sebelah stasiun kereta api Tanjung Balalai, dari sana teman-teman ambil Jalan Bendang menuju Air Joman dan ini berada di sebelah kanan.
Berada tepat di pinggir Jalan Bendang

Minggu, 21 Februari 2016

Istana Maimun



Istana Maimun

Istana Maimun adalah salah satu bangunan peninggalan Kesultanan Deli di Kota Medan dan masih terawat hingga kini. Istana ini merupakan objek wisata Kota Medan yang sangat terkenal dan merupakan ikon pariwisata Kota Medan. Katanya, belum ke Medan kalau belum ke Istana Maimun ini.




Sejarah Pembangunan
Istana Maimun didirikan pada tanggal 26 Agustus 1888 oleh Sultan Deli, Makmun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah dan selesai pada 18 Mei 1891. Istana ini didesain oleh arsitek Itali.
Prasasti pembangunan istana
Arsitektur
Desain arsitektur Istana Maimun sangat mengagumkan karena memadukan dari arsitektur Melayu, Moghul, Timur Tengah, Spanyol, India dan Belanda. Pengaruh arsitektur Belanda tampak pada bentuk pintu dan jendela yang lebar dan tinggi. Tapi, terdapat beberapa pintu yang menunjukkan pengaruh Spanyol. Pengaruh Islam tampak pada keberadaaan lengkungan pada atap. Bentuk lengkungan ini amat populer di kawasan Timur Tengah, India dan Turki.
Bangunan istana terdiri dari tiga ruang utama, yaitu: bangunan induk, sayap kanan dan sayap kiri. Bangunan induk disebut juga Balairung, di mana singgasana kerajaan berada. Di bangunan ini juga terdapat sebuah lampu kristal besar bergaya Eropa. Di dalam istana terdapat 30 ruangan, dengan desain interior yang unik, perpaduan seni dari berbagai negeri. Dari luar, istana yang menghadap ke timur ini tampak seperti istana raja-raja Moghul.
Arsitekturnya megah
Di sebelah Istana Maimun juga terdapat meriam puntung yang katanya jelman dari seorang pangeran saat Kerajaan Aru berperang melawan Kerajaan Aceh.
Lokasi :
Istana Maimun beralamat di Jalan Brigjen Katamto, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun, Kota Medan. Istana ini juga berdekatan lokasinya dengan Masjid Raya Al-Mashun dan Taman Sri Deli.
Harga Tiket dan Jadwal Buka :
Komplek Istana Maimun terbuka untuk umum setiap hari mulai pukul 08.00-17.00 WIB dengan tiket masuk Rp. 5000/ orang.
Istana Maimun di kala malam
Saya dengan latar Istana Maimun

Sabtu, 20 Februari 2016

Objek Wisata di Tanjung Balai


            Kota Tanjung Balai adalah sebuah kota kecil di Sumatera Utara dan berada di tepi Sungai Asahan dan Sungai Silau. Kota yang dijuluki Kota Kerang ini dulunya merupakan pusat dari pemerintahan Kesultanan Melayu Asahan. Berikut ini beberapa objek wisata menarik yang pernah saya kunjungi di kota kecil ini. 

Ikon Kota Tanjung Balai : Lapangan Pasir dan Kerang
            1. Lapangan Pasir

Lapangan Pasir bernama lengkap Lapangan Sultan Abdul Jalil dan merupakan alun-alun Kota Tanjung Balai, tempat diselenggarakannya berbagai perhelatan akbar, seperti Pesta Kerang, Upacara Kemerdekaan dsb. Di tengah lapangan ini terdapat sebuah bangunan podium yang ber-relief Cangkang Kerang Raksasa yang merupakan simbol dan ikon Kota Tanjung Balai. Selengkapnya baca di sini.
Lapangan Pasir
2. Istana Asahan

Bangunan Istana Asahan ini merupakan sebuah bangunan replika dari Istana Asahan yang asli, karena bangunan aslinya telah dirobohkan berganti menjadi ruko. Bangunan replika istana ini memiliki arsitektur sama seperti aslinya dan terletak di Jalan Bendang, Kecamatan Sei Tualang Raso. Selengkapnya baca di sini.
Istana Asahan
                  3. Rumah Balai

Rumah Balai adalah sebuah bangunan replika balai yang menjadi asal usul nama Tanjung Balai. Balai di berada di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, tepat di ujung tanjung. Sehingga disebut Balai di Ujung Tanjung atau Tanjung Balai. Selengkapnya baca di sini.
Rumah Balai
                  4. Masjid Raya Sultan Ahmadsyah

Masjid Raya Sultan Ahmadsyah merupakan satu-satunya bangunan asli peninggalan Kesultanan Asahan yang tersisa di kota ini. Masjid ini dibangun pada tahun 1888, pada masa pemerintahan Sultan Ahmadsyah. Masjid bersejarah ini berada di Jalan Masjid, Kelurahan Indra Sakti. Selengkapnya baca di sini.
Masjid Raya Sultan Ahmadsyah
                  5. Sungai Asahan

