Jumat, 06 Maret 2020

Menatap Diorama di Museum Benteng Vredeburg

Tap... Tap... Tap...

Aku melangkah cepat menghindari sengatan matahari yang cukup terik siang ini melewati Gapura Pangurakan menuju 0 Kilometer Jogja setelah sebelumnya mengunjungi Museum Sonobudoyo. Sekarang tujuanku adalah Benteng Vredeburg yang letaknya nggak jauh dari 0 KM tersebut. Sebenarnya kemarin sore aku udah ngedatangi museum ini, tapi karena terlalu sore, museumnya udah mau tutup. Akhirnya hari ini deh baru aku ngunjunginnya lagi.
Museum Benteng Vredeburg
Lokasi Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg ini beralamat di Jalan Margo Mulyo, Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Benteng ini terletak tidak jauh dari 0 KM, Pasar Beringharjo, Taman Pintar, dan Gedung Agung.

Sejarah Benteng Vredeburg

Benteng Vredeburg ini mulai dibangun sejak tahun 1760-an oleh pihak Belanda atas seizin Sultan Hamengku Buwono I. Awalnya benteng ini cukup sederhana dengan bentuk bujur sangkar dan dinding terbuat dari tanah liat yang diperkuat tiang penyangga dari kayu pohon kelapa dan aren dan di empat sudutnya dilengkapi tempat penjagaan.

Karena terlalu sederhana, pihak Belanda meminta izin untuk memperkuat benteng menjadi bangunan permanen demi alasan keamanan. Katanya sih, padahal mah bentengnya buat nunjukin kekuasaan. Setelah selesai bangunan benteng tersebut dinamain Benteng Rustenburg yang berarti Benteng Peristirahatan.

Ketika gempa besar melanda Jogja di tahun 1867, benteng ini mengalami kerusakan sehingga dibangun kembali. Di dalamnya juga dilengkapi barak prajurit, gudang logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rumah residen. Nama benteng ini pun diubah menjadi Benteng Vredeburg yang berarti benteng perdamaian, sebagai bukti tidak saling serang antara Belanda dengan Kesultanan.

Benteng ini sempat berganti-ganti kepemilikan, mulai dari VOC, Kerajaan Belanda, Inggris, Jepang, hingga Republik Indonesia. Meskipun demikian, tanah tempat benteng ini berdiri secara sah tetap milik Kesultanan Yogyakarta. Ya sama sih kayak raga ini, walau terkadang dimiliki orang-orang berbeda, tapi hatinya masih tetap miliki mu.

Wkwkwkwkwkwk #bucin

Padahal mah jomblo. 😂

Saat ini Benteng Vredeburg telah diakui sebagai salah satu bangunan cagar budaya dan kini difungsikan sebagai museum yang bisa dikunjungi oleh masyarakat umum.

Koleksi Museum Benteng Vredeburg

Setelah membeli tiket masuknya yang cuma Rp. 3000 saja perorang. Murah banget cuy. Aku pun segera masuk ke dalam benteng dan mulai menjelahi bangunan bersejarah ini. Di depan pintu gerbangnya terdapat plang penunjuk arah dari bagian-bagian bangunan benteng ini.
Plang penunjuk arah

Halaman Benteng Vredeburg

Patung pahlawan di halaman benteng
Aku pun memasuki satu demi satu ruangan museumnya. Ada satu hal menarik dari cara museum ini menampilkan kisah sejarah, yaitu museum ini menampilkan kisah sejarah bukan dengan cara memamerkan koleksi benda-benda bersejarah saja namun kebanyakan berupa diorama dan minidiorama yang menceritakan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi di sekitar Yogyakarta seperti diorama perang gerilya, sejarah Pangeran Diponegoro, sejarah pergerakan nasional seperti berdirinya Taman Siswa, Muhammadiyah hingga peristiwa-peristiwa bersejarah lainnya.
Diorama perang gerilya

Koleksi minidiorama

Diorama perjuangan Pangeran Diponegoro

Diorama berdirinya Taman Siswa

Diorama-diorama ini mengingatkanku pada museum di Monumen Nasional yang menampilkan diorama-diorama juga.

Selain diorama, katanya museum ini juga menampilkan koleksi berupa benda-benda peninggalan bersejarah. Namun saat aku berkunjung, ruangannya lagi direnovasi, jadi kagak keliatan deh. Selain itu aku juga nemuin ruang audiovisual di lantai dua yang menampilkan film-film sejarah dan perjuangan, tapi ruangannya juga tutup.
 -_-“.
Koleksi museum
Akhirnya aku memilih naik ke atas benteng, dari atas seru juga sih, bisa ngeliatin 0 KM Jogja dari ketinggian, tapi karena cuaca yang lagi terik, aku nggak berlama-lama di atas, takut item ntar.
Pemandangan dari atas benteng

Moto orang nggak dikenal
Setelah selesai menjelajahi setiap bagian Museum Benteng Vredeburg ini, aku pun segera keluar dari benteng. Rencananya sih aku mau beli oleh-oleh, lalu kemudian menunggu jadwal keberangkatan kereta api di 0 KM. Sepertinya asyik juga.

Ting...

Tiba-tiba terdengar suara notifikasi di hpku yang menandakan ada pesan yang masuk di Messenger. Segera aku membukanya.

kak, kamu masih di Jogja? Ketemuan yuk!

Bersambung.... 
Aku dan Museum Benteng Vredeburg

47 komentar:

  1. Museum Benteng Vredeburg...Meski sekarang sudah menjadi meseum namun kesan nuansa Belandanya masih ada. Seperti dari bangunannya.😊😊

    Dan meseum ini juga seperti mengembalikan kita pada era tahun 1867.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget tuh mas, keaslian bangunannya masih terjaga banget, hingga kita seperti kembali ke masa lalu

      Hapus
    2. Benar-benar terjaga, seperti aku menjaga rasa ini pada sang mantan, jomblo abadi jadinya kan kwkwkw..

      Hapus
  2. Narasinya mantap Mas.
    Berasa ikut di belakang Mas sambil pegang kamera.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mas udah mampir dan udah ngasi pujian. 🙂

      Hayuk ikut di belakang mas, kita traveling lagi. 😁

      Hapus
    2. Hehehe Gak sekedar pujian Mas.
      Ini beneran keren Mas,
      Meski maaf beberapa angle dan pengambilan gambar sedikit kurang.
      Tapi kekurangan itu di sulam jadi cantik oleh gaya narasi Mas.

      Btw Sukses terus Mas...

      Hapus
    3. Iya mas, masih pake kamera pocket dan masih asal foto aja nih mas, perlu belajar lebih banyak.

      Aamiin.. semoga kita semua sukses ya mas.

      Hapus
  3. masih nuansa jiga ya mas ini ceritanya.. nambah pengetahuan lagi ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, emang rencananya ngunjungi objek-objek wisata yang satu nuansa kemarin.

      Hapus
    2. ditunggu update wisata yg lain mas, seru bacanya hehe

      Hapus
    3. Siap mas, udah update kok. 👍

      Hapus
  4. Wah, messenger dari siapa tuh, apa dari mantan ya.😄

    Berdiri sejak tahun 1760, berarti sudah 260 tahun dan masih kokoh ya kang. Ngomong ngomong kenapa sultan Hamengkubuwono 1 memberikan ijin Belanda untuk mendirikan benteng ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah... Kira-kira dari siapa ya mas? 😁

      Katanya sih, saat itu Kesultanan Yogyakarta berada dibawah penjanjian Giyanti, jadi Belanda memiliki hak gitu.

      Hapus
    2. Jangan jangan dari Suzanna kang.😱

      Oh, perjanjian yang membelah kerajaan Mataram Islam jadi tiga itu ya kang. Sungguh menyedihkan ya, kerajaan yang dibesarkan sultan agung jadi pecah dan bertikai.😌

      Hapus
    3. Waduh, jangan sampe dong mas, ntar minta beliin sate 1000 tusuk dia. 😂

      Emang begitu mas, namanya juga politik pecah belah ala Belanda, kerajaan segitu besarnya pun runtuh.

      Hapus
  5. Hebatnya benteng ini terletak di tengah kota ya mas. Karena yang ada di pikiran saya tuh, benteng biasanya terletak di daerah terpencil jauh dari pemukiman.

    Museumnya luas dan bagus, ada diorama yang menjadi daya tarik wisatawan. Cocok buat wisata edukasi anak sekolahan yaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin biar bisa ngawasin keraton, jadi letak bentengnya nggak jauh dari Keraton Jogja.

      Cocok banget mbak, kalo liat museum gini, lebih mudah buat belajar sejarah kayaknya.

      Hapus
  6. Saya lupa tahun berapa saya kesana, dan saya juga pernah membuatkan artikelnya.
    Termasuk bangunan tua dan kuno ya
    Dioramanya ada perubahan dan lebih bagus.

    BalasHapus
  7. Tiket masuknya murah bener ya Kang, duh aku makin pengen nih ke Yogya banyak destinasi yang bisa dikunjungi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo Jogja dan objek wisata sejarah emang murah-murah banget mbak.
      Mulai dari museum sampe candi, modal Rp. 3000 doang udah cukup.