Sungai Asahan adalah sungai terpanjang di Sumatera Utara dan merupakan lokasi rafting terbaik nomor 3 di dunia. Namun untuk wilayah Tanjung Balai, arus Sungai Asahan sudah tenang karena dekat dengan muara, sehingga kegiatan wisata yang asyik di sungai ini adalah memancing atau berperahu santai mengarungi sungai.
Sungai Asahan
                  6. Jembatan Tabayang

Jembatan Tabayang adalah sebuah jembatan di atas Sungai Asahan yang menghubungkan Kecamatan Sei Kepayang, Asahan dengan Kota Tanjung Balai. Jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Sumatera Utara dengan panjang mencapai 600 meter. Selengkapnya baca di sini.
Jembatan Tabayang
                  7. Tanjung Balai Food Court

Tanjung Balai Food Court merupakan pusat jajanan malam di Kota Tanjung Balai. Tanjung Balai Food Court berada tepat di sebelah Lapangan Pasir. Di sini biasanya menyediakan kerang rebus, pisang kepit, jagung bakar, kelapa muda dan berbagai makanan lainnya. Selengkapnya baca di sini.
Tanjung Balai Food Court
                  8. Vihara Tri Ratna

Vihara Tri Ratna dibangun pada tahun 1984 dan merupakan satu-satunya vihara di Kota Tanjung Balai. Vihara ini terdiri atas 4 tingkat dan di atapnya berdiri patung Budha Amitabha setinggi 6 meter. Vihara ini terletak di jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti. Selengkapnya baca di sini.
Vihara Tri Ratna
                  9. Kelenteng Dewi Samudera

Kelenteng Dewi Samudera adalah kelenteng terbesar di Tanjung Balai dengan arsitektur khas Negeri Tirai Bambu. Kelenteng yang diresmikan pada tahun 2009 ini berada di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti. Selengkapnya baca di sini.
Kelenteng Dewi Samudera
                  10. Pulau-Pulau Kecil di Aliran Sungai Asahan

Di sepanjang aliran Sungai Asahan di kawasan Tanjung Balai, terdapat beberapa pulau kecil yang terbentuk akibat sedimentasi dari material yang dibawa oleh arus Sungai Asahan. Pulau-pulau ini memiliki pantai berpasir putih yang indah dan airnya tawar.
Pulau-Pulau Kecil di Aliran Sungai Asahan
  Transportasi menuju Tanjung Balai

Untuk menuju Kota Tanjung Balai, teman-teman bisa menggunakan kereta api dari Stasiun Medan jurusan Kota Tanjung Balai dengan waktu tempuh 4 jam dan harga tiket sekitar Rp. 35.000. Bisa pula menggunakan angkutan bus KUJP, KUPJ Tour atau Sartika jurusan Tanjung Balai dengan harga tiket sekitar Rp. 35.000 maupun menggunakan angkutan kapal ferry dengan tujuan Pelabuhan Teluk Nibung.

Jumat, 21 Maret 2014

Istana Niat Lima Laras Peninggalan Sejarah Batu Bara



Istana Lima Laras

Tidak hanya Istana Maimun, Sumatera Utara juga memiliki Istana Kerajaan yang telah berusia di atas 100 Tahun yaitu Istana Niat Lima Laras. Istana Lima Laras terletak di desa laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Istana yang berada di atas tanah seluas 102 x 98 meter ini dibangun oleh Datuk Matyoeda, Raja Kerajaan Lima Laras XII pada tahun 1907 dan selesai 1912.
Perjalanan menuju Istana Niat Lima Laras saya lakukan bersama sahabat saya, Bayu. Kami mengendarai sepeda motor. Karena angkutan hanya sampai di Kota Batubara saja. Saya pikir mudah menemukan istana ini. Ternyata cukup sulit karena lokasinya di pinggir kota.
Semula istana ini bernama Istana Niat, karena rencana pembangunannya berdasarkan niat Matyoeda untuk mendirikan sebuah istana untuk kerajaan itu apabila perdagangannya berhasil dan tidak diganggu oleh Belanda.


Pembangunan Istana ini dikerjakan oleh tenaga ahli yang didatangkan dari China. Hampir keseluruhan bangunan istana berarsitektur Melayu, terutama pada model atap dan kisi-kisinya. Tetapi ada juga beberapa bagian istana yang berornamen China. Tepat didepan istana Lima Laras, kita akan melihat dua buah meriam. Namun yang uniknya, meriam ini bukan digunakan untuk menembak musuh, melainkan untuk mengumpulkan rakyat apabila ada pengumuman dari raja.
Meriam di depan Istana
Istana Lima Laras
Sayangnya perhatian pemerintah masih kurang terhadap istana ini. Karena keadaan istana cukup kurang terawat sehingga tidak begitu mengundang minat wisatawan untuk mengunjunginya.
Alamat : Desa laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara
Wisata di sekitarnya:
> Pantai Bunga
> Pantai Bogak