      Hapus
  8. Kadang benteng ini jadi venue dari festival-festival yang sering diadakan di Jogja, Mas. Jadi pengunjung bisa menikmati suasana benteng di malam hari, dengan cahaya temaramnya yang bikin kawasan ini tampak lebih lawas.

    Btw, selain Vredeburg, di Jogja ada tempat lain buat lihat diorama: Museum Dirgantara Mandala. Dioramanya tentang sejarah dunia kedirgantaraan Indonesia. Serunya, para pengunjung bisa coba naik beberapa koleksi pesawat di hanggar. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah.. keren tuh bisa liat bentengnya saat malam, saya ke sana, jam 5 aja udah tutup tuh

      Yaah.. saya kelewatan tuh, kemarin kagak singgah ke sana. Semoga nanti kesampean. Aamiin...

      Hapus
  9. Udah berapa kali ke Jogja mau ngunjungin museum ini belom kesampean juga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo gitu, kunjungan selanjutnya wajib mampir kak.

      Hapus
  10. Halamannya bersih banget ya (padahal kalau ada pohon besar biasanya ada juga rontokan daun di sana-sini). Salut sama perawatannya. BTW, di foto "Plang penunjuk arah", itu orang sedang jualan kah? (penasaran saja) :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Objek wisata di Jogja ini emang kerawat banget sih mas.

      Iya juga ya, saya kemarin nggak perhatiin sih, tapi kayaknya emang orang jualan. Jadi ikut penasaran. 🤔

      Hapus
  11. Wah, saya bolak-balik ke Jogja, lewat Malioboro, tapi belum pernah masuk ke museum ini. Kapan-kapan harus dikunjungi nih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin bisa dicoba nanti mba :D hehe

      Hapus
    2. Sesekali cobain singgah mbak, keren lho tempatnya.

      Hapus
  12. Saya udah beberapa kali ke Jogja, tapi selalu malas masuk ke museum ini. Soalnya udah pernah lihat foto-foto teman yang main ke sini, terus tahu isinya kayak begitu. Jadi enggak penasaran lagi. Hahaha.

    Itu yang ngajak ketemuan cewek, Mas?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahahaa... Udah kena spoiler ya mas. 😂

      Cewek atau nggak ya mas? 😂

      Hapus
  13. murah amir tiketnya..

    asik ketemuan sama siapa tuuuh??

    -Traveler Paruh Waktu

    BalasHapus
    Balasan
    1. ketemuan dengan yang asik asik deh mas pokoknya haha

      Hapus
    2. Tiket wisata Jogja mah, emang murah-murah mas.

      Ahaha... Ketemuan ama siapa ya?

      Hapus
  14. Wah tahun 2015 aku pernah masuk ke muesum ini juga, banyak belajar sejarah di setiap ruangannya uy

    BalasHapus
  15. Jaman SMA pernah ke sini. Dan habis itu, belum pernah berkunjung lagi. Udah 10 tahun lalu padahal. Dulu pas ke sini udah gelap dan mau tutup, jadi belum sempet naik ke bagian atas benteng. Menarik juga itu pemandangan O KM Jogja dari atas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wuih... Udah lama banget tuh mas.
      Lain kali coba ke sini lagi mas, mana tau udah ada yang beda.

      Hapus
  16. Pernah main ke sini. Salah satu benteng yang masih terawat baik di Indonesia. Salah banyaknya ada di beberapa tempat seperti Solo, Kebumen, Makassar, Ambon, Bengkulu, dan Bukittinggi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mas, jadi pengen ngunjungin satu-satu benteng tersebut.

      Hapus
  17. Ga terlalu rame yaaa. Sedih kalo liat meuseum bagus, harga murah kebangetan, tp tetep sepiiii pengunjung. Kliatannya kebanyakan org indo msh menganggab museum itu tempat membosankan. Padahal buatku , ini seruuu loh. Bisa tau ttg sejarah, apalagi kalo dibikin diorama gini. Bisa LBH ngerti membayangakan perjuangannya.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Museum ini malah udah termasuk rame mbak, malah sering kali aku ngunjungin museum, pengunjungnya aku doang.

      Padahal wisata ke museum juga asyik, bisa dapat banyak ilmu. Tapi sekarang sih kebanyakan orang-orang lebih suka wisata ke tempat yang bikin followernya nambah.

      Hapus

Terima kasih telah berkunjung, silahkan berkomentar dengan sopan :)